Mengapa Cantik Identik dengan Kulit Putih?

Pada zaman sekarang, kata cantik selalu melekat pada perempuan yang memiliki kulit putih. Padahal nyatanya cantik tidak selalu tentang fisik namun, dapat mencakup banyak hal seperti cantik secara hati yang dapat terwujud dalam setiap aktivitas kebaikan yang dilakukan. Kecantikan yang sebenarnya harus bisa memberikan energi positif bagi lingkungan sekitar, sehingga kriteria kecantikan akan berubah dari yang berkulit putih menjadi seseorang yang memiliki kemampuan dan prestasi tinggi, yang dapat memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Memiliki perilaku yang baik, mau menolong terhadap sesama dan lain sebagainya (Syata, 2012: 10).

Akan tetapi statment cantik harus berkulit putih telah mengakar pada pemikiran masyarakat. Dimulai dari masa penjajahan, di mana para penjajah membawa sebuah gagasan bahwa cantik itu harus berkulit putih. Banyaknya iklan produk kecantikan juga memperkuat penggambaran bahwa perempuan cantik itu merupakan perempuan dengan kulit berwarna putih. Berawal dari sekadar pemikiran dari kelompok-kelompok sosial tertentu kemudian memengaruhi khalayak umum yang pada akhirnya menciptakan sebuah stereotype. Putih kemudian dipercaya bukan sebagai sekadar warna, melainkan terminologi yang mengandung hierarki berbasis rasialisme, warnaisme, dan gender. Sesuatu yang memiliki warna putih dianggap lebih baik karena dianggap lebih bersih. Sementara itu, warna hitam dianggap sebagai hal yang kotor dan tidak diinginkan. 

Hal ini sejalan dengan teori minority influence atau pengaruh minoritas. Teori ini menjelaskan bahwa minoritas bisa memiliki peranan yang besar dalam memengaruhi dan membawa perubahan di suatu tempat. Nemeth (2012) menyatakan pengaruh minoritas bisa terjadi dengan terpenuhinya tiga syarat sebagai berikut:

• Pertama, figur minoritas harus konsisten pada setiap pernyataannya

• Kedua, figur minoritas harus menunjukan gaya perilaku yang penuh percaya diri dan menampakan keyakinan yang tinggi

• Ketiga, figur minoritas harus lebih menunjukan persuasif dalam konteks privat dan laten dari pada konteks publik

Ayu menyatakan bahwa secara tidak sadar kita ikut berpartisipasi melanggengkan gagasan-gagasan mengenai superioritas putih itu. Proses pemaknaan itu berlangsung secara tidak sadar melalui tatanan emosi kita. Misalnya, dalam berbagai film, karakter yang baik biasanya memiliki warna putih atau warna terang. Sementara tokoh yang jahat, menakutkan, dan horor ditandai dengan warna hitam, seperti jubah hitam. Akan tetapi stereotype ini dipatahkan dalam ajang kecantikan yaitu miss universe tahun 2019. Pada tahun tersebut pemenang miss universe adalah Zozibini Tunzi yang berasal dari Afrika Selatan yang identik dengan ras kulit hitam. Menurut saya ia cantik, karena ia melakukan beberapa kegiatan sekolah, salah satunya mendirikan sekolah di kota asalnya di Tsolo. Tunzi juga seorang  pendukung yang vokal dalam gerakan "cancelling gender roles" atau biasa disebut dengan penghapusan peranan gender. Selain mendukung gerakan tersebut melalui ajang miss universe, Tunzi juga memanfaatkan media sosialnya untuk mendukung gerakan sosial lainnya. Dapat kita lihat pada postingan instagramnya, Tunzi mengajak khalayak untuk ikut andil dalam gerakan "Foodforward SA".

Foodforward SA merupakan sebuah gerakan amal yang berfokus untuk memberantas kelaparan di Afrika Selatan. Kegiatan ini telah dibentuk sejak tahun 2009 dan menjadi gerakan yang mendistribusikan makanan berkualitas kepada 700.000 orang setiap harinya. Foodforward SA juga membantu mengurangi pemborosan makanan dengan membuat sebuah Foodbanking yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyalurkan makanan ke kelompok masyarakat yang membutuhkan. Selama Tahun 2021/2022 Foodforward telah melakukan distribusi hingga 48 juta makanan dan menjangkau 875.725 orang setiap harinya (Food Forward SA. n.d.)

Sterotype ini membawa beberapa dampak buruk pada kalangan perempuan. Salah satunya adalah munculnya rasa tidak percaya diri atau biasa disebut dengan insecure. Banyak perempuan yang insecure dan tidak percaya diri dengan warna kulit mereka, hal tersebut memunculkan pemikiran bahwa cantik hanya pada perempuan dengan warna kulit putih saja. Secara perlahan kita harus bisa menghilangkan sterotype tersebut. Dengan jadinya Zozibini Tunzi menjadi pemenang pada ajang miss universe 2019 dapat menjadikan awal mula hilangnya sterotype tentang kulit putih. Kita sebagai khalayak juga harus turut andil dalam menghilangkan stereotype ini. Salah satu caranya adalah dengan kita mulai memaknai cantik tidak selalu mengenai fisik. Cantik juga bisa dilihat melalui kepribadian dan perilaku kita. Kecerdasan dan wawasan kita juga bisa menjadi nilai lebih tersendiri. 

Oleh karena itu saya berharap kedepannya tidak ada lagi perempuan yang insecure jika terlahir dengan warna kulit yang gelap. Seharusnya ajang miss universe 2019 bisa menjadi bukti bahwa cantik itu tidak harus tentang perempuan berkulit putih. Mari dari sekarang kita mulai memfokuskan diri kita untuk meningkatkan kualitas diri, karena dengan meningkatnya kualitas diri kita, kita bisa menunjukan bahwa cantik tidak selalu berkulit putih. Mulailah semua dari diri kita masing masing, karena kita semua memiliki peranan yang besar dalam membawa perubahan terhadap stereotype ini.

Referensi : 

•