Mohon tunggu...
Sofian Munawar
Sofian Munawar Mohon Tunggu... Editor - PENDIRI Ruang Baca Komunitas

"Membaca, Menulis, Membagi" Salam Literasi !

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Together We are Stronger

15 September 2019   22:01 Diperbarui: 15 September 2019   22:16 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para koruptor dan calon koruptor pasti sedang bersuka-cita menyaksikan "drama KPK" yang terjadi saat ini. Pro-kontra RUU KPK, polemik Pemilihan Capim KPK, dan turunan masalah KPK lainnya dari yang elitis kini bahkan sudah merembes ke bawah. Ada demo "Save KPK". 

Ada demo mendukung RUU KPK. Keduanya sama-sama massif, memperhadapkan dua kelompok massa dari akar rumput secara diametral. Situasi ini tentu tidak produktif. Bukan saja akan melemahkan institusi KPK, tapi juga akan melemahkan pemerintah dan bangsa ini secara keseluruhan.

Belum lama, perhatian kita juga terkuras dengan "Konflik Papua" yang bahkan seakan menjadi masalah endemik tak berujung-pangkal. Sentimen etnik yang awalnya dipandang "sepele" memicu sentimen berikutnya secara timbal-balik. 

Sikap curiga dan saling tidak percaya (distrust) terus menumpuk, bahkan terus dipupuk dari berbagai arah sehingga menimbulkan persoalan yang terus membesar dan dibesar-besarkan. Situasi seakan menjadi "spiral masalah" yang terus melingkar dan membesar dari skala lokal-regional menjadi persoalan nasional dan bahkan menjadi konsumsi internasional.   

Sebelumnya, energi bangsa ini terkuras dengan hajatan Pemilu Serentak yang menghentak, bahkan nyaris mengoyak persatuan dan kerukunan kita sebagai bangsa. Hajatan politik-demokratik yang idealnya menyatukan visi-misi dan harapan kita sebagai anak bangsa justru telah menjauhkan satu sama yang lain. 

Pilihan politik yang berbeda, alih-alih menjadikan kita lebih dewasa dalam berdialektika justru membawa kita pada pertikaian yang melelahkan serta melemahkan persatuan dan kerukunan bangsa.

Kita tentu dapat memperpanjang deretan persoalan bangsa yang dari hari ke hari terus berganti dan terus bertambah. Mulai dari intrik politik, persaingan dan eksploitasi ekonomi, masalah sosial-budaya, hingga konflik SARA dalam ragam dimensinya. Pada titik ini perlu segera disadari bahwa berbagai konflik tersebut telah melenakan dan membiaskan fokus kita dalam membangun negeri. 

Pada saat yang sama, kita kehilangan kesempatan melakukan hal-hal yang lebih produktif, melakukan ragam upaya kreatif-inovatif untuk meraih kemajuan. Padahal, tantangan bangsa ke depan semakin berat. Era global-mondial dengan segala tantangannya menjelma di depan mata.

Kini, saatnya kita menyingsingkan lengan baju. Menyiapkan segenap potensi untuk menghadapi beragam tantangan global dengan penuh kesiagaan. Era revolusi 4.0 harus kita hadapi dan kita siapkan antisipasinya dengan ragam inovasi, kreasi, sinergi dan kolaborasi seluruh potensi negeri. Sudah saatnya kini kita melupakan perbedaan. 

Hentikan segala pertikaian, pertengkaran dan permusuhan. Perlu disadari pula bahwa lompatan kemajuan, adaptasi dan transisi perubahan global tersebut hanya dapat dihadapi bila seluruh elemen bangsa bersatu dan bahu membahu secara bersama-sama mewujudkan harapan meraih kemajuan bangsa. "Together We Are Stronger!"Inilah semangat kebersamaan dan persatuan yang akan menguatkan kita sebagai bangsa sekaligus mengantarkan kita meraih kemajuan.

Semangat Persatuan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun