Suatu sore, terik matahari masih terasa cukup menyengat di permukaan kulit tangan kami kala dalam perjalanan mengunjungi Kampung Bahari Tambaklorok yang berlokasi di Tambak Mulyo kawasan Tanjung Mas, Kota Semarang, Minggu (10/9/2023).
Perjalanan yang ditempuh selama kurang lebih tiga puluh menit lamanya dari pusat Kota Semarang terasa begitu singkat. Kendaraan yang kami tumpangi berhenti di salah satu area taman kampung Bahari. Ramai dan sesak adalah kesan pertama setibanya di sana, banyak lalu lalang warga yang beraktivitas dan anak-anak di pelataran rumahnya masing-masing sedang asik bermain bersama teman seperkawanannya.
Selepas memakirkan kendaraan, kaki kami melangkah menelusuri dermaga kecil tempat bersandarnya puluhan kapal nelayan yang digunakan sebagai moda angkotan laut guna mencari nafkah.
Dihuni sejak tahun 1940, kampung Bahari Tambaklorok diketahui dulunya adalah wilayah tak berpenduduk yang kemudian dihuni oleh masyarakat. Hingga tahun 2014, kawasan ini telah dihuni oleh sebanyak 9.503 jiwa penduduk.
Meski disebut sebagai kampung bahari, kampung ini nampaknya kurang memenuhi spesifikasi untuk diberi julukan sebagai kampung bahari.
Kawasannya yang Lekat dengan Sampah
Baru saja sampai di sana, dari tempat berdiri, kami menyaksikan tumpukan sampah yang tampak menyihir mata dengan perpaduan berbagai warna. Bau khas sampah yang berpadu dengan air laut menusuk indra penciuman kami.
Terbesit satu pertanyaan ketika melihat fenomena tersebut, "Bagaimana bisa dekat laut ada tumpukan sampah sebanyak itu?".
Usut punya usut, dikutip dari detikjateng, sampah-sampah ini adalah kiriman sampah yang berasal dari lautan lepas. Berbagai jenis sampah yang mulai terdiri dari plastik, balok kayu, triplek, busa, serta limbah rumah tangga lainnya menumpuk menjadi satu kesatuan yang menyerupai gundukan.
Keadaan ini nampaknya relevan dengan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) yang mengatakan jika Kota Semarang menjadi salah satu kota penghasil sampah terbesar di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) per 2021.
Daerah Padat Penduduk
Selain persoalan sampah, rumah penduduk yang berada tak jauh dari dermaga cukup membuat kami terheran-heran karena selain letaknya yang saling berdempetan, ukuran rumah di sana lebarnya nampaknya tak lebih dari lima meter.