Kesulitan adalah bencana bagi orang yang lemah, tetapi bagi orang-orang yang kuat, kesulitan adalah pijakan untuk naik ke tempat yang lebih tinggi. Quotes ini selalu diingat oleh seorang anak laki-laki berusia 18 tahun, anak itu bernama Raihan. Raihan adalah seorang anak piatu yang tinggal dan berjuang untuk hidup bersama dengan ayahnya. Raihan merupakan anak yang sangat baik tetapi Raihan adalah tipikal anak yang sulit bergaul dan tidak seperti anak lainnya yang pandai bersosialisasi. Ayah Raihan pun merupakan ayah idaman, tipikal ayah yang sangat dekat dengan anaknya. Ayah Raihan sangat baik, murah hati, dan pintar memasak, karena itu Raihan sangat mengidolakan dan menyayangi ayahnya. Raihan memiliki cita-cita yang sangat luar biasa, ia ingin menjadi seseorang yang sukses, dan juga ia ingin melihat ayahnya bangga karena usahanya. tetapi akankah mimpi itu akan terwujud?
        Perjalanan hidup Raihan akan dimulai pada hari ini, Raihan harus pindah dari sekolah karena harus ikut bersama ayahnya. Ayah Raihan bekerja sebagai manajer di salah satu perusahaan yang bernama Dingga Food. Sudah bertahun-tahun ayahnya bekerja disitu,  hingga suatu hari ayahnya harus dipindahkan tugasnya ke kota Bandung yang merupakan pusat produksi Dingga Food. Mau tidak mau Raihan harus  ikut dengan ayahnya dan Raihan pun harus pindah sekolah ke sekolahan yang baru di tempat ayahnya bekerja. Di hari pertama Raihan masuk sekolah, di sekolahan barunya dia melihat teman sekelas nya sedang di buli oleh anak yang bernama Bagas, anak itu di pukul, dan disiram oleh susu. Karena Raihan kesal melihat ada teman sekelasnya yang di buli ia pun beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Bagas, dengan perasaan yang sangat kesal Raihan pun menghajar Bagas karena ia tidak suka melihat seseorang di buli seperti itu. Bagas  merasa tidak terima karena Raihan memukulnya dan dia pun  tidak tinggal diam yang akhirnya mereka berdua bertengkar di dalam kelas  disaksikan oleh seluruh siswa dan siswi di kelasnya.
        Perkelahian berlanjut sampai ada guru yang datang ke kelas mereka karena kondisi kelasnya yang sangat gaduh dan kacau. Bagas dan Raihan pun dibawa ke ruang BK dan orangtua mereka berdua pun dipanggil ke sekolah, ayah Raihan yang sedang bekerja pun izin untuk datang ke sekolah anaknya. Sesampainya di ruang BK ayah Raihan terkejut karena orang yang dihajar Raihan di kelasnya itu adalah anak dari pemilik Dingga Food tempat ayah Raihan bekerja dan ayah Bagas juga merupakan penyumbang uang terbesar di sekolah itu. Ayah Raihan meminta maaf dan ingin menyelesaikan permasalahan ini dengan kepala dingin tanpa membawa anaknya ke jalur hukum. Bagas merupakan siswa yang sangat nakal dan sering kali membuli dan membuat masalah di sekolahnya, tetapi karena dia anak dari pemilik perusahaan makanan terkenal dan juga ayahnya adalah seorang penyumbang dana terbesar di sekolah itu, para pihak sekolah tidak berani menghukum atau memarahi Bagas. Mereka hanya berani menegur dan memberi nasihat kepada Bagas namun ia tetap saja tidak akan mendengarkan apa yang gurunya katakan.
         Ayah Bagas sebenarnya sudah memaafkan kesalahan Raihan dan menerima permintaan maaf dari ayahnya. Ayah Raihan adalah orang yang sangat dipercayai oleh ayahnya Bagas, makanya ia memaafkan kesalahan putranya Raihan. Ya, karena dia juga sadar bahwa anaknya Bagas yang salah karena telah membuli teman sekelasnya. "Aku tidak terima! Aku mau dia di hukum dan dimasukan ke penjara'' ucap Bagas. Raihan yang merasa tidak terima membalas kembali ucapan Bagas "Maksudmu apa? Aku tidak salah! Aku hanya membela orang yang kamu buli, seharusnya kamu yang masuk penjara". Melihat mereka ribut di ruangan BK ayah Bagas pun memberhentikannya dan meng iya kan perkataan anaknya yang ingin Raihan di masukan ke penjara. Raihan dan ayahnya merasa tidak adil dan ayahnya memohon agar Raihan tidak di penjara. "Pak tolong jangan masukan anak saya ke penjara, maafkan dia sudah memukul anakmu, saya mohon jangan penjarakan anak saya, lebih baik bapak pecat saya saja" ucap ayah Raihan. Setelah perdebatan yang panjang akhirnyaa ayah Bagas memutuskan untuk tidak memasukan Raihan ke penjara, tetapi Raihan harus meminta maaf dan berlutut kepada anaknya, lagi lagi Raihan menolak dan membantah permintaan ayah Bagas, menurutnya itu sudah sangat keterlalun karena ia memukul Bagas itu dengan alasan yanga benar, dia memukul Bagas karena Bagas sudah semena-mena merundung teman sekelasnya. Alhasil Raihan dikeluarkan dari sekolahnya, dan ayahnya mengundurkan diri dari Dingga Food.
        Perlakuan seorang ayah yang baik kepada anaknya, ayah Raihan sama sekali tidak memarahi anaknya yang berkelahi di kelas sampai harus dikeluarkan dari sekolahnya dan membuat ayahnya kehilangan pekerjaan. Walaupun sedih karena harus kehilangan pekerjaanya ayah Raihan bangga kepada anaknya karena anaknya hidup dengan percaya diri dan memegang teguh prinsip kebenaran yang dia ajarkan. Setelah kejadian itu Raihan membantu ayahnya untuk membuat restoran kecil di pinggir jalan, ayahnya memang sangat pandai sekali memasak makanya mereka ber inisiatif untuk membuka restoran kecil di pinggir jalan. Mereka berdua bekerja sama saling membantu satu sama lain unutk menyusun peralatan, meja, kursi, dan interior lainnya dengan sangat rapih. Setiap hari mereka menyiapkan segala kebutuhan untuk restoran itu mulai dari pagi sampai malam. Tidak butuh waktu yang lama akhirnya restoran itu pun sudah jadi dan siap untuk digunakan, ayah Raihan meminta anaknya untuk pulang lebih dahulu karena ia masih harus membereskan barang barang yang ada di restoran. "Ayah aku pulang duluan ya" ucap Raihan, ayah nya mengangguk "iya nak, kamu hati-hati ya, tunggu ayah dirumah" ucap sang ayah dengan memberikan senyuman yang sangat manis kepada anaknya.
        Malam yang sepi dengan hembusan angin yang sangat kencang menemani perjalanan Raihan menuju rumahnya. Rumah yang sederhana namun terdapat kenangan dan kehangatan yang menyelimuti di setiap ruangannya, foto-foto yang terpampang dan tersusun rapih di ruang tamu membuat suasana rumah semakin hangat. Sesampainya Raihan dirumah ia langsung bergegas masuk kedalam karena angin diluar sana berhembus sangat kencang, Raihan mengganti pakaiannya dengan piyama tebal untuk menghangatkan tubuhnya yang kedinginan selama perjalanan tadi. Dia menunggu kedatangan ayahnya diruang tamu, ia berbaring di sofa sambil di temani dengan cokelat panas. Melihat jam yang sudah menunjukan pukul 23.30 WIB Raihan merasa heran dan bertanya-tanya "Mengapa ayah belum sampai? Apakah masih banyak barang yang harus di bereskan di restoran?". Raihan mencoba menghubungi ayahnya melalui telepon genggam tetapi sama sekali tidak ada jawaban dari ayahnya, tentu saja ia panik memikirkan ayahnya yang belum sampai rumah. Dengan perasaan yang sangat gelisah Raihan terus menerus mundar-mandir di ruang tamu dan terus mengecek handphone nya.
         Waktu sudah menunjukan pukul 00.00 WIB, ayahnya masih saja belum sampai dirumah. Tidak lama ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal, Raihan menjawabnya dan ternyata itu dari pihak kepolisian yang memberitahukan bahwa ayah Raihan mengalami kecelakaan dan dibawa ke Rumah Sakit. Raihan sangat terkejut mengetahui ayahnya yang mengalami kecelakaan, dia langsung bergegas ke Rumah Sakit untuk menemui ayahnya, dengan hati yang cemas dan air mata yang terus mengalir ia berusaha secepat mungkin untuk datang ke rumah sakit. Setiba nya di Rumah Sakit Raihan melihat ada Polisi dan seorang Dokter yang sedang menunggunya di depan kamar pasien, dia bergegas lari menghampiri mereka "Sebenarnya apa yang terjadi pada ayah saya?" ucap Raihan "Ayah mu ditabrak mobil, kebetulan kami sedang patroli dan menemukan ayahmu  tergeletak dan tidak sadarkan diri dipinggir jalan, kami langsung membawa ke Rumah Sakit karena keadaan nya sudah sangat parah" begitulah kira-kira penjelasan dari pihak kepolisian "Kami meminta maaf sebesar-besarnya" ucap Dokter pada Raihan. Tangisan Raihan semakin menjadi ketika Dokter berbicara seperti itu, "Maksud Dokter apa?" Tanya Raihan. "Kami sudah melakukan yang terbaik kepada ayahmu tetapi takdir berkata lain, ayahmu tidak bisa kami selamatkan karena terdapat luka yang sangat parah pada kepalanya hingga terjadi pendarahan terus menerus" jawab Dokter pada Raihan.
        Bagaimanapun Raihan harus mengikhlaskan kepergian ayahnya, perasaan Raihan pasti sangat hancur karena ini sudah kedua kalinya ia kehilangan orang yang sangat disayangi dan dicintai. Saat dia berusia lima tahun ibunya meninggalkan Raihan dan ayahnya karena penyakit yang di deritanya, masa kecil Raihan pun lebih banyak bersama ayahnya. Bercanda, bermain, susah senang mereka rasakan bersama, tetapi sekarang Raihan benar-benar tidak memiliki siapapun untuk diajak bercerita sperti biasanya. Setelah pemakaman ayahnya selesai pihak kepolisian mendatangi Raihan dan memberitahu bahwa mereka akan melakukan penyelidikan terhadap kasus penabrakan ayahnya malam itu, penyelidikan pun terus dilakukan sampai-sampai Raihan merasa ada sesuatu yang janggal. Raihan meminta beberapa bukti seperti foto dan sebuah rekaman CCTV pada saat kejadian tabrak lari yang menimpa ayahnya. Melihat mobil pelaku penabrakan Raihan pun merasa tidak asing, dia berfikir dimana dia melihat mobil itu sebelumnya. Usut punya usut ternyata pelaku tabrak lari itu adalah Bagas, teman sekelas Raihan anak dari pemilik Dingga Food. Bagas bukannya bertanggung jawab ia malah bersembunyi di balik punggung ayahnya, semua laporan kecelakaan direkayasa oleh ayahnya agar anaknya terbebas dari hukuman.
        Dengan segala kekuasaan dan uang yang di miliki ayah Bagas, keadilan bisa dibeli. Raihan yang sudah kehilangan ayahnya malah divonis penjara selama 3 tahun dengan tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Bagas, padahal sudah jelas dia tidak bersalah tetapi karena ayah Bagas yang berbuat agar anaknya terbebas dari hukuman akhirnya ia men jebloskan Raihan ke  penjara dengan tuduhan yang tidak benar. Raihan yang tidak bisa berbuat apa-apa pasrah dibawa oleh pihak yang berwajib ke kantor Polisi. Anak se usia Raihan sudah beberapa kali mendapat cobaan yang cukup berat mulai dari dikeluarkan dari sekolahnya, seorang yatim piatu, dan menjadi narapidana juga. Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat amat singkat dan di dalangi oleh satu orang, Bagas. Tetapi untungnya Raihan adalah anak yang sangat kuat dan hebat, sakit hati dan dendam nya justru menjadi energi besar yang mendorong unutk menjadi seseorang yang sukses. Sejak saat itu motivasinya hanya satu, membalas dendam segala perbuatan Bagas dan ayahnya dengan kesuksesan.
        Selama di dalam penjara Raihan selalu membaca buku yang di dalamnya terdapat kata-kata yang membuatnya ter motivasi, seperti biasa dia bukan orang yang pandai bergaul dan memang tidak suka melihat orang di buli ataupun di tindas. Pada saat itu Raihan berjalan ke lapangan di lapas yang di penuhi oleh tahanan yang sedang  berolahraga , dia duduk di pinggiran lapang sambil membaca buku. Sedang serius ia membaca buku terdaengar suara ribut dari belakang Raihan, ia menolah dan ternyata ada dua orang tahanan yang berkelahi, niat baik Raihan untuk memisahkan keributan yang terjadi malah dia yang ikut di pukuli juga. Petugas kepolisian datang untuk melerai keributan dan meminta para tahanan kembali ke dalam lapas nya masing-masing termasuk Raihan.
        Tidak terasa sudah tiga tahun berlalu ia menjadi tahanan dengan tuduhan yang tidak benar, Raihan pun akhirnya bebas dari tahanan. "Akhirnya aku bisa menghirup udara segar diluar lapas". Ia menghabiskan waktu untuk berkeliling menikmati pemandangan kota yang sangat indah. "Wah, kota ini sudah banyak berubah" ucap Raihan. Setelah terbebas dari penjara dia berfikir untuk mencari pekerjaan karena dia sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi, kalau tidak mau bekerja dia bisa makan dan hidup uang darimana?. Raihan kerja serabutan sambil mengumpulkan uang untuk mewujudkan dan membangun mimpinya yang sudah dari lama ia inginkan. Dia bekerja serabutan seperti itu tidak sebentar, selama tujuh tahun dia berjuang mengumpulkan uang untuk mewujudkan mimpinya. Dia memiliki mimpi membuka restoran yang akan berkembang menjadi perusahaan Food and Beverage di kotanya, mengalahkan Dingga Food milik ayah Bagas.