Mohon tunggu...
Sofian Munawar
Sofian Munawar Mohon Tunggu... Editor - PENDIRI Ruang Baca Komunitas

"Membaca, Menulis, Membagi" Salam Literasi !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kualitas Manusia, Kunci Kuat Ekonomi Nasional

21 Agustus 2015   02:45 Diperbarui: 21 Agustus 2015   07:25 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Yayasan Nabil dan & 70 tahun Indonesia Merdeka/sasgart image"][/caption]

Menghidmati 70 tahun kemerdekaan Indonesia, Yayasan National Building (Yayasan Nabil) menggelar acara spesial, seminar bertajuk “Penguatan Ekonomi Nasional Melalui Peningkatan Kualitas Manusia”. Bagaimana acara ini berlangsung? Berikut sekelumit reportasenya …

***

 

Perekonomian Indonesia kini mengalami pelambatan dan penurunan. Hal ini setidaknya ditandai dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang terus terpuruk terhadap dolar Amerika, lesunya dunia usaha, dan angka pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Sementara konflik sosial di sejumlah daerah terus terjadi mengkoyak soliditas kita sebagai bangsa. Fenomena ini seakan menjadi bukti terbalik dari berbagai keunggulan bangsa Indonesia yang sejak dulu sering disebut-sebut sebagai bangsa besar yang memiliki kekayaan alam melimpah dengan aneka-ragam budaya adiluhung. Benarkah Indonesia ini negara kaya raya dan kaya budaya serta bagaimana ini tercermin dalam kehidupan rakyatnya? Atau semua itu baru sebatas ilusi yang perlu dibuktikan dalam kehiduapan sehari hari?    

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Yayasan Nabil menyelenggarakan seminar dengan tema “Penguatan Ekonomi Nasional Melalui Peningkatan Kualitas Manusia” pada Kamis, 20 Agustus 2015. Dalam sambutan pembuka, Ketua Pendiri Yayasan Nabil, Eddie Lembong mengatakan bahwa kita harus mengapresiasi bahwa selama 70 tahun merdeka, Indonesia relatif sudah berhasil membangun negeri. Meskipun demikian kita juga harus menyadari bahwa hingga kini kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia masih belum membanggakan. “Human resource development kita masih rendah. Karena itu, kami, Yayasan Nabil memberanikan diri untuk menyelenggarakan kegiatan ini, membincang soal-soal penting terkait pembangunan bangsa ini dengan fokus pada penguatan kualitas manusia,” ujar Eddie Lembong.

Senada dengan itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Anies Baswedan dalam sambutan berikutnya menyebutkan betapa penting dan strategisnya penguatan SDM dalam rangka pembangunan bangsa. Menurut Anies, selama ini kita seringkali memelihara mindset yang keliru dengan terlalu fokus –atau bahkan overload— menyoal Sumber Daya Alam (SDA). “Kita bahkan hafal hingga detil soal SDA kita, tapi seringkali luput terhadap SDM. Ketika ada ketimpangan SDA kita marah-marah, tapi saat terjadi ketimpangan SDM kita diam. Padahal, kekayaan terbesar yang kita miliki bukanlah SDA, tapi adalah manusianya,” tambah Anies menegaskan.

[caption caption="Poster Seminar Penguatan Ekonomi Nasional ... /Yayasan Nabil"]

[/caption]

Urgensi human capital

Pentingnya SDM sebagai “human capital” dalam rangka membangun bangsa juga diungkapkan Wijayanto Samirin, staff ahli Wakil Presiden yang juga menjadi pembicara kunci dalam seminar ini. Menurut Wijayanto, beberapa perusahaan global yang saat ini memimpin pasar terbesar dunia adalah perusahaan-perusahaan “berbasis ide” (tools the mind), bukan perusahaan-perusahaan pengembang komoditas dalam arti fisikal. Ia menyebut tiga perusahaan terbesar dunia saat ini, seperti Apple, Google, dan Facebook yang sebagian besarnya merupakan perusahaan berbasiskan human capital yang mengandalkan knowledge base economy.  

Demikian juga negara-negara maju yang saat ini menjadi pemimpin pasar ekonomi global antara lain seperti Korea Selatan, Singapura, Jepang dan Cina. Mereka semua adalah negara-negara dengan human capital yang kuat. “Negara-negara itu sudah pasti akan menjadi negara miskin kalau hanya mengandalkan SDA,” ujar Wijayanto. Fenomena sebaliknya justru malah terjadi di Indonesia dimana kita hingga saat ini masih menggantungkan diri pada SDA. Sementara lebih dari 60 persen ekspor kita masih merupakan ekspor komoditi. Ini tentu harus menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas SDM kita yang hingga kini masih relatif lemah. Sebagaimana kita mafhumi bahwa posisi Indonesia saat ini menempati rangking ke-120an dari 160an negara. Artinya, kita masih perlu berbenah dan bekerja keras untuk meningkatkan kualitas SDM kita ke depan sekaligus membangun knowledge base economy yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun