Mohon tunggu...
Sascia Kamila Ramadhani
Sascia Kamila Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Inseminasi Buatan BBIB Singosari dalam Revolusi Peternak di Indonesia

30 November 2024   13:57 Diperbarui: 30 November 2024   13:57 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

        Pernahkah anda bertanya-tanya, bagaimana seekor sapi lokal bisa memiliki keturunan yang kualitasnya setara dengan sapi impor?, atau mengapa beberapa peternakan mampu menghasilkan sapi-sapi unggulan yang dagingnya empuk, berlemak sempurna, dan bernilai ekonomi tinggi?. Jawabannya terletak pada sebuah teknologi yang mungkin terdengar sederhana, tetapi memiliki dampak besar dan sangat revolusioner yaitu inseminasi buatan (IB). Salah satu penyedia semen beku buatan yaitu Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Jawa Timur yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknik (UPT) Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Timur yang memproduksi semen beku sapi perah dan sapi potong.
 
       Inseminasi buatan adalah usaha manusia memasukkan spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus (Hastuti, 2008). Inseminasi buatan dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak yang efektif. Secara umum teknik IB terdiri atas dua metode yakni metode inseminasi vaginaskop atau spekulum dan metode rectovaginal (Selk, 2007; Susilawati, 2011). Dan inseminasi  buatan  adalah  salah satu  bioteknologi  dalam  bidang  reproduksi  ternak yang  memungkinkan  manusia  mengawinkan  ternak  betina  tanpa  perlu  seekor  pejantan. Inseminasi  buatan  merupakan  suatu  rangkain  proses  terencana  dan  terpogram  karena menyangkut kualitas genetik ternak di masa yang akan datang. Sementara itu, semen beku merupakan sperma dari pejantan unggul dengan kriteria memiliki fisik sehat serta bebas dari penyakitt hewan menular dan sudah diseleksi berdasarkan garis keturunan, kemampuan produksi, serta reproduksi. Faktor yang mempengaruhi jumlah semen beku yang dihasilkan adalah Spermatozoa Mortil kualitas semen segar dihasilkan proses pengenceran dan proses pembekuan 6 (Nyuwita et al., 2015). Kualitas semen beku dapat menurun jika setelah semen beku dicairkan, hal ini karena proses thawing, sperma melewati berbagai suhu ekstrim yang dapat menurunkan kualitas semen beku tersebut (Komariah et al., 2013) Keuntungan inseminasi buatan (IB) pada sapi di Indonesia, antara  lain  peningkatan  mutu  genetik  yang  lebih  cepat  karena  menggunakan semen  dari  pejantan  unggul,  dapat  menghemat  biaya  pemeliharaan  pejantan  lain  dan penularan  penyakit  kelamin  dari  ternak  yang  diinseminasi  dapat  dibatasi  atau  dicegah (Setiawan,  2018).
 
      Faktanya, inseminasi buatan telah terbukti meningkatkan produktivitas ternak secara signifikan. Seekor sapi betina lokal, misalnya, dapat melahirkan anak dengan kualitas genetik setara sapi impor, berkat penggunaan semen beku dari pejantan unggul. Tapi mengapa hanya sedikit peternak kecil yang memanfaatkan peluang ini?. Salah satu alasan utama adalah kurangnya edukasi pada peternak lokal terpencil. Banyak peternak tradisional yang belum memahami bagaimana inseminasi buatan bekerja atau ragu dengan hasilnya. Salah seorang peternak lokal di daerah Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur mengungkapkan bahwa masih terdapat peternak yang merasa ragu atau takut untuk menerapkan teknologi inseminasi buatan. Keraguan ini umumnya didasari oleh minimnya pemahaman terkait manfaat dan proses inseminasi buatan. Namun, sebagian dari mereka kemudian merasa menyesal karena sapi yang dibiakkan secara alami menghasilkan keturunan dengan kualitas yang kurang optimal dibandingkan dengan sapi hasil inseminasi buatan menggunakan semen unggul (wawancara dengan Arifin, 7 November 2024). Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi dan pendampingan teknis bagi peternak lokal agar mereka dapat memanfaatkan teknologi inseminasi buatan untuk meningkatkan kualitas genetik ternak mereka.

      Bayangkan sebuah fasilitas canggih, di mana pejantan unggul dari berbagai ras ternak dirawat seperti atlet profesional. Di BBIB Singosari, sapi-sapi pejantan ini dipilih berdasarkan genetik terbaik mereka. Dengan menggunakan teknologi modern, semen mereka diproses menjadi semen beku yang siap dikirim ke berbagai penjuru Indonesia. Dengan dukungan pemerintah yang berkelanjutan, BBIB Singosari memiliki jangkauan yang luas untuk meningkatkan layanannya, baik dari segi teknologi ataupun melakukan edukasi pada peternak di berbagai wilayah Indonesia. Upaya edukasi ini harus difokuskan pada peningkatan pemahaman peternak tentang keuntungan menggunakan inseminasi buatan,termasuk cara kerja dan dampaknya terhadap kualitas genetik ternak. Program penyuluhan dan pendampingan langsung di lapangan dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi ketidakpahaman peternak, terutama di daerah-daerah terpencil yang belum familiar dengan teknologi modern ini. elain itu, BBIB Singosari dapat memperkenalkan teknologi baru seperti sexing technology, yaitu metode pemilihan jenis kelamin keturunan sapi melalui semen beku yang telah diproses. Walaupun proses sexing dapat menurunkan kualitas spermatozoa, tetapi spermatozoa hasil sexing masih dapat digunakan baik pada fertilisasi in vivo maupun in vitro untuk menghasilkan anak ternak (Carvalho et al., 2014). Akan tetapi, Putri et al. (2015) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan kualitas spermatozoa pasca-thawing dari semen beku sapi FH baik yang melalui proses sexing maupun yang tidak melalui proses sexing. Teknologi ini memungkinkan peternak, khususnya di sektor sapi perah, untuk menghasilkan anak sapi betina dengan peluang yang lebih besar. Anak sapi betina memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi karena produktivitasnya dalam menghasilkan susu. Dengan inovasi ini, peternak dapat mengoptimalkan keuntungan jangka panjang sekaligus meningkatkan efisiensi usaha ternak mereka.
 
Daftar Pustaka
1. Hastuti, D. 2008. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan sapi potong ditinjau dari angka konsepsi dan service per conception. Mediagro. 4(1): 12-20.
2. Putri T. R. Siregar T. N. Adam M. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu (2020),  Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan inseminasi buatan pada sapi di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 8(3): 111-119.
3. Fania, B., Trilaksana, I. G. N. B., & Puja, I. K. (2020). Keberhasilan inseminasi buatan (IB) pada sapi Bali di Kecamatan Mengwi, Badung, Bali. Indonesia Medicus Veterinus, 9(2), 177--186.
4. Hermawati R. (2019). Penerapan Importance Performance Analysis (IPA) Untuk Mengukur Kualitas Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Layanan Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari-Malang. Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI), 13(1): 49-57.
5. Diany E., Suryahadi T. Muhandri. (2016). Strategi Pemasaran Semen Beku Sapi Potong. Jurnal Agripet, (18)1: 10-17
6. Saili, T., et al. (2017). Efektivitas Sinkronisasi Estrus dan Fertilitas Spermatozoa Hasil Sexing pada Sapi Bali di Sulawesi Tenggara. Jurnal Veteriner, 18(3): 353-359.

Penulis :

Sascia Kamila Ramadhani

S-1 Kedokteran Hewan

Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam

Universitas Airlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun