Saya tertegun membaca metrum yang dibuat seorang ibu rumah tangga tentang kepeduliannya  terhadap kelangkaan LPG 3 kg sebagai konversi MITAN. Jeritan ibu rumah tangga ini  tidak perlu melakukan demo dengan pengerahan massa mendatangi Pertamina, dan menuntut normalisasi distribusi LPG 3kg di semua daerah. Protes seorang ibu dalam metrum tembang Pangkur seperti dibawah ini;
APA TA KAREPE ?
Yen wana isih ngrembaka
Lenga patra uga ra diilangi
Kawula dasih tan bingung
Nadyan gas ora ana
Pawon-pawon isih bisa murub ngebul
Kompor patra isih guna
Ora bingung kadi niki
Apa kang dadi daruna
Kanyatane gas angel digoleki
Kana-kene kothong suwung
Kawula dha ngresula
Pertamina jarene uwis tumurun
Nanging nyatane gas langka
Pa pancen iki politik
alih bahasa;
Apa yang diinginkan ?
jika hutan masih tumbuh lebat | minyak tanah tidak dihapuskan | rakyat kecil tidak bingung | meski tidak ada Gas | dapur-dapur dirumah masih menyala | Â kompor minyak tanah masih ada gunanya | tidak bingung seperti sekarang ini ||
Ada apa sebenarnya | pada kenyataannya GAS sulit didapat | disana-sini terjadi kelangkakan barang | rakyat kecil hanya bisa pasrah mengeluh | Pertamina yang katanya sudah menindak lanjuti keluhan rakyat| tetapi pada kenyataannya LPG masih langka | apakah ini memang permainan Politik ? ||
Mengutip pidato Direktur Pertamina Karen Agustiawan" ...Mengurangi ketergantungan pada minyak dengan mengembangkan sektor gas alam dan gas nonkonvensional..."
Rakyat sudah mau melaksanakan keinginan Pemerintah dalam konversi GASMITAN, bahkan di rumah-rumah sudah tak nampak bangkai kompor minyak tanah,  kayu, arang sudah ditinggalkan oleh ibu-ibu rumah tangga. Namun sejak awal bulan Desembere 2013 lalu, LPG 3kg sudah mulai  jarang ditemui di pasaran. Kalaupun ada hanyalah tabung kosong yang dipajang, atau mungkin harganya sudah lebih mahal.
Lonjakan harga LPG 3 kg mulai bulan Desember lalu merayap naik dari 14.000 rupiah sampai akhir tahun 2013 menjadi 16.000 rupiah. Memasuki bulan Januari 2014 yang didahului dengan kebijakan Pertamina menaikkan LPG 12 kg yang membuat keputusan  sangat merugikan rakyat, karena banyak pedagang LPG 12 kg yang dirugikan atas kebijakan tersebut, dan tidak ada kompensasi dari Pertamina.
Sekarang harga LPG 3kg yang katanya subsidi Pemerintah, Â harganya di pasaran sudah berkisar antara 18.000-21.000 rupiah/ tabung. Artinya ada lonjakan harga 50% lebih dari harga Agen [13.750]. Siapa yang bermain dalam kasus ini ?
Harapan rakyat, meminta kepada  para wakil rakyat, agar  menekan kepada Pemerintah, bahwa konversi GASMITAN tidak dimonopoli pedagang [ HISWANA] tetapi LPG 3 kg yang bersubsidi itu sebaiknya di jual bebas di setiap SPBU seperti halnya bensin dan solar. Batalkan kebijakan Menteri ESDM tentang sistim rayonisasi, karena dengan pembatasan-pemtasan seperti itu, para spekulan akan bermain di dalam kebutuhan pokok masyarakat.