Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

LPG 3 kg langka, dan Jeritan Ibu Rumah Tangga

17 Januari 2014   08:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:45 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saya tertegun membaca metrum yang dibuat seorang ibu rumah tangga tentang kepeduliannya  terhadap kelangkaan LPG 3 kg sebagai konversi MITAN. Jeritan ibu rumah tangga ini  tidak perlu melakukan demo dengan pengerahan massa mendatangi Pertamina, dan menuntut normalisasi distribusi LPG 3kg di semua daerah. Protes seorang ibu dalam metrum tembang Pangkur seperti dibawah ini;

APA TA KAREPE ?

Yen wana isih ngrembaka
Lenga patra uga ra diilangi
Kawula dasih tan bingung
Nadyan gas ora ana
Pawon-pawon isih bisa murub ngebul
Kompor patra isih guna
Ora bingung kadi niki

Apa kang dadi daruna
Kanyatane gas angel digoleki
Kana-kene kothong suwung
Kawula dha ngresula
Pertamina jarene uwis tumurun
Nanging nyatane gas langka
Pa pancen iki politik

alih bahasa;
Apa yang diinginkan ?
jika hutan masih tumbuh lebat | minyak tanah tidak dihapuskan | rakyat kecil tidak bingung | meski tidak ada Gas | dapur-dapur dirumah masih menyala |  kompor minyak tanah masih ada gunanya | tidak bingung seperti sekarang ini ||

Ada apa sebenarnya | pada kenyataannya GAS sulit didapat | disana-sini terjadi kelangkakan barang | rakyat kecil hanya bisa pasrah mengeluh | Pertamina yang katanya sudah menindak lanjuti keluhan rakyat| tetapi pada kenyataannya LPG masih langka | apakah ini memang permainan Politik ? ||

Mengutip pidato Direktur Pertamina Karen Agustiawan" ...Mengurangi ketergantungan pada minyak dengan mengembangkan sektor gas alam dan gas nonkonvensional..."

Rakyat sudah mau melaksanakan keinginan Pemerintah dalam konversi GASMITAN, bahkan di rumah-rumah sudah tak nampak bangkai kompor minyak tanah,  kayu, arang sudah ditinggalkan oleh ibu-ibu rumah tangga. Namun sejak awal bulan Desembere 2013 lalu, LPG 3kg sudah mulai  jarang ditemui di pasaran. Kalaupun ada hanyalah tabung kosong yang dipajang, atau mungkin harganya sudah lebih mahal.

Lonjakan harga LPG 3 kg mulai bulan Desember lalu merayap naik dari 14.000 rupiah sampai akhir tahun 2013 menjadi 16.000 rupiah. Memasuki bulan Januari 2014 yang didahului dengan kebijakan Pertamina menaikkan LPG 12 kg yang membuat keputusan  sangat merugikan rakyat, karena banyak pedagang LPG 12 kg yang dirugikan atas kebijakan tersebut, dan tidak ada kompensasi dari Pertamina.

Sekarang harga LPG 3kg yang katanya subsidi Pemerintah,  harganya di pasaran sudah berkisar antara 18.000-21.000 rupiah/ tabung. Artinya ada lonjakan harga 50% lebih dari harga Agen [13.750]. Siapa yang bermain dalam kasus ini ?

Harapan rakyat, meminta kepada  para wakil rakyat, agar  menekan kepada Pemerintah, bahwa konversi GASMITAN tidak dimonopoli pedagang [ HISWANA] tetapi LPG 3 kg yang bersubsidi itu sebaiknya di jual bebas di setiap SPBU seperti halnya bensin dan solar. Batalkan kebijakan Menteri ESDM tentang sistim rayonisasi, karena dengan pembatasan-pemtasan seperti itu, para spekulan akan bermain di dalam kebutuhan pokok masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun