Mohon tunggu...
Sasetya wilutama
Sasetya wilutama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Pemerhati budaya

Mantan redaktur majalah berbahasa Jawa Penyebar Semangat Surabaya dan pensiunan SCTV Jakarta. Kini tinggal di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Seni

Dag Dig Dug Menonton Pentas Sawung Jabo dan Sirkus Barock di Surabaya

15 November 2023   15:22 Diperbarui: 15 November 2023   15:33 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawung Jabo (foto : Sasetya Wilutama)

Singa tua itu masih perkasa. Di usianya yang ke-72, dan setahun belakangan ini menderita Parkinson, suaranya masih gahar di tengah dentuman drum, lengkingan gitar listrik dan paduan komposisi alat musik etnis nusantara dengan aransemen yang apik dan unik.

Dialah Sawung Jabo. Pada Selasa malam lalu 14/11/2023, ia bersama Sirkus Barock,  tampil di Gedung Cak Durasim, Jl. Gentengkali 85 Surabaya. Konser musik bertajuk "Kado Nggo Jabo" (kado untuk Jabo) itu diprakarsai Komunitas Sedulur Semanggi Surabaya (SSS).

Yang menarik dan cukup dramatis, saat masuk di area panggung, Sawung Jabo harus dipapah oleh dua orang kru. Suasana juga sempat dag dig dug, karena beberapa menit, Sawung hanya bergerak-gerak tanpa sadar, efek dari penyakit yang dideritanya, tampak kesulitan memulai intro gitar. Dua orang kru datang membantu. Ekspresinya nampak tegang. Penonton terdiam ikut tegang. Beberapa penonton memberi semangat dengan memanggil-manggil namanya. "Jabo....Jabo...Jabo....Semangat Bo...!" seru penonton.

Untunglah ketegangan itu ,tak berlangsung lama. Setelah penampilan penyanyi Djatu Parmawati membawakan lagu "Suara hati Pengembara" sebagai pembuka konser, Sawung Jabo seolah mendapat energi baru dan menggiring antusias penonton yang memadati gedung Cak Durasim dengan 15 repertoar lagu yang sudah disiapkan, antara lain : Surabaya oh Surabaya,  Nyanyian Jiwa, Dongeng Politik, Langit Merah, dan sebagainya. Di sisi kanan panggung, perupa Asri Nugroho, yang juga sahabat Jabo, sesekali bergoyang sambil menggoreskan catnya di kanvas besar, melukis wajah si pemusik kebanggan arek Suroboyo ini.

Malam itu Sawung Jabo membawa personel lengkap Sirkus Barock, yakni Emanuel Hertoto alias Toto Tewel pada lead guitar, Ucok (violin), Denny (perkusi), Hasnan (cello), Bagus (keyboard), Joel (gitar), Tauhid (bass) dan Wasis (drum).

Sebagai pembuka acara,  tampil sejumlah seniman yang tergabung dalam Komunitas Seduluran Semanggi Suroboyo. Antara lain penampilan Rubi kastubi Band pimpinan Prof Rubi Kastubi, Djatu Parmawati, pemusik Bambang Jhon cs, Desy Agustina yang membawakan lagu-lagu karyanya serta musikalisasi puisi Dindy Supardi & Helen.

Menurut Henky Kurniadi, event Kado Nggo Jabo merupakan persembahan komunitasnya serta masyarakat Surabaya untuk mengapresiasi Sawung Jabo yang merupakan seniman asli Surabaya yang sukses malang melintang di jagad musik. "Sawung Jabo adalah legenda hidup pemusik yang dimiliki Surabaya" ujar Henky.

Kuliah Musik tapi tak punya gitar

Cukup menarik mengulik perjalanan hidup pemusik Sawung Jabo ini. Terlahir dengan nama Mochamad Djohansyah pada 4 Mei 1951 di kampung Ampel Surabaya. Julukan Sawung Jabo itu ia dapatkan dari kakak-kakak kelasnya saat kuliah di Akademi Musik Indonesia (AMI) Yogyakarta di tahun 70-an. Di kota ini, ia mendirikan grup musik Sirkus Barock pada tahun 1976 dan sudah mengeluarkan 7 album.

Di Yogya pulalah bakat seninya lebih ditempa. Ia terlibat dalam berbagai kegiatan seni, mulai musik, teater, lukis dan tari. Sawung makin matang setelah bergabung dengan Bengkel Teater WS Rendra. Namanya makin melejit ketika terlibat di grup  SWAMI dan Kantata Takwa bersama Iwan Fals dan Setiawan Jody. Jabo juga pernah terlibat sebagai penulis lirik band legendaris, Godbless. 

Sawung Jabo dikenal dengan konsep bermusiknya yang menggabungkan elemen musik dan timur. Menurut Jabo, keragaman etnik di Indonesia itu luar biasa banyaknya. Ada Jawa, Bali, Sunda, NTT, Dayak, Papua dan sebagainya. Itu semua merupakan harta karun yang bisa diolah para musisi agar memiliki karasteristik kekaryaan dan mencuri perhatian publik dunia.

Sebelum menimba ilmu di Jogja, Jabo bergabung di teater Bengkel Muda Surabaya, bergaul akrab dengan Gombloh, Leo Kristi, Naniel dan sebagainya. Rokim Dakas, sahabatnya sesama Bengkel Muda, mempunyai kisah menarik tentang suka duka Jabo, yang akhirnya menikahi Suzan Piper, warga negara Australia.

"Walaupun Jabo kuliah musik, tapi satu gitar pun dia nggak punya" ungkap Rokim sambil tertawa. "Jangankan gitar, untuk bayar SPP aja nggak punya. Jadi ya bonek (bondo nekat) saja" tambahnya. Sehari-hari Jabo tinggal di Bengkel Teater Rendra.

Adalah Suzan Piper, yang waktu itu Staf Konsul Australia, suatu hari berkenalan dengan Jabo dan diajak ke Bengkel Teater. Rupanya Suzan suka bergaul dengan seniman-seniman asuhan WS Rendra itu, bahkan ikut bergabung sebagai anggota pula.  Mendengar Jabo kuliah musik tapi tidak punya gitar, Suzan kemudian membelikan sebuah gitar untuk Jabo. Sejak punya gitar sendiri itu, kreatifitasnya makin menggila. Tak hanya karya lagu, tapi juga karya cinta. Hubungan Jabo dan Susan makin dekat. Tahun 1979, Sawung Jabo menikahi Suzan, dikaruniai dua anak dan cucu. Kini mereka tinggal di Sidney, Australia. Dalam beberapa kali konser, terlihat Suzan juga ikut sebagai penyanyi latar.

"Walaupun bermukim di Australia, Jabo tidak meninggalkan jiwa Suroboyo-nya. Kalo ketemu ya cak..cuk..cak..cuk (umpatan khas Surabaya)  gitu" pungkas Rokim sambil tertawa. ***(sas)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun