Mohon tunggu...
Sasih Wahabibii
Sasih Wahabibii Mohon Tunggu... Administrasi - Administrative staff

Semoga dari yang sedikit dapat menghantarkan mu sampai ke langit, jangan jadikan hati sempit karena itu adalah penyakit.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bahagianya Menjadi Kamu

25 Oktober 2024   11:56 Diperbarui: 25 Oktober 2024   12:07 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hallo sahabat kompasiana, kali ini saya ingin berbagi motivasi melalui karangan cerita pendek ni Sobat. Karangan ini kurang lebih menceritakan seseoarang perempuan yang merasa iri ketika melihat anak kecil, dan ia merasa menjadi dewasa itu sungguh tidak mengenakkan. Namun pada akhirnya dia tersadar bahwa takdir yang Allah berikan merupakan yang terbaik untuknya. Yukk kita simak kisahnya.. Selamat membaca..

https://www.bing.com/images/create
https://www.bing.com/images/create

Siang ini hujuan turun membasahi pelataran. Aku melihat dua bocil asyik berlari kesana-kemari sambil melepas tawa yang sangat bahagia. Senyum tanpa rasa bersalah tergambar pada wajah mereka. Canda dan kata-kata unknow saling bersahutan, tanpa aku pahami apa maksudnya. Mereka saling mengejar satu sama lain, bermain perosotan dalam genangan air, tawa mereka hampir tertutup bola-bola air hujan. Namun tak membuat mereka lelah dan lemah, malah membangkitkan motivasi dan daya tahan untuk tetap bermain. Aku hanya memperhatikan mereka. Berdiri melihat tetesan hujan yang jatuh secara bersama, putih bagai kristal, bening bagai kaca, putihnya menembus jiwa. Merdunya hujan juga membuat aku memikirkan kisahku.

Bahagianya jadi bocil-bocil itu. Pikirannya yang hanya bermain, tanpa memikirkan bagaimana isi dompet, karir, asmara, dan cita-cita yang didamba. Tidak memikirkan bagaimana memiliki masalah dan tekanan ekonomi. Beginilah menjadi orang dewasa. Saat kecil ingin sekali cepat dewasa, namun ketika dewasa merasa iri menjadi anak kecil kembali. Masalah datang silih berganti, bahkan belum usai sudah ada lagi. Bila ku ceritakan mungkin tidak cukup hanya selembar kertas. Berat kepala, walau aku tak membawa batu, beratnya sampai ke hati.

Namun yang kupelajari dari hari ini adalah semua masa ada kisahnya, di dalam kisah tentu ada masanya. Aku harus menikmati menjadi aku, aku tidak bisa menjadi mereka. Aku harus berdamai dengan kisahku, dan harus ikhlas menerima segala apa yang terjadi.  Segala masalah tentu ada jalan kelaurnya, jangan pernah putus harapan untuk memohon pertolongan pada Allah Yang Maha Besar. Jika kita ditimpa kesedihan hanya ada dua pilihan, memilih bersabar atau mengeluh. Ingatlah bahwa Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Sabar memang sulit, jika mudah hadiahnya bukan surga.

Semangatlah menjalani hidup ini, diantara kesedihan, akan ada kebahagiaan. Di dalam kebahagiaan, timbulkanlah rasa syukur yang selalu terucapkan. Ingatlah "La tahzan innallaha ma'ana" yang artinya "Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita" .  Allah bersama kita.

Tangerang Selatan, 17 Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun