Islam dalam aspek sosial
menekankan hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat, di mana keduanya saling mempengaruhi. Seiring waktu, sosiologi agama lebih banyak mempelajari bagaimana agama membentuk perilaku masyarakat, namun pengaruh masyarakat terhadap pemikiran keagamaan tetap ada, terutama terkait perbedaan teologis yang muncul akibat kondisi sosial-politik. (moh.shofan, 2006)
Menurut Atho Mudzhar, lima unsur dalam agama perlu diperhatikan dalam mempelajari agama: sumber ajaran (seperti naskah suci), para pengikut dan pemimpin agama, ritual dan lembaga ibadah, alat-alat keagamaan, serta organisasi keagamaan. Penelitian agama dapat berfokus pada satu atau lebih dari unsur-unsur ini, tergantung perspektif yang diambil.
Islam sangat menonjol dalam ajarannya tentang sosial, yang menitikberatkan pada prinsip tolong-menolong, kesetaraan, dan kebersamaan. Dalam Islam, status sosial ditentukan oleh ketakwaan dan kontribusi seseorang, bukan oleh faktor keturunan atau ras. Mobilitas sosial dimungkinkan dan tidak ada sistem kelas yang membatasi. (nata, 2002)
Penelitian Jalaluddin Rahmat menyebutkan bahwa Islam lebih menekankan aspek muamalah (hubungan sosial) dibandingkan ibadah ritual. Islam menganggap bumi sebagai tempat ibadah, dan muamalah dinilai lebih luas daripada ibadah khusus. Ketika ada situasi sosial penting yang bersamaan waktunya dengan ibadah, Islam memperbolehkan ibadah dipersingkat atau ditangguhkan. Selain itu, ibadah yang dilakukan bersama dianggap lebih bernilai daripada ibadah perorangan. (abu al-hasan)
Ibadah dalam Islam juga tidak bisa menutupi pelanggaran terhadap norma sosial. Misalnya, seseorang yang menzalimi orang lain tidak akan menebus dosanya hanya dengan ibadah ritual. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah dalam Islam harus sejalan dengan norma sosial agar diterima oleh Allah.
Islam sebagai produk sosial
menunjukkan bahwa agama ini berfungsi sebagai respons terhadap konteks sosial dan budaya masyarakat. Sejak awal, Islam memperhatikan keseimbangan antara aspek spiritual dan duniawi, serta mendorong interaksi positif antar manusia.
Dalam muamalah-interaksi sosial dan ekonomi-Islam menekankan pentingnya keadilan, kerjasama, dan tanggung jawab sosial lebih dari ibadah ritual. Dengan menjadikan seluruh bumi sebagai masjid, Islam mengajak umat untuk melihat setiap aspek kehidupan sebagai pengabdian kepada Allah. (nata, 2002)
Di era modern, tantangan semakin kompleks, seringkali akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang dapat mengancam martabat manusia. Dalam konteks ini, nilai-nilai Islam yang menekankan moralitas dan etika sangat relevan. Al-Qur'an mengajak umat untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran, mencerminkan tanggung jawab sosial untuk membangun masyarakat yang adil.
Produk sejarah Islam, seperti kitab fiqih dan karya seni, menunjukkan bagaimana ajaran Islam berkembang sesuai dengan situasi sosial. Contohnya, Al-Muwaththa' adalah hasil interaksi antara tokoh agama dan konteks politik saat itu. Kebudayaan Islam yang beragam di berbagai wilayah menggambarkan sifat dinamis Islam dalam merespons lingkungan.