Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Lulang Kebo landhoh [7]

30 Desember 2012   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:47 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panembahan Seh Jangkung

Ki Jangkung melangsungkan pernikahannya dengan Dyah Rêtna Jinoli yang dalam resepsinya  dibuat sangat mewah. Penari tandaknya yang cantik-cantik sehingga membuat para penikmat seni tayub itu tergila-gila pada ronggengnya.

Ki Patih Danurêja ketikaikut menari selama sepekandengan mengikuti irama gending beksan Tayub, apalagi penari cantik membikin orang lupa daratan.

Usai acara resepsi, ki Jangkung yang kini menjadi kakak ipar sekaligus sahabat dalam kawruh spiritual itu, semakin menambah wawasan Kanjeng Sultan Agung.

Telah tiga bulan lamanya ki Jangkung berada di dalam Istana, pada suatu pagi Sultan Agung memanggilnya untuk menghadap di Sitinggil. Yang dihadiri pula para ulama dan kyai. Ki Jangkung diberi kepeprcayaan oleh Kanjeng Sultan untuk memandu sarasehan tentang rasaning ngèlmu sajati, kesejatian hidup didunia, dan sangkan paraning dumadi, serta keselamatan menuju kembalinya ke kehidupan Abadi.

Perintah dari Kanjeng Sultan “ Wahai kakanda Jangkung, apabila kakang mampu menguraikan semua yang aku sebutkan tadi, maka aku berikan wewenang pada Kakng Jangkung untuk menguasai tanah disebelah utara gunung ini hingga di sebelah selatan sungaiLusisemuanya aku serahkan pada kakang Jangkung, dan aku hanya minta pada setiap garebeg Maulud kakang Jangkung supaya seba di Kraton Mataram ini.

Ki Jangkung , setelah memberikan sembah kemudian menjawab” hamba hanya dapat mengucapkan sukur Alhamdulillah, juga merasa beruntung atas kasih sayang paduka pada diri saya ini. Bagi hamba, untuk apa diberi wewenang  wilayah yang sangat besar, bukankah itu hanya akan menambah musuh saja.?”

Semuanya yang hadir dalam pasewakan itu, terdiam. Ki JAngkung kemudian melanjutkan” Jika hamba diperkenankan, hamba hanya minta dua puluh lima desa saja, termasuk desa yang saya tempati, yaitu ; Desa Landhoh empat-empatnya [Kendal, Bantul, Pati dan Cirebon] desa Miyana [ Pati], Pajenggotan, Lemahabang, Gadhu, Bontos, Sukalila, Kantil, Sokasari, Wanakusuma, Jrambah, Jêmbêr, Ngêpring, Dêrmaya, Thuwaran, Watulunyu, Krapyak Mêndho, Widuri , Panjunan dan Gêbanganom.

Kanjêng Sultan memberikan jawabannya” aku penuhi permintaanmu kakang , jika memang kakang Jangkung tidak mau aku beri sebagian wilayah selatan Mataram, dan hanya memilih dua puluh lima desa saja, aku kabulkan bahkan kakang Jangkung aku nobatkan  dengan gelar Panembahan.

Dan tinggal di desa Landhoh sebagai pusat dari duapuluh lima desa itu.

Kemudian ki jangkung “ hamba mengucapkan banyak terima kasih kepada paduka, dan satu lagi permintaan hamba, bahwa kelak,  mohon paduka memberikan dispensasi pada anak turun hamba dengan kemurahan paduka tuanku”

Kanjêng Sultan, tersenyum , kemudian” baiklah, dengan disaksikan semua yang hadir para ulama dan Bupati, Tumênggung Mancanagara, Tumenggungpasisiransemuanya dengarkan dan laksanakan permintaan ki Jangkung ini, sejak hari ini pula kakang Jangkung aku wisuda sebagai Panembahan dengan gelar Sekh Jangkung.Dan seluruh keturunannya berwenang menggunakan gelar Raden.

Segenap yang hadir dan para putra santana, para dêmang mantri kemudian memberikan sembah kepada Sekh Jangkung , sebagai tanda hormat atas titah Raja.

“ Kakang Panembahan Jangkung besok kita segera berangkat ke Mêkah | kemudian kenegeri Romawi, karena aku mendengar kabar bahwa Raja Romawiakan dhatang ke Mataram.

Oleh karena itu, maksudku sebelum mereka datang kesini, kita yang mendahului ke sana.

Sèh Jangkung berkata” tuanku, paduka tidak perlu khawatir, jika hanyaRaja Romawi saja, saja masih bersedia untuk menghadapinya, hamba bersedia berdebat tentang kawruh  sangkan paraning dumadi. Siapapun yang kalah, harus dihukum mati.”

Semua yang hadir terdiam, dan  Sekh Jangkung melanjutkan” kalau soal mengadu kesaktian, hamba kira paduka mampu menandingi kesaktian mereka, soal debat ilmu mistik, itu tanggung jawab hamba.”

Begitulah perjuangan ki Jangkung yang kemudian mendapat anugerah dari Kanjeng Sultan Agung Anyakrawati berupa tanah dua puluh lima desa dan diberikan hak sampai anak turunnya sebagai tanah perdikan. Bahkan masih dianugerahi derajat mulia.

***

Syahdan pada pagi itu Sultan Agung Hanyakrawati dan Sekh Jangkung melakukan perjalanan jauh, memenuhi undangan qodi di Mekah. Perjalanannya tidak diceritakan berapa lamanya, tetapi telah sampai di Mekah, dan bertemu dengan empat Imam, yaitu Imam Safi’i, Maliki, Hambali dan Hanafi.

Kemudian Sultan Agung berkata” para Imam sekalian, kenapa saya buru-buru datang kesini, karena saya ingin mendengar kepastian penjelasan dari par qwodi diosini, benarkah bahwa Raja Romawi akan memerangi kerajaan di Jawa, karena ini membuat cemas hati saya, dan juga merasa tidak enak.”

Imam Safi’i menjawab” sesuai pengertian hamba, dan yang hamba ketahui, bahwa TRaja Romawi sudah menyiapkan bala pasukan, yang aiap tempur.”

Sultan Agung berkata” kalau begitu sebaiknya saya menemui Raja Romawi, supaya mengurungkan niatnya untuk menyerang ke Jwa.”

Para Imam dan papra Qodi semua menyetujui keinginan Sultan Agung.

Kemudian setelah mohon diri, Sultan Agung dan Sekh Jangkung berangkat menuju ke Kerajaan Romawi, tetapi keduanya menyamar sebagai pengemis, dengan membawa tempurung kelapa dan pakaian yang penuh tambalan.

***

Kanjeng Sultan bersama kh Jangkung sudah sampai di alun-alun kerajaan Romawi, disana terlihat gelar pasukan dengan peralatan tempur, para pasukan yang akan melakukan pertempuran jauh. Dari Sitinggil Sang Raja melihat ada dua orang yang aneh berpakaian darwis, tetapi  mencurigakan.

“patih coba kedua darwis yang mencurigakan itu, kau hadapkan ke Sitinggil, aku akan menanya mereka”

[ada lanjutannya ke 8]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun