Mohon tunggu...
Sastrawan Batangan
Sastrawan Batangan Mohon Tunggu... -

Sastrawan Batangan, yang lahir di Surabaya, pernah mukim di Surabaya, Malang, Bogor, Jakarta, Depok dan Cibinong. Hobi waktu senggangnya antara lain adalah membaca berbagai tulisan tentang kehidupan serta menulis puisi, artikel dan cerita berbasis makna hidup dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Demokrasi Doa

1 Maret 2015   06:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika di sana-sini bangsamu dan juga bangsaku
asyik sendiri dengan demokrasi, demonstrasi dan keleluasaan bicara
lalu banting meja,
dan ketika aku dan kamu juga asyik
dengan selfie, reuni, chatting, whatsapp, bbm, fizbuk
dan medsos lainnya,
maka bisa jadi kamu dan aku lupa
atau tak sempat
mendoakan ketua erte dan erwe
lurah atau kades,
camat, bupati dan gubernur
wakil rakyat, birokrat dan pemimpin negaramu yang juga negaraku.

Dan karena itu sungguh kasihan, rapat, sidang dan sejenisnya
hampir selalu dirundung emosi
acapkali kepepet mengambil keputusan
yang saling tumpang ttindih
dan tak komprehensif.

Dan kalau sudah seperti itu
kamu dan aku akan galau di sini
lalu nggrundel di sana.
Ya salahmu sendiri, ya salahku sendiri,
mengapa tak ikut mendoakan
Bukankah doa adalah energi untuk menahan emosi ?
Bukankah doa adalah pintu melihat persoalan dengan jernih ?
Bukankah doa adalah spirit untuk melihat manusia sebagai utusan Yang Maha Kuasa ?
Bukankah doa lebih baik daripada hanya mengisyu ?
Dan bukankah doa banyak orang lebih manjur daripada doa sedikit orang ?
Sastrawan Batangan, 29 Oktober 2014
Menyambut Momentum Pembantingan Meja Oleh Anggota DPR dari PPP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun