Mengajarkan seorang anak , agar mampu berbakti pada orang tuanya, ada beberapa literatur, terutama pada kaidah agama. Namun dalam praktek kehidupan wujud berbaktinya anak, pada umumnya hanya pada hari Raya keagamaan dan bila orang tua sedang menderita sakit. Dibawah ini, disajikan contoh bakti anak pada orang tua menurut wiracarita wayang purwa, mungkin untuk masa sekarang ini sulit untuk dijumpai seseorang yang memiliki watak dan perilaku seperti seorang Dewabrata. Dewabrata, sejak bayi telah ditinggalkan oleh ibunya pulang ke negeri asalnya dan tak kunjung kembali. Ia diasuh oleh ayahnya hingga dewasa, selama masa bayinya setiap wanita yang diminta untuk menyusui, selalu tewas, sehingga sulit mencari wanita bakal pendamping ayahnya yakni Prabu Santanu. Hanya seorang wanita yaitu Dewi Durgandi, sekali saja menyusuinya, setelah itu tidak pernah lagi sampai ia dewasa. Dewabrata diberitahu oleh ayahnya, bahwa dulu ketika ia masih bayi, sang ayah berusaha mencarikan ibu yang mampu mengasuhnya. Dalam sayembara tersebut sang ayah memenangkannya, namun hingga dewasa sang ibu ( Dewi Durgandini ) tidak mau diboyong ke Kerajaan, alasannya menunggu kalau Dewabrata sudah dewasa. Demi baktinya kepada orang tua, maka Raden Dewabrata segera menemui ibunya di kerajaan Wiratha, dan berhasil menemui calon ibunya. " Dhuh kanjeng ibu, ijinkan hamba menghadap.." Dewabrata seraya memberikan sembah sungkem pada sang Dewi Durgandini. Dalam hati dewi Durgandini ketika memperhatikan wajah Dewabrata , teringat akan Prabu Santanu. Kemudian secara singkat Dewabrata menyampaikan maksud kedatangannya , yaitu ingin memboyong sang Ibu ke kerajaan Hastisna. " Dewabrata, aku menyadari bahwa sejak upacara pernikahan itu sudah 36 tahun lamanya aku tidak mau diboyong ke kerajaan ayahandamu, aku sengaja menunggumu kalau sudah dewasa " " sekarang hamba sudah dewasa, apakah ibu berkenan untuk saya boyong , ke negeri Hastana ? " " aku mau di bawa ke kerajaan Hastina, jika ayahandamu bersedia memenuhi keinginanku, apakah engkau sudah mendapatkan ijin dari ayahandamu...". Raden Dewabrata sudah menyanggupi apa yang menjadi permintaan dewi Satyawati . " pertama , aku mau diboyong ke Hastina asalkan kelak yang menjadi pewaris tahta kerajaan Hastina adalah anakku yang lakilaki ". Raden Dewabrata menyanggupi " nanti akan hamba sampaikan kepada kanjeng rama " " Lha kalau ramamu lengser, padahal kamu adalah anak lakilaki pewaris tahta Hastina...apa kamu tidak kecewa ...? " saya rela tidak menjadi pewari tahta kerajaan Hastina...asalkan ibu bersedia untuk diboyong ke negeri Hastina...." jawab Dewabrata. " iya, kamu memang rela menyerahkan kerajaan, tapi bukankah kamu mempunyai keturunan nantinya " " kanjeng ibu, aku bersumpah yang disaksikan oleh bumi dan langit, asal ibu bersedia mendampingi ayahanda Prabu Santanu, aku rela tidak menikah selama hidup..... " di angkasa terdengar suara menggelegar...pertanda sumpahnya Dewabrata disaksikan oleh para Dewata. Kemudian Dewi Durgandini bersedia diboyong ke kerajaan Hastina, dan setelah diserahkan kepada sang Prabu Santanu. Selama 36 tahun lamanya Prabu Sentanu menunggu, calon permaisuri....kini sang Prabu sudah berusia 76 tahun...sedangkan dewi Durgandini berumur 54 tahun....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H