Mohon tunggu...
Saskia Rianda
Saskia Rianda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjatuh Untuk Belajar Bangkit Lagi

15 September 2024   14:45 Diperbarui: 15 September 2024   14:46 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kia! Cepat tidur hari sudah malam". Teriak bunda.

                   

Malam itu, udara begitu sangat dingin terasa menusuk ke tulangku. Langit begitu pekat seolah sudah berjanji akan menumpahkan hujan. Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB. Aku beranjak ke kamar untuk segera tidur. Tidak lama terdengar suara hujan yang begitu deras.

Aku begitu terlelap dalam tidurku, tanpa kusadari terdengar sayup suara memanggil "Kia, Kia, Kia!". Aku terbangun dari tidur lelapku. Ternyata benar ini memang suara bunda yang selalu kudengar setiap Subuh. Aku langsung bangkit dari tempat tidurku.

Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 WIB, aku langsung beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu' dan melaksanakan shalat Subuh.

Setelah selesai melaksanakan shalat Subuh aku langsung mandi dan bersiap berangkat ke Sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Saatnya aku berangkat dan pamit untuk bersekolah. "Ayah, bunda! Kia berangkat ke Sekolah dulu". Sambil menyalami tangan kedua orang tuaku. "Iya hati-hati!". Jawab ayah dan bundaku.

Sesampainya di Sekolah aku melihat banyak genangan air dan lapangan yang begitu becek karena hujan lebat semalam. Hari ini kami langsung masuk ke kelas masing-masing tanpa berbaris.

Setelah beberapa jam pelajaran kami lewati akhirnya bel tanda istirahat berbunyi. Kami berlarian keluar kelas. "Kia tunggu!". Suara seseorang memanggilku, aku pun menoleh ke belakang ternyata benar dia Luna teman dekatku. Kami berjalan menuju Kantin untuk jajan. Setelah selesai jajan kami menuju ke kelas.

Hari ini seorang temanku membawa bola ke Sekolah dan mengajak kami main bola di Lapangan. "Ayo kita ke Lapangan!". Jawabku dan Luna sambil berlari ke arah Lapangan dengan bersemangat.

Lapangan yang tadinya berdebu berubah menjadi kubangan lumpur tipis. Tentu saja kami tidak peduli. Bahkan, kami semakin bersemangat ketika melihat genangan air kecil terbentuk dibeberapa sudut Lapangan. Kami berlari, melompat, tertawa sambil bermain bola.

Bola mengarah kearahku, tanpa memperhatikan sekitar aku langsung mengejar dan menendang bola. "Brukk!". Aku terjatuh. Rasanya seperti seluruh tubuhku terpeleset di atas sabun yang licin. Pinggulku menghantam tanah basah dan seragamku langsung berlumuran lumpur. Aku merasa sangat malu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun