Riuh renyah tawa kami memecahkan keheningan dalam bus
Didalam Bus masih terdengar riuh suara kami yang tak sabar melihat Patung Garuda Wisnu Kencana. Ya kami sedang berada di Bali sekarang, kami asik mengobrol sembari sesekali mendengarkan tour guide menjelaskan alur perjalanan yang nantinya akan kami lewati, dimana dan apa saja yang ada disana.. Tidak lama kemudian kita sudah sampai di area drop penumpang, hanya lima menit saja diharapkan semua penumpang turun dari bus. Tak lupa kami mengambil beberapa jepretan foto sebelum memasuki gerbang wisata ini. Ketika menuju pintu masuk kami disambut hangat oleh petugas yang membagi-bagikan tiket, tiket yang sudah diberikan discan dan diharapkan tidak boleh hilang.Â
"Jika hilang tanggungan sendiri dan harus reservasi lagi."Â
Itulah kata-kata yang kami ingat dari petugas, jadi urusannya agak lama dan untuk menghemat waktu perjalanan kami lebih baik menyimpan tiket dengan baik.Â
Penjelasan oleh tour guide kami simak dengan baik saat hendak berjalan menuju dalam wisata. Beliau mengatakan bahwa GWK saat ini dikelola oleh swasta, GWK bukan lagi milik pemerintah provinsi Bali. Setelah yayasan GWK milik pemerintah sudah angkat tangan dan sudah tidak mampu lagi melanjutkan, kemudian dilelang untuk diserahkan kepada pemerintah ternyata urusannya lama dan akhirnya dana dari pemerintah provinsi Bali dianggap belum mampu untuk membeli GWK sehingga dilirik PT Alam Sutera. Dan sekarang pemilik GWK ialah PT Alam Sutera.Â
Di awal pintu masuk jalan terbagi menjadi dua arah, masuk dari gate satu ke kanan langsung menuju Patung Garuda Wisnu Kencana. Jika memilih berkeliling mengeksplor semua kawasan GWK termasuk patung yang lama, dari gate satu kalian bisa ambil lurus menaiki 104 buah anak tangga.  Tenang tidak akan terasa cape karena satu tahap dilewati dulu, habis itu kita akan sampai di Kolam Bidadari. Kolam Bidadari ini ada di Plaza Kura-Kura pemandangannya bagus karena kita berada di atas bisa melihat Pantai Kuta, Pantai Cibara, Landasan Pacu Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dan lainnya. Selanjutnya, di Plaza Kura-Kura banyak yang bertanya sejarah diberi nama Plaza Kura-Kura karena dulu ketika pembongkaran tebing ada batu yang sama sekali nggak bisa dipangkas akhirnya ditata sedikit seperti mulut kura-kura. Setelah dari Plaza Kura-Kura, kami naik lagi tahap yang kedua. Setelah selesai yang di tahap yang kedua patungnya sudah semakin dekat. Tahap ketiga tidak akan terasa apa-apa karena kita sudah melewati tahap kedua, kalau terasa capek menaiki 104 buah anak tangga tersebut jangan dipaksakan untuk langsung foto-foto, dan jangan langsung jalan. Rintangan akan ada terakhir nanti belok ke kiri nanti di sana akan melihat Bale Bengong.Â
Bale bengong itu sama seperti di Jawa yaitu pendopo adalah tempat untuk terbengong-bengong ria, sambil mengatur napas, melihat atau apapun untuk melepaskan selayang pandang dan membuktikan bahwa kita berada di bulatan kaki Pulau Bali. Jadi, pemandangan menjadi jelas dari Bale Bengong. Nah ketika sudah lebih baik emosional kita baru kemudian berfoto di depan Patung Dewa Wisnu yang lama. Sebelah kanan dari Patung Dewa Wisnu yang lama. Ketika pembangunan GWK ada satu fenomena alam yang terjadi, selain ada batu yang tidak bisa dipangkas. Fenomena alam kedua muncul sumber mata air tawar maka di sebelah kanan dari Patung Dewa Wisnu itu ada tempat yang disucikan yang disebut dengan Parahyangan Somaka Giri. Kemudian kalau misalkan tidak sedang halangan boleh silahkan yang mau berdoa di sana, minta air suci di sana juga boleh. Kalau teman-teman merasa yakin silahkan berdoa di sana dan habis itu akan dikasih biji beras yang ditempel di kening. Kalau sudah selesai di Plaza Wisnu, kita ke belakang dari Plaza Wisnu turun tangga dan kita akan tiba di Plaza Garuda adalah tempat dari Patung Burung Garuda di sanalah kita bisa buktikan bahwa Patung GWK yang akan kita kunjungi bukanlah patung terbuat dari batu melainkan dari logam. Jadi, boleh kita pukul kecil-kecil, kita pukul pelan-pelan. Kalau seandainya jembatan baru di GWK sudah buka maka kita bisa melewati jembatan yang di sebelahnya Plaza Garuda. Kalau seandainya belum dibuka berarti kita lewat tangga di depan Plaza Garuda.
Kemudian seandainya masih ingin lanjut menuju ke patung yang baru maka dari tangga Plaza Garuda tersebut kita ke kiri atau jika jembatan dibuka, dari jembatan itu kita bisa jalan langsung menuju ke patung yang baru, patung yang baru itu yang dilihat dari jalan tol yang tinggi sudah sempurna. Sebelum pengunjung menaiki patung yang baru sudah akan terlihat kalo ada pameran. Kalau mau masuk ke patung yang baru ada di lantai 26 itu harus beli tiket lagi harganya pribadi kurang lebih sekitar Rp300.000. Ketika di atas kita bisa melihat Pulau Bali terus kemudian lantainya itu terbuat dari kaca jadi kerangka-kerangka di bawahnya itu kita bisa lihat terus patung yang dari logam kalau misalkan mau pegang tidak mengapa. Batu utuh itu berat jadi pakai logam biar bisa dirangkai kembali, pembangunan patung yang lama memakan waktu sekitar 27 tahun ketika pembangunan dari 1997 memang konsep pembangunan secara material dari awal menggunakan logam. Kemudian ada juga lokasi untuk event agar tetap berjalan ketika hujan turun.