Saya tak memiliki ekspektasi yang tinggi saat pertama kali diajak Mbak Vika untuk datang ke kedai Sate Ratu. Menurut saya cita rasa sate ya gitu-gitu aja. Kalau sate ayam cukup dituangi bumbu kacang, sedangkan sate kambing pasti dipadukan dengan bumbu kecap. Â Jika sate ayam biasa dipadukan dengan lontong, maka sate kambing lebih asyik saat dimakan bersama nasi, sedangkan jodoh sate sapi adalah mie ongklok.
Namun, sebenarnya dalam hati saya bertanya-tanya. Jika cita rasanya biasa saja, mengapa kedai sate yang beralamat di Jogja Paradise Foodcourt, Jalan Magelang ini ramai disinggahi wisatawan? Bahkan banyak turis asing yang berkunjung ke tempat ini, tercatat sudah ada turis dari 60an negara yang mampir. Ini pasti ada apa-apanya.
Akhirnya pada akhir pekan yang tidak terlalu cerah saya pun sudah duduk manis di salah satu bangku kedai Sate Ratu. Dibandingkan tenant lain yang ada di kompleks food court ini, kedai Sate Ratu sangatlah biasa. Tidak ada desain unik atau spot foto instagramable. Bangku dan kursi juga biasa saja, ditata standar warung makan.
"Kadang seru juga melihat tamu yang berkunjung ke tempat ini mencari foto kawan senegaranya yang sudah memberikan rekomendasi warung ini. Ada juga yang lagi baca-baca malah nemu kawan lamanya," kata Pak Fabian selaku pemilik usaha ini.
Aiiih, mendadak saya jadi ingat drama korea The Heirs. Dalam salah satu episode di drama tersebut ditampilkan adegan menulis pesan di dinding kedai ramen yang ditujukan buat seseorang. Ada juga seorang ibu yang menuliskan pesan untuk anak yang tidak pernah dijumpainya lagi. Saling berkirim pesan di dinding kedai terasa sangat manis, ya.
Selain dinding penuh coretan, di sisi lain juga terdapat peta dunia dan bendera negara. Ada sekitar 60an negara yang kolomnya sudah dicontreng, itu berarti sudah ada orang dari negara tersebut yang berkunjung ke kedai Sate Ratu ini. Tak hanya itu, deretan penghargaan dari Trip Advisor pun terpasang dengan rapi.
Lilit basah merupakan modifikasi dari sate lilit asal Bali. Hanya saja demi efektifitas proses produksi, tusuk sate yang biasanya terbuat dari sereh dihilangkan dan dibuat kotak-kotak menyerupai nugget. Berhubung sudah tidak memakai tusuk, maka untuk penyebutannya tidak memakai kata sate, melainkan hanya lilit basah. Basah sendiri merujuk pada penggunaan kuah kaldu sebagai teman makan lilit ini.
Satu hal lagi yang membedakan dengan sate lilit Bali, lilit basah ini tidak menggunakan parutan kelapa. Semua murni daging cacah yang dicampur dengan rempah. Dibilang nugget, jelas tidak bisa. Meski bentuknya tidak jauh berbeda tapi rasanya beda jauh. Saya masih bisa merasakan tekstur dagingnya. Rasa manis dan gurih membaur menjadi satu. Apalagi saat menyeruput kuahnya yang dominan manis, endeeeuuus bangeeet. Perpaduan rasa yang tercipta di lidah sungguh unik. Jangan lupa tambahkan irisan timun dan bawang goreng yang crunchy.
Menu selanjutnya yang menjadi andalan Sate Ratu ini adalah sate merah. Sepintas lihat sate ini menyerupai sate kere favorit saya. Hanya gelimang lemak tanpa bumbu tambahan. Nyatanya penampilan itu menipu. Sate ini sama sekali tidak berlemak. Dalam penyajiannya, sate merah memang tidak dipadukan dengan sambal kecap atau sambal kacang. Kita bisa langsung memakan sate begitu matang dari pembakaran.
Saat pertama kali mencicipinya, saya berusaha menerka bumbu apa saja yang dibalurkan pada sate ini. Tapi usaha saya sia-sia, saya tak mampu menebaknya. Semua bumbu sudah merasuk sehingga terasa ngeblend dengan dagingnya. Tidak ada rasa yang terlalu tajam atau lemah. Manis, gurih, pedas, semua menyatu dengan sempurna dan menciptakan sesasi rasa baru di lidah.
Kini saya baru sadar, pantas saja sate ini menjadi incaran wisatawan, cita rasanya memang unik dan enak. Bagi bule yang tidak doyan pedas, tingkat kepedasan sate ini masih bisa ditolerir. Bagi yang doyan pedas, meski sate ini tidak "sepedas setan", setidaknya bisa mengakomodir kesukaan mereka.
Jika Anda tinggal di luar kota, jatuh cinta dengan sate ini dan ingin memakannya lagi namun belum ada kesempatan singgah ke Jogja, tak usah khawatir. Kini sudah tersedia bumbu sate yang bisa Anda beli dan bawa pulang. Jadi saat Anda ingin merasakannya, Anda bisa mencoba memasak sendiri di rumah. Satu botol dihargai Rp 40.000. Btw bumbu tersebut tak hanya bisa untuk masak sate, lho. Namun bisa juga digunakan untuk menumis. Asyik kan?
Ngomong-omong, adakah yang pernah berkunjung ke Jogja dan icip-icip Sate Ratu? Kalau belum cobalalah sesekali. Nggak bakal rugi deh! Oya, kalau penasaran bisa intip IGnya di @sateratu lho!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H