Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, masak-masak di kitabrasa, jualan wedang rempah budhe sumar. Menerima jasa edit dan tulis ini itu.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Catatan Perjalanan Dicopas

18 Juli 2013   12:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:22 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Indonesia itu negara agraris sejati. Tidak hanya sawah yang dibajak, hasil karya orang pun banyak yang dibajak,” kata seorang kawan dengan nada bergurau saat saat tahu bahwa tulisan saya dicopas oleh orang dan dikirimkan ke salah satu media internal maskapai  penerbangan Indonesia. Saya yang sedang emosi pun hanya tersenyum kecut.

Ya, akhir tahun lalu tulisan saya yang berjudul “Menguji Fisik Serta Adrenalin di Gua Jomblang dan Grubug” diplagiat oleh  Indarjanto, seorang fotografer asal solo lantas dikirimkan ke Batavia Inflight Magazine. Tulisan yang pernah dimuat di lembar Freez Harian Kompas edisi 10 November 2011 itu muncul di majalah tersebut dengan kemiripan artikel 98%. Tak ada perbuahan diksi maupaun tanda baca, hanya beberapa kata yang bersifat personal dihilangkan oleh plagiator.

Setelah berkonsultasi dengan salah satu admin Kompasiana, saya lantas melayangkan surat pengaduan sekaligus tuntutan kepada tim redaksi Batavia Inflight Magazine yang saya anggap teledor dan tidak teliti sehingga meloloskan naskah yang jelas-jelas hasil copy paste. Hingga tenggat waktu yang saya berikan, tidak ada tanggapan dari redaksi Batavia Air. Akhirnya saya pun mempublikasikan kejadian tersebut di Kompasiana. Banyak kecaman ditujukan kepada redaksi Batavia Inflight Magazine mengenai soal plagiarisme ini.

Beberapa hari kemudian saya mendapatkan inbox dari Agus Widiyantoro yang merupakan graphics designer Batavia Inflight Magazine. Secara singkat dia menjelaskan bahwa Batavia baru saja pindah kantor sehingga banyak hal yang harus diurusi sehingga belum bisa menjawab tuntutan saya. Dia pun meminta nomor saya dan berjanji akan menghubungi saya esok hari untuk menyelesaikan masalah ini. Setelah saya tunggu hingga beberapa hari ternyata tidak ada telepon masuk. Kabar yang saya dapatkan justru Batavia Air dinyatakan pailit sehingga tidak beroperasi lagi. Secara otomatis tuntutan saya pun tidak lagi diproses oleh pihak Batavia Inflight Magazine.

Nyesek? Pasti. Perjuangan saya untuk menuruni gua vertikal di Jomblang dan dengan susah payah menyusuri lekuk perut bumi sehingga menghasilkan artikel tersebut sama sekali tidak dihargai. Secara tidak langsung saya juga merasa tidak enak dengan harian Kompas karena artikel tersebut telah ditayangkan di lembar Freez namun kemudian muncul di media cetak lain meski itu bukan kesalahan saya.

Hal ini bukanlah kali pertama tulisan saya, khususnya artikel wisata dan catatan perjalanan, dicopy paste oleh orang. Beberapa kali saya mendapati tulisan yang pernah saya publish di WisataMelayu.Com, JogjaTrip.Com maupun YogYES.COM (kantor tempat saya pernah bekerja) muncul di blog orang lain bahkan di majalah lokal Yogyakarta. Khusus tulisan di majalah yang ada di Yogyakarta itu biasanya mereka lebih kreatif, yakni dengan menggabungkan dua tulisan yang ada di Jogjatrip.Com dan YogYES.Com kemudian sedikit di parafrase.

Bahkan saat minggu lalu saya berkunjung ke Gramedia Malioboro Mall dan membaca buku-buku traveling, lagi-lagi saya mendapati tulisan saya yang pernah dipublish di YogYES.COM soal fakta-fakta unik Candi Borobudur ada di dalam sebuah buku yang membahas tentang destinasi wisata dunia. Meski hanya beberapa paragraf, tetap saja itu plagiasi. Rupanya tak hanya satu buku, saat saya membolak-balik halaman buku lainnya, saya pun menemukan beberapa artikel yang mirip dengan tulisan saya di JogjaTrip.Com. Gila. Bahkan seorang penulis buku pun melakukan copy paste.

Sebenarnya saya tidak masalah dengan budaya copy paste ini, asal mencantumkan link sumber dan nama penulis. Lebih etisnya lagi jika meminta persetujuan dan ijin penulis asli. Sebab dalam pandangan saya jika tulisan sudah saya publikasikan di blog maka saya sudah paham dengan konsekuensinya yakni tulisan akan dengan mudahnya dicopy paste oleh orang lain. Yang menjadi persoalan adalah jika kemudian tulisan di blog tersebut lantas dikirimkan ke media cetak atau media elektronik lain yang memberikan honor atau bahkan dicetak menjadi buku yang diperjual belikan.

Artikel wisata merupakan salah satu jenis artikel yang rawan untuk dibajak. Hal ini dikarenakan kebanyakan artikel wisata memberikan gambaran umum mengenai suatu tempat. Orang yang sudah berkunjung ke suatu tempat dan tak ingin repot-repot menulis dengan mudahnya menjiplak karya orang lain lantas diakunya menjadi milik sendiri. Bukankah informasi mengenai obyek wisata hampir sebagian besar sama? Paling-paling sebatas informasi umum seperti sejarah, lokasi, tiket masuk, akses, serta tips untuk mengunjunginya. Hampir dipastikan informasi tersebut sama di setiap tempat, bahkan meski tahun sudah berganti kondisi obyek wisata tetap sama dan tidak berubah.

Namun setelah beberapa kali mengalami nasib artikel dibajak orang, saya pun memiliki trik tersendiri dalam menuliskan catatan perjalanan. Kini tulisan perjalanan saya bukan lagi mengenai gambaran umum suatu lokasi. Saya lebih memilih untuk menuliskan sesuatu yang benar-benar berbeda dan jarang dituliskan oleh orang. Memang ini memerlukan usaha tersendiri saat melakukan liputan, namun artikel seperti ini akan sulit diaku menjadi milik orang lain.

Saya kini lebih memilih untuk membuat artikel perjalanan sepersonal mungkin. Saya munculkan percakapan dengan orang-orang yang saya temui di jalan, saya masukkan detil-detil kecil yang banyak orang tidak perhatikan, saya tampilkan unsur-unsur yang sangat personal. Sehingga jika ada orang yang ingin mengcopy paste artikel tersebut akan sedikit kesulitan, sebab pengalaman personal masing-masing orang ketika berkunjung ke suatu tempat pastilah berbeda. Dan pada akhirnya jika masih ada yang nekad mengcopy paste artikel perjalanan yang sudah sangat personal itu saya paling hanya berujar “sejatinya menjiplak itu adalah sanjungan yang paling jujur!”.

Kalau Anda sendiri bagaimana cara menghindari copas?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun