Mohon tunggu...
Elisabeth Murni
Elisabeth Murni Mohon Tunggu... Editor - dream - journey - discover

Ngeblog di RanselHitam.Com, berkolaborasi di Maioloo.Com, masak-masak di kitabrasa, jualan wedang rempah budhe sumar. Menerima jasa edit dan tulis ini itu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Dunia Menyempit

19 Maret 2010   08:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:19 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_97553" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar diambil dari sini"][/caption]

Pernahkah Anda mengalami apa yang disebut dengan Fenomena Dunia Kecil? Dalam chicklit “Cintapuccino” Icha Rahmanti menyebutnya sebagai Fenomena Dunia Menyempit. Saya pernah. Bahkan terhitung sering mengalami hal tersebut. Dunia seakan-akan menjadi begitu kecil dan sempit. Sebelum saya cerita lebih jauh lagi tentang hal yang saya alami, ada baiknya saya cerita dulu tentang “Apakah yang dimaksud dengan Fenomena Dunia Kecil?”

Selama ini ketika kita berbicara mengenai jarak, biasanya yang langsung ada dalam pikiran adalah jarak geografis yang diukur berdasarkan hitungan kilometer. Jarak yang memisahkan tempat atau benda di ruang fisik. Namun, bagi para sosiolog ada sebuah konsep jarak di luar ruang fisik yakni jarak sosial. Jarak sosial ini berada di ruang sosial sehingga tidak dihitung berdasarkan kilometer, namun biasanya berdasar pada pemisah non fisik. Misalnya pekerjaan, pendidikan, kebangsaan, dll. Dalam pergaulan seringkali terjadi orang yang secara fisik berdekatan namun memiliki jarak sosial yang sangat jauh, atau sebaliknya, berada di belahan bumi yang berbeda namun memiliki kedekatan.

Contoh nyatanya seperti ini. Saat menjadi mahasiswa baru saya berkenalan dengan seorang cewek yang memiliki nama depan sama dengan saya. Setelah ngobrol ngalur ngidul akhirnya saya tahu bahwa dia berasal dari Bangka (saya dari Wonosobo) dan satu kota dengan sepupu saya. Iseng-iseng saya tanya apakah dia kenal dengan mas sepupu saya itu, dan jawaban yang keluar sungguh di luar dugaan. Ternyata dia kenal sepupu saya bahkan pernah suka dengan mas saya itu (atau malah pernah pacaran ya?). Kamipun cuma tertawa dan mengatakan “wah ternyata dunia sempit sekali yah”. Nah hal seperti inilahyang disebut sebagai Fenomena Dunia Kecil a.k.a small world phenomenon.

Mengapa dan bagaimananya fenomena dunia kecil bisa terjadi pernah diteliti oleh fisikawan Duncan Watts dan matematikawan Steve Strogatz dari Cornell University pada tahun 1998. Penelitian ini merupakan ‘lanjutan’ dari eksperimen ilmiah pertama yang pernah dilakukan oleh psikolog sosial Stanley Milgram dari Harvard University pada tahun 1967 tentang fenomena dunia kecil dan teori jaringan sosial. Kemudian ada lagi penelitian terbaru yang dilakukan oleh Roby Muhamad, Duncan Watts dan Peter Dodds mengenai masalah tersebut. Hasil akhirnya ternyata sangat mengejutkan. Mereka menemukan fakta bahwa panjang rata-rata rantai pesan untuk mencapai target adalah antara lima dan tujuh. Rantai memiliki panjang rata-rata lima jika pengirim awal dan target berada dalam satu negara, dan rata-rata tujuh jika pengirim awal dan target berada di lain negara.

Itu berarti tiap orang terkoneksi dalam satu jaringan yang sifatnya global dan tidak terikat batas geografis. Secara gampang itu juga bisa diterjemahkan bahwa selang 5 hingga 7 orang dalam (ambil contoh terkecil) satu kota akan saling mengenal. Si anu ternyata sepupuan sama adiknya si ini. Anaknya Pakde Tukiman ternyata mantan pacar adiknya temenku. Mas Ngadimin yang terkenal itu ternyata satu SMA dengan teman kantorku. Bayangkan bahwa ternyata orang-orang di sekitar kita saling terkoneksi, saling mengenal satu sama lain. Beugh.... Dunia benar-benar kecil dan sempit.

Kenapa saya tiba-tiba menulis tentang hal ini? Karena beberapa waktu yang lalu saya lagi-lagi mengalami hal ini (Fenomena Dunia kecil) untuk kesekian kalinya. Dan kemarin boleh dibilang adalah hal yang amat sangat mengejutkan. Jadi ceritanya begini. Saat liputan acara Jogja Java Carnival bulan Oktober lalu, saya ketemu sama mas tukang potret yang cakep abis *tsah*. Saya tidak tahu orang itu siapa dan dia juga tidak tahu saya siapa.

Entah bagaimana akhirnya mas-mas tersebut mendekati saya dan ngajak ngobrol. Saat itu kami tidak saling bertukar nomer hape seperti yang biasa terjadi di pilem-pilem (boro-boro nomer HP, nama ajah ndak). Hingga akhirnya saya memilih untuk meringsek ke alun-alun utara dan dia tetap bertahan di posisi perempatan kantor pos besar. Setelah malam itu saya sudah tidak ingat lagi sama mas-mas tukang poto itu. Hingga akhirnya belum lama ini saya bertemu lagi dengan dia secara tidak sengaja dalam acara pemberkatan nikah teman saya di Wonosobo. Ternyata, dia adalah saudara si mempelai pria.

Bayangkan coba. Saya dan dia bertemu hanya sesaat di acara Jogja Java Carnival di Jogja. Kemudian sekarang kami ketemu lagi di pelosok desa di Kota Wonosobo dalam acara yang sangat tidak terduga. Saya cuma geleng-geleng kepala. Takjub. Ternyata orang-orang di luar sana saling berhubungan satu sama lain. Saya kok tiba-tiba jadi sedikit takut. Jangan-jangan saat saya naik transjogja pulang kerja orang yang duduk di sebelah saya tahu bahwa saya pernah suka sama pacar dia yang sekarang. Atau jangan-jangan sopir transjogja adalah pakdenya salah satu teman saya.

Sebenarnya selain dua cerita di atas ada banyak lagi fenomena dunia kecil –saya lebih suka menyebutnya dunia menyempit- yang saya alami. Saya sering bertemu dengan orang-orang baru yang ternyata memiliki hubungan dengan orang-orang di masa lalu saya. Saat ngobrol seringkali muncul perbincangan “Lho kok kamu bisa tahu cerita tentang si Anu?” “Lah piye to? Si Anu kan temenan sama mbak Ina, dan Mbak Ina tuh temen dekatnya masku, ya taulah” oalah,,,tenyata dunia itu sempit ya. Apalagi sekarang ditambah muculnya situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Fiuh... tambah sempit saja. Kompasiana juga ikut ambil bagian dalam mempersempit dunia lho.

Jadi kalau boleh tau Anda itu siapanya saya ya? Siapa tahu ternyata saya dan Anda hanya terhubung dalam jarak 2 atau 3 orang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun