Entah apa yang ada dibenak seorang Keylor Navas begitu mendengar kabar kalau klubnya, Paris Saint Germain jadi mendatangkan Gianluigi Donnaruma secara gratis dari AC Milan. Mungkin dalam hatinya Navas memaki, "Oh shit, ini terjadi lagi!".
Seperti deja vu, apa yang terjadi di Real Madrid terulang kembali. Waktu itu Navas merupakan kiper utama klub ibukota Spanyol tersebut. Dibeli dari Levante di awal musim 2014-15, Navas membantu Madrid meraih berbagai gelar bergengsi: 1 La Liga (2016-17), 3 Liga Champions (2015-16, 2016-17, 2017-18), 3 Piala Super UEFA (2014, 2016, 2017), 4 Piala Dunia Antarklub FIFA (2014, 2016, 2017, 2018), dan 1 Piala Super Spanyol (2017).
Namun ketenangannya terusik saat hadir Thibaut Courtois dari Chelsea di awal musim 2018-19. Padahal Navas belum habis. Lahir 15 Desember 1986, usia penjaga gawang Timnas Kostarika tersebut juga baru 32 tahun saat itu.
Namun sejak awal petinggi Madrid memang seperti tak percaya kualitas Navas, dan hanya bermaksud menjadikannya kiper cadangan. Ketika awal musim 2015-16 saat sang kapten Iker Casillas pergi ke Porto, Los Galacticos sudah setuju mentransfer David de Gea dari Manchester United dan menjadikan Navas sebagai bagian pertukaran. Tapi kesepakatan tanggal 31 Agustus 2015 itu gagal karena dokumen tidak diserahkan ke FIFA sebelum batas waktu transfer Spanyol. Hal itu justru dimanfaatkan Navas untuk membuktikan kepiawaiannya menjaga gawang Madrid hingga bisa memberikan prestasi.
Tak mau jadi yang kedua, Navas pindah ke PSG pada awal musim 2019-2020. Ia mengantarkan klub ikota Prancis itu meraih gelar Ligue 1, Piala Prancis, dan Piala Liga Prancis; tapi kalah di final Liga Champions melawan Bayern Muenchen. Musim berikutnya PSG membawa Piala Super Prancis 2020 dan Piala Prancis 2020-21; namun gagal mempertahankan Ligue 1 yang disalip oleh Lille OSC.
Dibandingkan pemain bola di posisi lain, karir kiper itu memang lebih panjang. Tengoklah si gaek Gianluigi Buffon. Kita lihat lagi contoh di klub besar lain di Eropa. Meski sudah berusia 37 tahun, Samir Handanovic masih dipercaya sebagai kapten sekaligus kiper nomor satu Inter Milan. Idem dengan Manuel Neuer, kiper Bayern Muenchen dan Timnas Jerman, yang berusia 35 tahun (sama seperti Navas tahun ini).
Tapi entah kenapa Navas tak bisa dibuat tenang. Konon menurut surat kabar L'Equipe, ia dikabarkan sempat marah ketika tahu PSG akan merekrut Donnaruma musim panas ini. Emosinya baru mereda setelah dirayu bahwa Donnaruma tidak akan otomatis jadi kiper nomor satu. Wajar Navas marah karena merasa posisinya terancam. Sebab meski datang dengan free transfer, Donnaruma bukan kiper sembarangan. Anak muda berusia 22 tahun itu baru saja mengantarkan negaranya, Italia menjadi juara Piala Eropa 2020.
Akankah ada persaingan sehat antara dua kiper hebat di PSG memperebutkan nomor satu? Jangan-jangan Navas yang tersingkir lagi. Entahlah, tinggal pelatih Mauro Pochettino yang akhirnya memutuskan.
Saya ingin mengutip suara netizen yang respek kepada Navas. Bunyinya seperti ini:
"Dia (Keylor Navas) bukan orang Eropa. Klub besar selalu menginginkan kiper (orang) Eropa. Sebut saja apa yang Anda ingin katakan, tetapi pemain dari negara kecil dunia ketiga tidak selalu terlihat bagus di klub besar. Dia berada  di masa jayanya di Madrid, menyelamatkan mereka berkali-kali, tapi mereka masih saja menginginkan kiper (orang) Eropa. Tidak bagus untuk pemasaran? Diskriminasi? Sebut saja apa yang Anda ingin katakan. Tapi pria Kostarika itu telah mengukir nama untuk dirinya sendiri, meskipun tidak dihargai."