Dalam kisah wayang mbeling , sebuah peristiwa pemakzulan yang dilakukan oleh para dewa Jonggring salaka terhadap Maharsi Yudhistira mantan Raja Amarta Prabu Puntadewa. Tindakan para dewa yang dianggap sangat keterlaluan ini menyebabkan Maharsi Yudhistira triwikrama, kahyangan Jonggringsalaka di obrak-abrik, dan mengumandangkan " dekrit kadewatan" para dewa dibubarkan.........
Swargga rohana parwwa adalah nama kitab ke 18 dan merupakan bagian terakhir dari kisah Mahabharata, yang menurut versi bahasa Jawa kuna disebut Kitab Astadasaparwa ( Kitab 18 bagian).
Kitab ke 18 ini diberi judul " swarggarohanaparwwa ‘ atau mengisahkan tentang " ruh yang masuk ke sorga ‘.
Sinopsisnya adalah : Bahwa Prabu Yudhistira beserta keluarga besar Pandhawa, berhasil memenangkan pertarungan di Tegal Kuruksetra mengalahkan Prabu Duryodana dengan keluarga besar Korawa. Di akhir perang Bharatayudha, Korawa hanya tinggal Kartawarmma dan Aswatama, akhirnya bertobat dan menjadi murid begawa Abyasa, sedangka Resi Krippa menjadi penasehat agung Raja Parikesit. Adapun Pandhawa setelah penobatan Raja Parikesit, hanya tinggal Maharsi Yudhistira, seluruh keluarga besarnya meninggal, ketika mendaki Gunung jamurdwipa (Himalaya).
Syahdan yang ada dipuncak gunung Himalaya, ketika itu sang Maharsi Yudhistira hanya ditemani seekor anjing. Ketika sudah sampai pada garis perjanjian, bahwa Yudhistira harus menuju ke sorgaloka, ia menolak " aku mau ke sorga tetapi, anjingku harus ikut" dan dewata mengabulkan. Sekejap wujud anjing itu hilang dan muncullah Dewa Dharma, kemudia keduanya menuju ke sorga yang telah dijanjikannya.
Namun ketika di Sorga Yudhistira mencari keseluruh penjuru sorga, namun tak menemukan saudara, kedua orang tuanya, mauopunseluruh kerabatnya. Dan Korawa, semuanya lengkap ada di sorga.
Yudhistira, menanyakan pada dewa penjaga sorga, dimana kedua orang tua dan keluarga besar Pandhawa. Dewa penjaga sorga menjawa" seluruh keluargamu ada di kawah Candradimuka, neraka bagian bawah sendiri ".
" mengapa sampai hal ini terjadi " Yudhistira bertanya lagi.
" Ceritanya panjang, Pandhawa di dalam melaksanakan perang Bharatayudha, itu menangnya semu, menang dengan penuh tipudaya. Kemenangan Pandhawa diwarnai kecurangan, karena setelah 13 tahun meninggalkan kerajaan Amarta, Pandhawa itu tidak punya suatu apa pun, tetapi kenapa Hastina yang kaya raya bisa kalah. Korawa sudah habishabisan, seluruh rajaraja pendukung dan para investor lainnya bangkrut , dikalahkan oleh Pandhawa yang tidak punya modal. Namun tiga orang Hastina yang selamat, itu mendapat informasi bahwa kemenangan Pandhawa ada hubungannya dengan penggelontoran dana dari kahyangan Centaury (Kuda bertubuh manusia). Oleh sebab itu dari pihak Kahyangan Jonggringsalaka para dewa terjadi pro dan kontra, kakrena 75 prosen menyalahkan Pandhawa, karena keterlibatan Bathara Centaury, akhirnya Pandhawa dimazulkan ke Neraka."
Setelah mendengar penjelasan dari Dewa penjaga sorga, Sang Maharsi Yudhistira, karena menahan rasa amarahnya yang telah dikubur sejak lama, demi menjunjung tinggi martabat kebenaran yang sejati, maka sang amarah ini yang disebut Aji Gineng muncul triwikrama. Sang Yudhistira menjadi raksasa sebesar gunung Himalaya bernama Dewa Amral, seluruh kahyangan diobrak-abrik, di porak-porandakan.
Para dewa tidak adil, para dewa tidak jujur, Bathara Guru dengan kelompok inisiatornya, lari pontang panting, Kahyangan Suralaya luluh lantak. Maharsi Yudhistira, dalam keadaan Triwikrama , meneriakkan suara keras " saya yang bertanggung jawab dalam perang Bharatayudha, maka dengan ini saya menyatakan KAHYANGAN JONGGRING SALAKA, DI BUBARKAN' .