Mohon tunggu...
Rochani Sastra Adiguna
Rochani Sastra Adiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Misi Intelijen yang Gagal

21 Januari 2010   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:21 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Raden Pabelan putra dari Tumenggung Mayang, seorang playboy dari kota Pajang. Tumenggung Mayang adalah Komandan Intelijen Mataram, ia menugaskan Pabelan untuk menjalankan misi mengumpulkan informasi tentang aset intelijen dari kerajaan Pajang. Data aktual kerajaan Pajang sangat diperlukan  oleh Senapati ing Ngalaga, sebagai langkah persiapan untuk menaklukan Pajang.

Raja Pajang Sultan Hadiwijaya , pernah mengucapkan janji kepada Ki Ageng Pamanahan, akan memberikan hutan Menthaok sebagai tanah perdikan. Hadiah ini diberikan karena jasanya menaklukan pemberontakan Adipati Jipang Panolan Harya Penangsang. Ki Ageng Panjawi juga mendapatkan tanah perdikan di bumi Pati Pasantenan dan sudah diserahkan. Namun hak yang harus diterima Ki Ageng Pamanahan hampir lima tahun lamanya tak kunjung diberikan. Alasan tidak diserahkannya bumi Menthaok pada Ki Ageng Pamanahan, karena wirayat (ramalan) dari Sunan Giri, bahwa siapapun yang memiliki bumi Menthaok akan menurunkan Raja-raja besar di tanah Jawa ( baca: Nusantara). Berangkat dari wirayat Sunan Giri inilah Sultan Hadiwijaya sepertinya menelan ludah yang telah jatuh ketanah, ia merasa bakalan mendapat pesaing, karena tidak bisa menurunkan Raja-raja di Jawa. Rasa kekhawatiran yang mendalam ini semakin hari menyelimuti pikirannya yang sehat, meskipun tanah  Menthaok yang akan diberikan itu sebenarnya sebuah hutan yang kecil. Hanya orang tertentu saja yang dapat melihat bahwa hutan Menthaok itu di abad VII adalah bekas Kerajaan Sanjaya (Mataram Hindu), kurang lebih delapan abad telah terlewatkan, kini menjadi momok dalam kehidupannya sebagai Raja.

Raden Pabelan kini telah berhasil mendekati putra Sultan, yakni putri Sekararum, yang cantik jelita, tetapi sinengker oleh adat keraton, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan pemuda di kota Pajang. Dengan masuknya Pabelan kedalam lingkungan kaputren, maka spontan sang putri jatuh cinta. Kisah cinta yang semakin mendalam ini sudah berjalan tiga bulan lamanya, beberapa informasi penting sudah didapatnya, dan setiap ada info baru segera dilaporkan ke atasannya. Karena sebagai orang yang ditugasi ia tidak mau mengambil resiko.

Sepandai-pandai tupai melompat akan terjatuh pula, kisah cinta James Bond ala Pajang ini sudah terseret jauh pada sentimen pribadinya, sehingga misi yang harus diembannya lupa. PAda tengah malam, ketika sedang asyik bercengkerama di bilik kaputren, seorang emban sedang lewat didepan kamarsang putri yang gelap, tetapi ada dua dua suara canda tawa da mesra. Keingintahuan si emban dengan mencoba mengintip bilik kaputren, tetapi gelap. Nyai emban yang mendapat tugas sebagai pangarsaning emban kaputren dia tidak mau mengambil resiko. Maka segera memberi tahu anak buahnya agar menunggu didepan pintu bilik kaputren, nyai emban akan melapor pada Sultan.

Larut malam emban dengan tergopoh menjumpai Komandan pengawal dalam, agar dihadapkan pada RAja, ada informasi penting darurat. Sang komandan pengawal Raja, tanpa komentar segera melapor pada Sultan bahwa emban kaputren mohon ijin menghadap ada peristiwa darurat, yang harus diketahui oleh sang Raja. Setelah Nyai emban membeberkan ihwal yang terjadi dalam bilik kaputren, Sultan Hadiwijaya segera memerintahkan pasukan pengawal Bhayangkari untuk menangkap maling aguna yang bercengkerama didalam bilik kaputren. Malam itu kaputren geger, sang putri sekar kedaton dengan pakaian yang lusuh, dan rambutnya kusut, diseret kehalaman kaputren, dan dibelakangnya seorang pemuda yang mengenakan pakaian pyiyayi katumenggungan, yang kusut dengan menundukkan kepala, pasrah diseret kehalaman.

Komandan pasukan Bhayangkari menginterogasi singkat dan keduanya mengakui semua perbuatannya, Sultan Hadiwijaya setelah mendapat laporan tentang kejadian di kaputren, gemeretak giginya mata memerah kedua tangannya mengepal, dadanya berdegup kencang dan tanpa pikir panjang untung dan ruginya, karena dibungkus oleh harga diri, sang Raja memerintahkan " bunuh maling aguna".

Pada malam itu juga, meski sang putri Sekararum merengek pada sang ayah, tokh tidak berubah keputusannya. Raden Pabelan diperintahkan untuk memohon ampun kepada Raja, dan ketika  sedang melakukan sungkem pada Raja, dengan sigap para pengawal menusukkan keris ketubuh Raden Pabelan, darah menyembur, dan seketika itu juga terkapar, nyawa melayang. Mayatnya diikat dan dilempar kesungai.

Tumenggung Mayang setelah mendapatkan laporan yang terjadi di kaputren, segera melapor pada Senapati ing Ngalaga, adik iparnya. Dalam nawala rahasia itu tertulis, adikku keponakanmu gagal menjalankan misi rahasia, dan kini dieksekusi di pinggir kali Laweyan, terserah kebijakan adinda.

Senapati ing Ngalaga putra ki Ageng Pamanahan dan juga sebagai putera angkat Sultan Hadiwijaya, segera mengadakan sidang darurat, hasilnya adalah menyusun kekuatan untuk sewaktu-waktu menyerbu ke Pajang. Sejak peristiwa terbunuhnya prajurit sandi Raden Pabelan, maka untuk seterusnya Danang Sutawijaya yang bergelar Senapati Ing Ngalaga, tidak pernah mengikuti pisowanan di kerajan Pajang, dan Kasultanan Pajang sudah memberikan cap pada Sutawijaya telah melakukan pembelotan pada Raja, Katanya ; Sutawijaya wus mirong kampuh jingga, wani mbalela marang ratu lan uga wong atuwa. Surat teguran dari kerajaan berkali-kali diabaikan, apalagi intelijen Pajang mengetahui bahwa Senapati telah menyusun kekuatan. Maka penyerbuan ke Mataram oleh pasukan Pajang dipimpin Sultan sendiri...

setidaknya bagi seorang pemimpin harus mampu mengontrol diri, apalagi menjanjikan sesuatu, yang suatu saat akan dapat menuai masalah baru, tancep kayon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun