Mohon tunggu...
Sazkia
Sazkia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, Saya Sazkia. Hobi saya membaca dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembangunan Karakter Siswa Melalui Madrasah Ibtidaiyah

9 September 2023   11:58 Diperbarui: 9 September 2023   12:05 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ola sobat kompas!

Pada artikel kali ini akan membahas mengenai pembangunan karakter siswa melalui madrasah ibtidaiyah. Nah sobat kompas kalian sadar gaksih kalau sebagian orang memandang yang kuliah di jurusan PGMI biasa saja? Bahkan masuknya tergolong mudah?

Sebagian orang beranggapan remeh atau biasa saja pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Padahal pada tahun 2022, terhitung 26.129 unit sekolah madrasah ibtidaiyah yang artinya banyak peluang pekerjaan yang ditemui di madrasah ibtidaiyah.

Pada artikel kali ini, saya akan menyampaikan motivasi dari dosen saya pada mata kuliah ilmu Pendidikan islam. Dr. Suwendi, M. Ag. Beliau menyampaikan banyak motivasi mengenai jurusan PGMI yang salah satunya berkaitan dengan pembangunan atau pembentukkan karakter siswa.

Tingkat Sekolah dasar adalah tingkatan yang sangat melekat dan membekas pada diri siswa. Dari mulai 0 tumbuh sampai terbentuknya karakter siswa itu dimulai dari tingkat sekolah dasar.

Orang yang memilih untuk menekuni jurusan PGMI sudah pasti memiliki banyak keahlian antara lain keterampilan mengajar dan mendidik, kemampuan berpikir sistematis, serta kemampuan berkomunikasi verbal dan non verbal yang baik.  Di jurusan PGMI kita mengasah dan menguasai 5 basic mata pelajaran yang nantinya akan disalurkan kembali kepada para siswa, seperti Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam Sosial, Pendidikan Pancasila, dam Pendidikan Agama Budi Pekerti.

Dalam pertemuan kemarin, saya juga memahami pentingnya pembangunan karakter anak sejak dini. Sebagai contoh, ada dua peristiwa. Pertama, ada seorang anak dari keluarga kaya raya yang memiliki segalanya tetapi memilih untuk tidak meneruskan pendidikannya untuk berkuliah. Kedua, ada seorang anak dari keluarga biasa yang sulit dalam finansial namun memilih untuk melanjutkan Pendidikan (kuliah). Apa perbedaan kedua situasi tersebut? Dan apa yang bisa dipetik dari perbandingan kedua contoh tersebut?

Pertama, niat. Niat adalah hal yang utama dalam melakukan sesuatu, kemudian ada semangat yang tinggi, ketiga ada pola arah atau parenting, dan terakhir yaitu bersyukur. Perbandingan dari alasan yang ada cukup jelas membuktikan. Seperti niat dan semangat yang tinggi di antara kedua contoh sangat berbeda. Salah satu contoh dari anak biasa saja, kebanyakan dari mereka punya niat dan semangat yang tinggi untuk melanjutkan Pendidikan setinggi mungkin karena alasan sendiri seperti ingin mengangkat derajat kedua orang tuanya.

Dr. Suwendi, M. Ag. Juga mengutip salah satu kata semangat yaitu orang yang paling gagal adalah orang yang tidak melanjutkan pendidikan  dan menjadikan ekonomi keluarga sebagai alasannya.

Rezeki dan semua porsi hidup manusia sudah diatur dengan baik oleh Allah SWT., serta dimudahkannya segala urusan pasti disertai dengan rasa syukur, doa, dan juga usaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun