Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raja Doryudana Melamar Dewi Erawati

21 November 2012   00:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:58 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di Sitinggil Kerajaan Mandrak [ Madras]

Pagi itu, di Sitinggil sedang diadakan pasewakan agung, Prabu Salya [ Narasoma] duduk di singgasana, hadir dalam acara tersebut Patih Tuhayata dan para sentana kerajaan Mandrak. Sang Raja Salya meminta laporan dari masing-masing pejabat sesuai bidangnya masing-masing.

Meskipun  setiap laporan dari para pejabatnya adalah aman dan terkendali, namun Prabu Salya hatinya masih gundah, karena para putrinya, meski itu menjadi urusan  rumah tangga Sang Raja, namun tetap dijadikan agenda dalam pisowanan agung hari itu.

Sejenak pembahasan dalam sidang  itu menjadi sunyi kakrena menemui jalan buntu. Mendadak terdengar suara gaduh di alun-alun utara depatnya halaman depan balai Pagelaran. Prabu Salya kepada Patih Tuhayata.

“Patih Tuhayata, lihatlah keluar, apakah gerangan  yang terjadi, sehingga diluar ssana terdengar gaduh!”

Patih Tuhayata kemudian  memberi sembah, dan meninggalkan ruangan sidang menuju Bangsal pagelaran. Ki Patih melihat sebuah kereta kerajaan Hastinapura, dan bergegas menyambut datangnya utusan dari Kerajaan Hastina  Sang Nindyamatri Harya Suman atau sering disebut Mapatih Sangkuni.

Setelah tegur sapa sejenak dan Mapatih Sangkuni  mengisi buku tamu yang disodorkan oleh protokol, ki Patih Tuhayatasegera menuju ke Sitinggil untuk menyampaikan laporan kepada Prabu Salya. “Gusti, tidak ada kuda yang lepas dari istal, ataupun gajah yang keluar dari kandang atau pula harimau yang lepas dari kerangkengnya. Yang membuat gaduh diluar sidang adalah datangnya Patih Sangkuni dari kerajaan Hastina. Beliau ada diluar menanti ijin dari paduka untuk menghadap.”

“Hmmm,  Patih Tuhayata, persilakan tamunya untuk menghadap ke Sitinggil ”

Setelah menenrima titah Prabu Salya, maka Patih Tuhayata menyampaikan  titah Raja, bahwa Patih Sengkuni sudah diperkenankan naik ked Sitinggil untuk menghadap Sang Prabu.

Mahapatih Sangkuni yang datang ke Mandrak  menjadi utusan  Raja Hastina Prabu Doryudana dengan takzim berjalan lampah dhodhok dengan sikap takzim, ia duduk dihadapan Prabu Salya.

Sang Prabu Salya menanyakan kedatangan ki Patih juga tentang situasi dan kondisi dalam perjalanan menuju ke Mandrak. Demikian pula Sang  Rukmarata putra bungsunya juga menyampaikansalam kepada patih Hastina tersebut. Setelah itu Prabu Salya segera ingin mengetahui maksud  dan keperluan Patih Hastina datang ke Mandrak.

“Ada keperluan apakah Patih Sangkuni, kelihatan ada sesuatu yang penting yang hendak kamu sampaikan. Sukur apabila kedatanganmu sekedar tilik saja, tetapi apabila kamu diperintah oleh putramu Prabu Kurupati, hendaknya bicaralah yang jelas, agar aku dapat mendengarkan maksudmu dengan sebaik-baiknya.”

Patih Sangkuni memulai cerita ;

“Baiklah. Kenapa hamba berani datang ke hadapan Paduka tanpa diundang, sebab hamba diperintah oleh kemenakan Paduka Prabu Doryudana. Beliau telah tertarik oleh kabar yang telah terpasang di pohon-pohon besar. Disitu diberitakan bahwa putra paduka yang pertama telah sebulan ini hilang, diduga dilarikan orang. Didalam selebaran tersebut juga diberitahukan, bahwa siapapun yang bisa mengembalikan putri Paduka Dewi Erawati, apabila ia adalah seorang wanita, akan dijadikan saudara terkasihnya. Dan apabila seorang pria, dia akan dinikahkan dengan sang putri.

Dari itulah Putra kemenakan Paduka Prabu Doryudana, melakukan pencarian terhadap Dewi Erawati. Pencarian telah dilakukan tanpa mengingat waktu, baik itu siang atau malam. Sampai pada saat senja, ketika anak Prabu Doryudana membuat pesanggrahan untuk bermalam di tepi Sungai Gangga, ia melihat sesuatu bayangan yang tidak mudah terlihat, tetapi dapat diduga itulah sang Maling aguna yang melarikan Putri Paduka . Kenapa dapat dipastikan, karena disitu juga terdengar tangis seorang wanita. Dan dari situlah patut diduga, bahwa putri paduka Dewi Erawati telah dilarikan ke dalam Sungai Gangga oleh mahluk tersebut.” Berhenti sebentar Patih Sengkuni, kemudian masih dengan khidmat ia meneruskan ceritanya

“Oleh sebab itu, anak Prabu Jakapitana telah bersumpah, tidak akan kembali ke Negara Astina bila tidak dapat pulang bersamaan dengan putri paduka Dewi Erawati. Demikian yang dapat hamba ceritakan, sinuhun”.

Prabu Salya menghela nafas panjang. Cerita Patih Sangkuni  tentang keberadaan Erawati bukannya menjadikan sang Prabu berlega hati, tetapi malah menambah gundah isi hati Sang Prabu.

Sejenak kemudian, berkata Prabu Salya kepada Patih Sangkuni. “Heh Patih Sangkuni, setelah kamu menceritakan hal yang terjadi, seketika jantungku menjadi berdebaran. Bila hal itu nyata, mulai kapan lagi Kurawa akan memulai kembali melakukan pencarian di dalam Sungai Gangga?

“Walau tidak diperintah, siang dan malam tak bakal berhenti pencarian itu. Akan berasa malu besar apabila Prabu Jaka Pitana tidak kembali membawa putri Paduka, pulang ke Mandaraka.” jawab Patih Sangkuni.

“Sukurlah bila demikian. Kecuali aku menyetujui usaha para Kurawa, aku juga akan memberikan bantuan apapun yang para Kurawa butuhkan”. Prabu Salya mencoba menawarkan bantuan untuk memperlancar usaha para Kurawa.

“Hanya pangestu dari Paduka Sinuwun Mandaraka yang hendaknya menjadi obor bagi gelapnya jalan kami.” Namun Sangkuni dengan halus menolak

“Bagus!! Kapan kamu mau kembali?”

“Sekarang juga kami akan kembali menghadap putra Prabu Doryudana,  dan hamba akan segera menceritakan apa yang terjadi disini.”

***

Prabu Doryudana seorang Raja muda kerajaan Hastina memang belum mempunyai pendamping sebagai Permaisuri, setelah mendengar ada sayembara melamar putri Mandrak, maka dengan segera menyiapkan pasukan untuk berangkat melamar putri Sulung Prabu Salya yakni Dewi Erawati. Namun apa yang terjadi, ketika Prabu Doryudana dengan rombongan sampai di kerajaan  Mandrak, ternyata sang Putri dikabarkan  hilang dibawa kabur oleh Maling Aguna. Dengan  hati kecewa Raja muda Hastina kembali ke kerajaannya dan tidak memasuki panggung sayembara di Blabar kawat..

Beberapa hari kemudian, karena  sang Putri tidak juga diketemukan kemudian menyebarkan pengumuman di seluruh penjuru negeri, hingga terdengar di kerajaan Hastina. Kemudian Rajamuda Hastina menerima laporan dari prajurit sandinya, bahwa sang Putri Erawati dibawa lari masuk ke dalam sungai, sehingga Sang Prabu Doryudana mengerahkan pasukan kataknya untuk menyelusuri ke dalam Sungai Gangga. Pencarian demi pencarian namun hasilnya gagal.

Pada bulan berikutnya, Prabu Doryudana mendengar kabar bahwa yang berhasil menemukan Dewi Erawati adalah Raden Kakrasana Pangeran dari kerajaan Mandura...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun