Mohon tunggu...
Sasetya wilutama
Sasetya wilutama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Pemerhati budaya

Mantan redaktur majalah berbahasa Jawa Penyebar Semangat Surabaya dan pensiunan SCTV Jakarta. Kini mengabdi di almamaternya, Stikosa-AWS Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ditampol Malaikat

24 November 2023   14:29 Diperbarui: 24 November 2023   14:35 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gina saat melatih Jeremy Teti, 1995 (foto: dokpri)

Ini kisah pengalaman unik saya saat pertama kalinya bekerja di perusahaan media TV nasional, SCTV pada tahun 1993. Setelah hampir sepuluh tahun bekerja di media cetak.

Akhirnya tiba juga penugasan saya sebagai Script Writer setelah seminggu lebih kegiatan orientasi. Program pertama yang saya tangani adalah "Majalah Kita", program reguler yang tayang tiap Selasa pagi, pukul 08.00.  

Program durasi 30 menit ini dipandu dr. Nalini Agung Sp.KJ, sedangkan Produser Program Ade Juni Tantri, lebih terkenal dengan nama Ade Karsono. Dia saya ketahui lulusan FE Unair Surabaya. Sedangkan Sutradara adalah M.Kemal, lulusan Sastra Inggris dari Universitas Petra Surabaya.

Sesuai judul programnya, format program ini magazine show. Yakni format menyerupai majalah (media cetak), yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam rubrik dan tema yang disajikan dalam reportase timeless (tidak terikat waktu) sesuai minat dari target segmen penontonnya. Suting dilakukan di studio dan liputan reportase di berbagai daerah. 

Saya juga ikut suting di Yogyakarta, menggali kisah keramik Kasongan dan Padepokan Bagong Kussudiarjo, serta beberapa obyek di Sumenep. Karena bukan program siaran langsung, biasanya suting di studio dilakukan dua hari, langsung menghasilkan 6-8 episode. Yang lama adalah proses editingnya karena harus memproses hasil liputan serta proses isi suara (dubbing).

Terus terang format ini hal baru bagi saya. Demikian juga  pemahaman saya bahwa format program televisi ternyata banyak dan sangat beragam.  Latar belakang saya adalah jurnalis media cetak. Walaupun punya pengalaman menulis skenario tv/film, namun saya tidak pernah mendapat pendidikan akademis mengenai pertelevisian. 

Walaupun kuliah saya di Akademi Wartawan Surabaya, namun konsentrasinya pada jurnalistik media cetak. Dan waktu itu hampir tidak saya temui Perguruan Tinggi yang membuka prodi Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Broadcasting. Baru menjelang tahun 2000, ketika bermunculan TV Swasta baru dan profesi sebagai TV Broadcaster sempat menjadi pilihan favorit, maka cukup banyak Perguruan Tinggi yang membuka jurusan Broadcasting. Almamater saya, Stikosa-AWS juga membuka jurusan peminatan ini dan dibanjiri banyak peminat.

Yang menarik, penugasan pertama saya ini juga meninggalkan kenangan yang unik. Dan baru saya ceritakan melalui tulisan ini.

Mungkin karena tahu bahwa saya mantan wartawan, produser Ade Karsono menugasi saya untuk menghubungi wartawan. Maksudnya agar program baru ini bisa disiarkan di surat kabar. Patuh perintah maka saya menilpun redaksi Harian "Surabaya Post" melalui tilpun kantor. Sang wartawan pun (saya lupa siapa namanya) berjanji akan datang ke studio SCTV besok harinya sesuai jam yang ditetapkan.

Maka besok harinya, kebetulan hari Minggu, saya datang lebih awal karena akan kedatangan tamu wartawan. Saya berharap Ade Karsono juga datang lebih awal karena akan menjadi sumber berita. Sebagai karyawan baru, tentu saya harus menunjukkan loyalitas yang tinggi. Namun sampai satu jam lebih, Produser saya itu belum muncul sesuai jam yang dijanjikan. Di saat sendirian menunggu dengan resah, dari balik kaca ruang kantor saya melihat seorang wanita masuk dengan langkah bergegas ke ruangan. Saya mengenalnya karena beliau salah satu unsur pimpinan di SCTV. Dialah Gina Soepardi, yang waktu itu menjabat Manager Humas & Promo. Lulusan Fikom Unpad Bandung ini sebelumnya merupakan Manager PR Hotel Hyatt Surabaya (sekarang Hotel Bhumi).

Kedatangan Gina Soepardi yang tampak marah ini membikin saya gemetar.  Walaupun saya mengenalnya tapi jelas ia belum mengenal saya. Tanpa basa-basi ia langsung menghardik saya. "Siapa yang menyuruh wartawan datang ke sini (kantor) ?!" tanya Gina, dengan marah. Nyali saya langsung mengkeret. Berusaha tetap tenang saya menjelaskan duduk perkaranya. Walaupun kemarahannya sudah reda tapi suaranya masih ketus, "Lain kali harus kordinasi jika mengundang wartawan.!" Ada beberapa rentetan kalimat lain tapi saya lupa. Yang jelas dia sangat marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun