Mentari belum benar-benar menghilang, sinarnya yang lindap di antara pepohonan menerpa permukaan air danau, menciptakan bias jingga dan keemasan. Sedangkan hamparan langit mulai berubah warna, biru, jingga, hingga merah sepang, menampilkan kontras yang memukau saat bersanding dengan leleran lava beku dan batuan vulkanik menghitam yang membentuk kerucut Barujari. Di belakang kaldera berbentuk elips itu tebing terjal tubuh Gunung Rinjani purba berdiri dengan gagahnya. Seolah menjadi benteng penjaga istana Dewi Anjani di Segara Anak. Keindahan Danau Segara Anak yang merupakan kaldera Rinjani mulai tersohor ke penjuru dunia setelah pendakian Heinrich Zollinger pada 6 Agustus 1846. Kala itu Zollinger menyaksikan keindahan Segara Anak dan kerucut Gunung Barujari yang terletak di tengah Segara Anak dari puncak Gunung Sangkareang di sisi selatan kaldera. Meski pada akhirnya Zollinger tidak bisa mencapai puncak Rinjani karena kehabisan air, kisah keindahan kaldera Rinjani telah memukaunya sehingga dia kumandangkan ke banyak orang. Fenomena kecantikan Gunung Rinjani, Segara Anak, dan Gunung Barujari pun sempat terbingkai pada mata uang pecahan Rp 10.000 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1998.
Rinjani, Danau Segara Anak, dan Gunung Baru Jari (Sumber:Â http://iss-rahmat-edelweiss.blogspot.com)
Memang tak bisa dipungkiri, Danau Segara Anak menjadi magnet tersendiri. Salah satu alasan utama wisatawan berbondong-bondong mendaki Rinjani adalah untuk menikmati keelokan panorama danau tersebut. Setiap tahunnya, kecantikannya mampu menyihir ribuan pendaki untuk menyambanginya. Pada tahun 2009, jumlah wisatawan luar negeri yang mengunjungi Rinjani tercatat sebanyak 8.455 orang dan dari Indonesia sebanyak 1.668. Sebuah angka yang fantastis untuk ukuran obyek wisata minat khusus. Berbicara tentang kemolekan Rinjani tak melulu pada pesona kaldera dan bentang alamnya. Kawasan Taman Nasional seluas 41.330 hektar ini menyimpan beragam pesona lain yang mampu membuat mulut berdecak kagum. Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) terletak pada zona transisi garis imajiner yang membagi peta keanekaragaman hayati dunia, baik flora dan fauna menjadi dua bagian, yakni Garis Wallacea. Hal ini membuat TNGR menjadi pusat persinggungan antara flora dan fauna tropis Asia dengan flora fauna Australia.
Persinggungan dua hal selalu menciptakan sesuatu yang unik dan berbeda, begitu pula dengan kawasan Rinjani. Sebagai zona transisi, gunung ini memiliki flora fauna yang sangat beragam dan beberapa diantaranya merupakan flora fauna endemik. Kawasan Rinjani diselimuti oleh hutan hujan tropis dataran rendah, hutan hujan tropis pegunungan, hutan hujan tropis pegunungan, hutan sekunder, dan hutan-hutan sepanjang aliran sungai. Tak ketinggalan juga padang savana yang sangat luas lengkap dengan ladang bunga abadi edelweiss, hingga menyebabkan Rinjani dikenal sebagai gunung pantai, karena jika mendaki saat siang terik panasnya seperti saat berada di pantai.
Vegetasi yang bisa ditemui di Rinjani pun sangat beragam. Pada ketinggian 1000 – 2000 m dpl dapat ditemui tumbuhan seperti gaharu, beringin, bayur, dan mahoni yang menjadi habitat aneka burung dan serangga. Tak ketinggalan pula areal perkebunan penduduk yang ditanami beragam sayur seperti kentang, kol, kubis, wortel, dan juga bawang. Memasuki ketinggian 2000 – 3000 m dpl mulai terdapat banyak pohon cemara gunung. Sedangkan pada ketinggian 3000m dpl hanya terdapat rerumputan, semak, cantigi, serta Edelweiss. Di hutan hujan Rinjani juga bisa ditemukan anggrek hutan dan lumut jenggot. Sedangkan contoh fauna endemik yang bisa ditemukan di kawasan ini adalah musang Rinjani dan burung penghisap madu. Fauna lainnya yang jika Anda beruntung akan Anda temui di perjalanan antara lain rusa, kijang, landak, burunga koakiau, kakatua putih, trenggiling, burung cikukua tanduk, dawah hutan, kepudang kuduk hitam, berbagai jenis reptilia, dan juga lutung budeng yang sering ditemukan saat pagi hari.
Heterogenitas ekosistem dan topografi Rinjani memang patut diacungi jempol. Boleh dibilang tempat ini adalah sekeping surga yang terlempar ke bumi Indonesia. Rinjani merupakan tempat di mana keelokan alam dan pacu adrenalin berpadu satu membentuk harmonisasi yang indah dan selaras. Melangkah di jalan setapak hutan Rinjani ditemani celoteh aneka binatang yang hidup berdampingan di alam bebas akan menjadi kenikmatan tersendiri yang tak bisa digantikan oleh apapun. Sesampainya di puncak, Gunung Agung di Bali, Gunung Ijen di Banyuwangi, Gunung Tambora di Sumba telah mengintip di balik awan putih yang tergantung di cakrawala. Saat menoleh ke bawah, Danau Segara Anak dengan warna biru kehijauan seolah tersenyum menyambut. Sebuah pemandangan yang eksotis dan menenteramkan hati di zona transisi. Jika sudah tau bahwa ada bentang alam seindah ini tidakkah Anda rindu untuk menjelajahinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H