Perasaan Anjing dan Babi bercampur aduk. Kecewa, sedih, dan marah menumpuk menjadi satu. Merasa nasib mereka berdua sama, anjing dan babi pun sepakat mengadu ke pengadilan hewan. Kancil yang dianggap hewan paling bijak ditunjuk menjadi hakim dan menerima laporan mereka.
"Tuan Hakim," kata Anjing mulai mengadu. "Diantara semua hewan yang ada didunia ini, kami berdua dianggap hewan yang paling hina dina. Sakit hati kami ini."
"Benar, Tuan Hakim," dukung Babi. "Kami berdua sering di-bully bukan hanya oleh sesama hewan, tapi juga oleh manusia. Jijik mereka terhadap kami."
Kancil mendengar dengan seksama. "Kenapa bisa begitu?" tanyanya.
"Entah, mungkin karena kami berdua ini binatang haram," jawab Anjing jengkel.
"Bisa jadi, Tuan Hakim," cerita Babi. "Pabila manusia dipanggil dengan sebutan binatang macam buaya, ular, tikus, gajah, cebong, atau kampret, tidaklah marah mereka.Â
Dipanggil singa atau elang berasa gagah mereka. Disebut kancil berasa pintar. Tapi giliran manusia dipanggil nama kami babi atau anjing, marah-marah mereka sampai bertengkar hebat."
"Iya,betul," tambah Anjing. "Malah diriku heboh lagi, Tuan Hakim. Namaku diubah sesuka hati mereka, menjadi: anjir, anjrit, anjay, asuk. Panggilanku oleh manusia dianggap kasar dan bisa dituntut hukum."
Kancil bingung. Seumur-umur ia jadi hakim di dunia hewan, baru kali ini ia mendapat kasus seperti ini. Ini bukan perkara biasa, tapi menyangkut harga diri. Tapi Kancil mafhum, ia memahami kegundahan Anjing dan Babi.Â
Kadang ia merasa aneh dengan manusia yang katanya makhluk paling mulia di muka bumi dan dikaruniai akal dan kecerdasan yang tinggi, tapi meributkan hal sepele. Dulu pernah Kancil mendengar kabar heboh ada makanan Nasi Anjing, tapi tak pernah orang-orang mempermasalahkan Nasi Kucing.
"Dengar, Anjing dan Babi. Aku tahu perasaan kalian," kata Kancil. "Tapi tak ada yang bisa kuperbuat, apalagi menyangkut hubungan dengan manusia. Aku hanya minta kalian bersabar, dan berpura-pura tidak peduli dengan semua omongan sana. Yang kutahu, Tuhan itu menciptakan makhluk itu pasti ada sebabnya, tak ada yang percuma. Sekarang pulanglah!"