Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kisah Ki Ageng Mangir [4]

20 Desember 2012   11:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:18 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BERGURU PADA SUNAN KALIJAGA

Ki Ageng Wanabaya cepat menangkap isyarat terhadap tamu yang satu ini, jelas tamunya bukan orang sembarangan, ini tamu yang luar biasa. Dalam hati ki Ageng tertarik dengan ilmu yang dimiliki oleh tamunya. Segera   ki Ageng berlari mengejar tamunya.

Setelah berhasil mengejar tamunya itu, ki Ageng memegang kedua kaki kanjeng Sunan, seraya meminta:” dhuh Gusti sang Maha Yekti, kawula atur prasetya, nuwun kawejanga mangké ” ( Dhuh guru, saya mohon diterima menjadi muridmu).

Kanjeng Sunan menjawab:” déné ki jèbèng sira, nututi marang ingsun, kadiparan karsanira?” (ada apa kisanak mengejarku, apa maksudmu?”).

Ki Ageng Wanabaya dengan takzim berkata;” kawula ngaturaken tobat, amba ayun andhedhepok, andhèrèk ing karsa tuwan, nadyan pejah gesanga” (  saya mengaku bersalah, saya bertobat, hamba minta diijinkan untuk melayani guru meski mati sekalipun).

Kanjeng  Sunan menjawab:” ingsun gelem asung margi, nging mengko sira balia, nutugna karyamu pasrahna marang anakira, lan agé nusula sira ana ing désa Kembanglampir”( kau kuterima, tapi pulanglah dulu, selesaikan kepentingan anakmu, dan carilah aku di desa Kembanglampir).

Segera Kanjeng Sunan meninggalkan tempat dan dalam sekejap sudah tidak Nampak dan juga tidak dapat dikejar, berjalan seperti angin.

Singkat cerita ki Ageng Wanabaya segera mendatangi putranya di krobongan, seraya berkata;” lah kulup, sira karia basuki, dèn becik apalakrama, gumantiya marang ingsun lan nganggoa jeneng Ki Ageng Mangir, ingsun angulati Gusti mring Kembanglampir, tan mulih yèn tan panggih guruningwang, sun mandhep mring kamuksan “ ( anakku, kalian tinggalah dengan damai dengan isterimu, dan gantikanlah kedudukan ayahmu ini, dan sejak ini kau bernama Ki Ageng Mangir. Karena aku akan mencari guruku didesa Kembanglampir, dan tidak akan pulang hingga ajal menanti, sampai bertemu dengan guruku).

Ki Ageng Mangir yang baru saja diwisudha itu, menjawab dengan menangis;” kula ndhèrèk rama “ (saya ikut ayahanda).

Ki Ageng Wanabaya berkata lagi ;” aja sira mèlu ingwang, sira tunggwa désa iki, ngesuhi para kawula ing kéné ” ( kamu jangan ikut, tetapi tetaplah tinggal disini untu memimpin rakyat disini).

Kemudian ki Ageng Wanabaya segera meninggalkan rumah pendapa dan berlari mencari desa Kembanglampir.

Perjalanan Ki Ageng Wanabaya dalam usahanya mencari desa Kembanglampir tidak diceritakan, dan sampailah ki Ageng Wanabaya disebuah desa yang kosong tak berpenghuni, yang ada hanyalah sebuah surau panggrok (dari bambu). Disitu hanya ada sebuah padasan ( bejana untuk berwudlu) dan sebuah kolam kecil.

Ki Ageng Wanabaya heran, desa ini besar tetapi tanpa penghuni, yang ada hanyalah sebuah surau, tetapi ketika melongok kedalam surau, ternyata kosong tiada penghuninya, tiada seorangpun di dalam surau itu. Ki Ageng Wanabaya  mencari Kanjeng Sunan tidak ketemu. Karena kelelahan mencari dan yang dicari tidak diketemukan, maka ia masuk kedalam surau tersebut. Dalam hati tidak akan makan, tidak minum dan tidak akan tidur sebelum berjumpa dengan sang guru sejati.

Maka iapun menunggu di dalam surau itu tidak makan dan tidak tidur selama 40 hari 40 malam.

Syahdan kanjeng Sunan Kalijaga teringat kalau telah mengangkat murid dan sanggup untuk membimbingnya, maka segera  mendatangi muridnya pada bulan purnama hari jum’at kliwon. Ki Ageng Wanabaya terperanjat ketika kanjeng Sunan  telah ada dihadapannya. Ia segera menghaturkan sembah seraya mencium kaki kanjeng Sunan, sambil menangis sendu.  “ ya wis jèbèng lungguha sing prayoga, sun tarima pangabektimu, mengko sun mbabar wirayat, dèn mantep ing agama, tansah syukur mring hyang suksma, haywa pegat nestapané “ kata kanjeng Sunan. (baiklah anakku, aku terima rasa hormatmu padaku,  nanti aku akan ajarkan kepadamu, agar bertambah mantap keimananmu, dan selalu bersyukur kepada Allah swt, dan selalu waspadalah).

Ki Ageng Wanabaya sudah diberitahu hakikat ilmu agama, syari’at, tarikat dan makrifatnya, terlebih lagi tentang kawruh sangkan paraning dumadi, akan kemana kelak jika sudah meninggal, dan semuanya sudah dijelaskan oleh kanjeng Sunan sampun tuntas. Kemudian lanjut kanjeng Sunan;” lah sira manguna teki anèng guwa plawangan, dèn mantep bekti hyang Manon, lan dèn éling jèbèng sira aja kaya mbiyèn, ngungungaké karep ngunggung krajan. Iku sesiriking ngèlmu, nanging wus pasthi wuntat, jalma busana kajèné “ ( nah sekarang kamu berpuasa tidak melakukan sanggama, jangan seperti dulu, kamu menghamba pada nafsumu dan juga menumpuk harta. Tetapi memang begitulah dalam setiap kawruh ada pantangannya, tetapi memang demikianlah bahwa manusia itu dihormati karena penampilannya).

Lanjut kanjeng Sunan;” ing bésuk sira pinaringan kramat déning hyang Manon, gegaman ampuh kalintang tan ana jalma teguh timbul yèn ketiban pusakamu mesthi sirna “ (kelak kau akan mendapatkan kemuliaan sebuah senjata yang ampuh luar biasa, tiada seorang akti seperti apapun, jika kena pusaka tersebut pasti akan sirana).

Ki Ageng Wanabaya sudah berikrar sanggup untuk menjalaninya. Semua laku tirakat sudah dijalani seperti ; tapa ngalong, tapa ngluweng, tapa ngluwak, tapa ngèli, kalau pagi menatap matahari, menjadi orang yang hina yakni membawakan barang  (kuli panggul/rangsang),  memberi makan pada orang yang kelaparan, memberi payung pada orang yang kehujanan. Singkat cerita apa yang menjadi kehendak ki Ageng Wanabaya terkabul.

Kemudian atas perintah Sunan Adilangu, ki Ageng Wanabaya, diperintahkan untuk bertapa di gunung Merbabu, untuk menyempurnakan ilmunya dalam nggayuh kawruh kasampurnaning ngaurip ( mencapai kesempurnaan hidup).

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun