Anak-anak lain berhenti dan berlarian kearahku. Bukannya menolong beberapa dari mereka malah menertawakanku. Luna yang depan, ia kelihatan khawatir. "Kia! Kamu tidak apa-apa?". Tanyanya.
Aku tersenyum sambil menahan rasa sakit dan malu. "Iya, nggak apa-apa kok". Jawabku pada Luna. Wajahku seketika memerah seperti udang rebus. Luna menolongku untuk bangkit dan membawaku ke Kamar mandi untuk membersihkan pakaianku yang terkena lumpur.
Diperjalanan menuju Kamar mandi, aku sempat melihat Lapangan itu lagi. Licin, basah tapi penuh dengan tawa teman-temanku. Meski terjatuh, aku tidak marah pada hujan dan Lapangan yang licin. Aku justru merasa ini adalah bagian dari petualangan kecil dan menjadi cerita yang akan aku ingat sampai aku besar nanti.
Sajak hari itu, aku mengingat pelajaran kecil itu bahwa jatuh di Lapangan licin saat hujan bukanlah akhir dari segalanya. Kadang, kita memang harus terjatuh untuk belajar bangkit lagi dan dalam setiap tetes hujan ada tawa yang bisa kita temukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H