Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, masak-masak di kitabrasa, jualan wedang rempah budhe sumar. Menerima jasa edit dan tulis ini itu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dan Pak Kepsek Pun Pergi

3 Desember 2010   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:04 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi itu suasana di Desa Chentingsari lumayan sepi. Geng Pandawa yang biasanya terlihat asyik bermain di Stadion Berdebau kali ini tak menampakkan batang hidungnya. Mereka tengah piknik ke rumah Paman Dori bersama kawan-kawannya dari luar negeri. Sedangkan Unyil entah sedang ada dimana. Di salah satu rumah warga yang terletak di ujung jalan, nampak Pak Kepsek SD Chentingsariduduk termenung sambil menatap sepasang merpati yang sedang bercengkerama di atas pohon.

Pak Kepsek pun jatuh dalam lamunan yang panjang. “Ah, melihat sepasang merpati yang bahagia seperti itu kok saya jadi meri ya. Wong merpati yang hewan aja bisa punya pasangan, masak saya endak. Padahal kan saya jauh lebih tampan dibanding merpati itu. Masak ndak ada satupun merpati, eh salah, satu gadispun yang tertarik kepada saya?” Pak Kepsek pun akhirnya teringat nasihat emaknya bahwa selama ini Pak Kepsek terlalu sibuk mengurus SD Chentingsari dengan segudang permasalahan yang ada sehingga lupa untuk mencari jodoh bagi dirinya sendiri.

Saat sedang asyik melamun tiba-tiba datanglah Pakde Flo, selaku pakbon alias jongos di SD Chentingsari, membawa sepucuk surat untuk Pak Kepsek.

“Pak Yula, ini ada surat buat sampeyan. Tadinya saya pikir mau tak kasih besok saja saat di sekolah, tapi sepertinya surat ini sangat penting. Jadi saya kasih sekarang aja,”

Weh, nuwun sanget nggih pak bon. Ini kira-kira surat apa ya?”

“Welha, kalo itu saya ndak ngerti pak. Nggih sampun, kulo pamit rumiyin nggih. Pareng”.

Sepeninggal Pak Flo, Pak Kepsek langsung membuka surat itu. Selesai membaca surat, Pak kepsek berteriak kegirangan sambil memanggil emaknya. “Emaaaaaaaaaaak,,, emaaaaaaaaaaakk,, kesini sebentar mak”.

Ealah iki bocah kok bengok-bengok. Ada apa le?”

“Anu mak, aku dapat surat dari Luar Negeri. Ini aku dapat tawaran buat pertukaran kepala sekolah sama salah satu sekolah di Bantul sana. Wah ini kesempatan langka, harus aku terima nih. Boleh kan mak?”

“Wah kamu hebat sekali le. Eh tapi sebentar, Bantul itu emangnya masuk negara mana to? Kok emak lupa”

“Haduh, emak jangan bikin malu anaknya dong. Masak ndak ngerti bantul itu ada di mana. Itu lo, di Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat. Gimana mak? Emak ngijinin aku buat pertukaran kepala sekolah disana nggak?”

“Wah emak ngijinin banget le. Eh tapi berarti kan kamu harus bikin passport dan visa, dan tetek bengek lainnya itu? La itu terus bagaimana?”

“Ah emak, santai aja. AKu sudah punya semuanya itu kok. Ini jadi aku tinggal berangkat aja.”

“lah, terus tugasmu sebagai kepala sekolah di SD Chentingsari gimana?”

“Itu mah gampang mak, nanti biar diurus bu ketan. Lagipula nantinya kan ada kepala sekolah baru dari Bantul sana yang akan menggantikan tugas saya”

Siang harinya pak Kepsek Yula mulai mengemasi barang-barang yang akan dia bawa ke Bantul. Semua surat-surat penting juga dia masukkan ke dalam koper. Pak Kepsek merasa sangat bahagia, karena impiannya selama ini untuk jalan-jalan ke luar negeri akan terwujud. Selain itu Pak Kepsek juga tidak akan lagi terganggu karena ulah badung Geng Pandawa yang selalu bertengkar dengan Unyil. Eitz, tapi sebenarnya dalam lubuk hati terdalam pak kepsek ada satu hal lagi yang mendasari kepergiannya, yaitu pak kepsek berharap supaya bisa bertemu gadis yang selama ini diimpi-impikannya di Bantul sana.

Nah apakah pak kepsek benar-benar akan menemukan gadis desa dari Bantul? Bagaimanakah pengalaman pak Kepsek selama di Bantul? Dan apakah yang akan terjadi dengan murid2 SD Chentingsari sepeninggal pak kepsek? Silahkan tunggu epidose Chentingsari berikutnya :D

Ini bukan catatan: Selamat menempuh hidup baru di Bantul sana ya pak kepsek, semoga segera bertemu kembang desa!! ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun