Mohon tunggu...
Sasetya wilutama
Sasetya wilutama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Pemerhati budaya

Mantan redaktur majalah berbahasa Jawa Penyebar Semangat Surabaya dan pensiunan SCTV Jakarta. Kini tinggal di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Amang Mawardi, 50 Tahun Bergiat di Literasi

9 November 2023   15:23 Diperbarui: 9 November 2023   15:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amang Mawardi. (foto : Sasetya Wilutama)               

Ibarat dua sisi mata uang, menyertai perjalanan hidup Amang Mawardi. Yakni, jurnalistik dan seni. Keduanya saling menopang, seiring sejalan. Alumni Stikosa-AWS ini terus berproses dan berkarya di usianya yang makin senja.

Menandai usianya yang genap 70 tahun dan pergulatannya yang tiada henti selama 50 tahun di dunia literasi,  hari Minggu kemarin, 5/11/2023, Amang Mawardi merilis "Buku Waktu Tak Pernah Menipu", buku antologi puisi karyanya dilanjut talk show dengan pembicara Prof Dr Soetanto Soephiadhy di Rumah Dedikasi Soetanto Soephiady, Jl Semolo Waru Elok, Surabaya.

Buku antologi puisi ini merupakan buku antologi kedua yang ditulisnya secara tunggal. Sedangkan kumpulan puisi bersama beberapa penyair lain cukup banyak jumlahnya, antara lain antologi puisi yang ditulis bersama komunitas wartawan usia emas (Warumas). Dalam hal menulis buku, alumnus Stikosa-AWS tahun 1977 ini sudah menghasilkan 16 buku, yang dimulai sejak tahun 2007. Selain menulis puisi, cerpen dan bermain teater, Amang Mawardi juga dikenal sebagai EO pameran lukisan. Ia pernah mengadakan event pameran lukisan di Bangkok, Australia dan Singapura. Tahun 2002 Amang bahkan menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Timur kategori Penggerak Kesenian.

Sedangkan di sisi jurnalistik, perjalanan karir dan prestasinya sangat panjang. Karir jurnalistiknya diawali tahun 1975 saat menjadi koresponden Harian Pos Kota di Surabaya, sambil kuliah di Akademi Wartawan Surabaya (sekarang Stikosa-AWS). Sempat pula menjadi Redaktur Pelaksana Mingguan "Surya", sebelum menjadi harian "Surya".  Selanjutnya 12 penghargaan kejuaraan jurnalistik, karya tulis dan kejuaraan lomba foto jurnalistik juga dikoleksinya. Namun Amang terus bergerak, terus menulis, walau kini ia tidak terikat atau bekerja di perusahaan media manapun.

"Wartawan itu tidak mengenal pensiun. Dan puncak karir wartawan, bukan sebagai pemimpin redaksi atau pejabat tinggi. Puncak karir wartawan adalah menulis buku. Sedangkan puncak jurnalisme adalah humanisme" kata Amang,  penuh semangat. Ia terinspirasi dari karya-karya jurnalistik sahabatnya, Peter A. Rohi (alm), seorang wartawan idealis dan mengedepankan humanisme dalam tulisan-tulisan jurnalistiknya. Kenangan bersama sahabatnya itu ia tulis dalam buku "Senja Keemasan Peter A. Rohi pada tahun 2021.

Maka walaupun tidak lagi bekerja sebagai wartawan di perusahaan media, Amang terus menulis berbagai artikel yang dishare di FB-nya maupun di beberapa media online. Tulisan-tulisan itu kemudian dikumpulkan dan diterbitkan sebagai buku. Di tahun 2023 ini, sudah dua buku yang ia terbitkan. Yakni, Memoar Wartawan Biasa Biasa, Di Senja Waktu Aku Tulis Buku dan kumpulan puisi tunggal ke-2 ini. Selebihnya 4 buku kumpulan puisi yang diterbitkan bersama komunitas Warumas.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Soetanto Soepiadhy,  yang juga dikenal sebagai penyair, menyebut bahwa karya-karya Amang Mawardi mengeksploitasi hal-hal kecil yang kemudian tereksplorasi ke persoalan umum. Profesor ilmu hukum itu mengambil contoh tentang tulisan Amang yang punya nilai humanis, yakni  kisah obrakan di emperan Apotik Simpang yang membuat si wartawan (Amang Mawardi) kebingungan. Tulisan Amang tersebut jika lebih di eksplor lagi tentang kisah Pak Susilo yang dagangan majalahnya dirampas oleh Satpol PP, tentu akan menjadi lebih humanis.***

                                                                                                                                                       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun