Keberliterasian dalam konteks ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga yang lebih penting, bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia.Â
Dengan kata lain, bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global. Inilah elan-vital dari "Literasi SDM" atau SDM yang literat untuk menggapai Indonesia hebat.
SDM Literat
Perusahaan jasa auditor professional terkemuka, PricewaterhouseCoopers (PwC) merilis temuan mengejutkan.Â
Dalam laporan bertajuk "The Long View: How Will The Global Economic Order Change by 2050?", Chief Economist PwC, John Hawksworth mengemukakan prediksinya bahwa Indonesia akan mencapai peringkat 5 besar sebagai negara yang berpotensi memiliki perekonomian terkuat berdasarkan nilai produk domestik bruto/Gross Domestic Product (GDP).Â
Menurut Hawksworth, Indonesia akan berada di peringkat 5 di tahun 2030 dengan estimasi nilai GDP US$5.424 miliar dan bahkan akan naik menjadi peringkat 4 pada tahun 2050 dengan estimasi nilai GDP US$10.502 miliar berdasarkan perhitungan Purchasing Power Parity (PPP).Â
Prediksi itu tentu saja merupakan sesuatu yang menggembirakan. Hanya saja, ada sejumlah prasyarat untuk meraih dan mewujudkannya. Salah satunya yang utama adalah kesiapan SDM.
Persoalannya kemudian adalah bagaimana cara efektif mencetak SDM unggul? World Economic Forum pada tahun 2015 merumuskan tiga hal yang menjadi modal keterampilan hidup abad 21, yaitu kualitas karakter, kompetensi, dan literasi. Kualitas karakter meliputi semangat nasionalisme, integritas, kemandirian, gotong-royong, dan religiusitas.Â
Sementara itu, kompetensi meliputi kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Irisan penting antara kualitas karakter dan kompetensi adalah "Literasi" yang meliputi enam elemen dasar, yaitu: Literasi Baca-Tulis, Literasi Numerasi, Literasi Sains, Literasi Digital, Literasi Finansial, serta Literasi Budaya dan Kewargaan.Â
Di sinilah benang merahnya menjadi tersambung bahwa kemajuan bangsa akan sangat tergantung pada ketersediaan SDM yang berkualitas. Ketersediaan SDM yang berkualitas akan tercipta dari suatu proses pendidikan yang baik. Sementara literasi merupakan poros utama pendidikan yang akan mengarahkan SDM kita pada keterampilan hidup yang dibutuhkan.