Mohon tunggu...
Cerpen Artikel Utama

Mutiara yang Terpendam

26 April 2015   19:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu malam, seorang ibu dari sebuah keluarga mengalami kesusahan untuk melahirkan anak pertamanya karena kepala anaknya yang terletak di atas dan kakinya yang dibawah.  Dokter sudah berkata kepada sang ayah “Bapak, jika anak bapak tidak segera di lahirkan, maka iapun tak akan selamat. Tetapi perlu diketahui bahwa jika sang bayi dilahirkan kemungkinan besar istri bapak tidak akan selamat.” Betapa sedihnya sang ayah mendengar pilihan dari dokter tersebut, sang ayah meminta waktu untuk berpikir sejenak, di luar sang nenek dan kakek selalu setia menemani dan menanti kehadiran cucu pertamanya itu, sang ayah yang setia menemani sebelah istrinya, ibunda dari anaknya itu lalu, berkata “Tidak apa, saya rela melahirkannya, biarlah dia melihat dunia ini yang sungguh indah ciptaan-Nya, biarlah dia yang menemanimu saat aku tidak akan bisa ada di sampingmu lagi.” Suasana malam itu seharusnya menjadi suasana yang bahagia tetapi berubah menjadi suasana yang menyedihkan. Sang ayah tidak bisa berhenti meneteskan air matanya itu karena sungguh berat jika kehilangan orang yang ia sangat cintai itu. Dokter pun menanyakannya sekali lagi “Bapak, sudah waktunya anaknya harus lahir mau bagaimanapun juga, akan tetapi semua ini adalah pilihan bapak.” Sungguh berat pillihan sang ayah itu, sang ibu hanya bisa mengusap air mata sang ayah dan berkata sambil bersenyum “tidak apa, biarlah ia yang selamat, biarlah ia melihat dunia ciptaan Tuhan yang indah ini.” saat pukul jam 12 malam keajaiban muncul seketika bayi yang berada dalam perut ibu itu memutar, kepalanya sekarang berada di bawah dan kakinya yang berada di atas, semua mengucapkan syukur dan segeralah dokter memulai operasinya, sang ibu memang tidak bisa melahirkan secara normal sehingga harus melakukan operasi cesar setelah menunggu sekian lama operasi itu berhasil dilaksanakan sang ayah dan sang ibu meneteskan air matanya bahagia karena putra pertama mereka telah lahir dengan selamat dan terdengar suara tangisan pertamanya, sang nenek dan sang kakek yang sedang menunggu di luar turut bahagia mendengar tangisan dari cucu pertama mereka itu. Dokter kembali mengendong sang bayi mengembalikan kepada orang tuanya, “Selamat pak dan bu, anak bapak dan ibu seorang laki – laki yang sehat sempurna.” Sang ayah mulai mengadzani anak pertamanya itu sambil mengeluarkan tangisan bahagia sang ayah mulai bertanya “ibu, siapa nama yang pas untuknya?” ibunda memandang anaknya dengan bahagia sambil mengusap kepalanya dengan lembut “Bagaimana dengan Jason Mahendra?” Ayah “Hmmm, itu adalah nama yang bagus! Jason Mahendra.” Keduanya tersenyum melihat putra pertama mereka sambil meneteskan air mata bahagia.

***

Jason tumbuh dengan penuh kasih sayang oleh kedua orang tuanya dan seluruh keluarganya, suatu malam Jason tak bisa berhenti menangis sang ibu berusaha keras menenangkan Jason “shh...shhh sudah nak sudah ada ibu disini, ada ayah juga disini nak” sang ayah dan ibu merasa sedih sekali karena Jason tak bisa berhenti menangis, suara tangisan Jason yang keras membangunkan kakek dan neneknya, sang nenek bergegas ke kamar Jason menemui Jason, saat memasuki kamar dan berusaha agar tidak ikut panik “Ada apa ini? Apa yang telah terjadi dengan cucuku?” sang nenek langsung mengendong Jason “shh… Jason, ada nenek, kakek, ibu dan, ada ayah disini nak.” Namun, Jason tidak juga berhenti menangis, sang kakek berpikir keras bagaimana cara ia bisa menenangkan cucunya itu yang sudah menangis berjam – jam. Pada akhirnya sang kakek bergegas mengambil gitarnya dan mulai memainkan irama musik yang merdu dan indah sekali, sang nenek pun mulai bernyanyi mengikuti suara irama musik yang indah itu, tiba – tiba suasana menjadi hening, Jason berhenti menangis dan mulai tertidur dengan pulas digendongan neneknya, akhirnya semua mengetahui bahwa Jason sangat menikmati musik, setiap ia menangis sang kakek bersedia dan segera bergegas memainkan musik untuknya hingga ia tertidur pulas.

***

Waktu cepat berlalu Jason kini menginjak usianya yang ke 1 tahun, orang tua Jason adalah orang yang sibuk, sering menangani dan mengadakan proyek yang besar, meeting dengan orang – orang penting, pergi keluar kota, hingga keluar negeri. Jason selalu dijaga dan ditemani oleh kakek dan neneknya saat orang tuanya pergi untuk berkerja. Suatu ketika, Jason sedang belajar berjalan dengan mainan walkernya, belajar untuk berjalan hingga berlari dengan walker itu menabrak sana – sini sambil tertawa dengan gembira sang kakek dan nenek hanya bisa memandangnya dengan penuh senyuman. Jason yang sedang berlari dengan walkernya itu  menabrak piano yang berada pas di ruang tamu, sang kakek yang sedang membersihkan gitarnya tertawa kecil melihat Jason. Jason mendekati piano itu dengan ajaibnya Jason berhasil memainkan do – re – mi – fa – sol – la – si – do tangga nada yang sempurna, suara itu mengejutkan sang kakek yang langsung berdiri dan mengendong Jason, lalu berkata “Jason! Darimana kamu bisa mempelajari dan memainkan itu nak?” Jason hanya bisa tertawa kecil sang kakek yang berbahagia itu langsung memeluk Jason erat sambil berkata “Cucuku! Cucuku! Seorang musisi!”

***

Tahun ke tahun Jason bertumbuh besar, ia menjadi anak yang cerdas dan tampan sejak ia berumur kurang dari 5 tahun ia sudah diajarkan untuk bermain musik oleh kakeknya mulai dengan bermain piano dan gitar dan ia meguasai bermian piano dan gitar sejak ia berumur 5 tahun, saat ia berumur 7 tahun ia mampu menguasai seluruh alat musik tiup mulai dari terompet, saksofon, klarinet, oboe, suling, dan yang lain – lainnya saat ia berumur 9 tahun ia sudah bisa menguasai alat musik senar. Selain, gitar ia juga bisa bermain bass, biola, hingga harpa, dan saat ia berumur 10 ia mampu bermain dan menguasi alat musik elektrik dan acoustik dengan mahir. Jason mempunyai bakat yang luar biasa dalam bidang musik!

***

Ketika ia berumur 11 tahun ia mengikuti salah satu lomba gitar klasik dan ternyata ia adalah satu – satunya peserta termuda yang masih di bawah umur 17 tahun, ia merasa sangat gugup dan tidak percaya diri dan juga, minder karena seluruh peserta jauh lebih tua daripadanya dan jauh lebih ahli dan mahir daripadanya. Dia selalu duduk di sebelah kakeknya dengan perasaan gugup dan takut, ia selalu berkata kepada kakeknya saat itu sambil mengeggam lengan kakek erat “Kek, aku takut, kek aku tidak bisa, kek aku takut, kek aku tidak bisa!” sang kakek memeluk Jason erat lalu berkata “Jason, look at me! Kamu akan baik – baik saja pasti kamu bisa, kakek dan nenek ada disini untukmu no matter what.” Perkataan kakek membuat Jason tenang untuk sejenak, saat Jason maju ke panggung, terdiam sejenak sehingga ia gugup, ia tidak bisa bermain dengan tenang, dan ia pun tidak bisa bermain dengan baik saat itu sehingga hasilnya tidak semaksimal tidak seperti saat ia latihan dari hari – hari sebelumnya bersama kakek dan neneknya. Jason tidak pernah tampil seburuk itu sebelumnya, ini adalah pertama kalinya Jason tampil dengan buruk. Pada akhir lagu yang telah ia tampil kan tanpa menghiraukan dan mendengarkan apresiasi tepuk tangan dari penonton, ia bergegas turun dari panggung, ia berlari ke belakang panggung mengambil tas gitarnya dan seluruh barangnya, dan segera pergi dari belakang panggung, ia mengetahui bahwa dengan permainannya di panggung seperti itu tadi kurang maksimal ia pun yakin bahwa ia tidak akan menang. Jason bergegas keluar dengan perasaan sedih dan pahit serta kecewa di hatinya menghampiri kakek dan neneknya meminta untuk pulang. Kakek dan nenek mengetahui bahwa Jason sedang sedih dan kecewa karena penampilannya yang kurang maksimal. Saat, di mobil suasana menjadi hening Jason tidak mengeluarkan satu kata pun, nenek yang selalu berusaha menghibur Jason “Jason, sayang kamu tampil dengan baik nak. Kamu hebat dan luar biasa tadi!” “Lagu yang kamu mainkan sangat indah sekali, sayang!” tetapi seluruh perkataan nenek sama sekali tidak dihiraukan olehnya. Sesampainya mereka di rumah, Jason meninggalkan alat musik kesayangannya itu di sofa, ia langsung segera naik ke atas dan memasuki kamarnya, lalu menguncinya. Jason menangis di tempat tidur dan berteriak “KENAPA TADI ?! AKU KECEWA!! AKU TIDAK AKAN BERMAIN MUSIK LAGI! AKU MALU!” terdengar suara teriakan Jason hingga sampai bawah, kakek langsung menghampiri cucu kesayangannya itu lalu mengetuk pintu kamar Jason terdengar suara “Tok tok tok tok” “Jason, apakah kamu baik – baik saja disana?”  Jason tidak sanggup menjawab pertanyaan kakeknya itu, lalu kakek berkata lagi “Jason, buka pintunya nak” lagi – lagi Jason tidak menghiraukan dan menjawab pertanyaan kakek, “Jason, ayo kita pergi ke suatu tempat. Kamu siap – siap ya” karena Jason tidak mau membuat kakeknya menunggu akhirnya ia segera mencuci muka, berganti pakaian, lalu turun ke bawah menghampiri kakeknya

***

Jason turun ke bawah menghampiri kakeknya dan berkata “Kek, mau kemana kita?” Kakek dan nenek mengetahui mata sembap Jason tetapi kakek dan nenek memilih untuk tidak membahasnya, Kakek hanya tersenyum setelah mendengar pertanyaan Jason dan berkata “Ayo, kita pergi saja ya. Kakek mau ngajak kamu jalan – jalan ke suatu tempat.” Jason hanya mengangguk, mereka berpamitan dengan nenek, kakek menyalakan mesin mobil dan mereka langsung segera pergi

***

Selama di perjalanan Jason terus bertanya kepada kakeknya kemana mereka akan pergi “Kek, sebenernya kita ini mau kemana sih?” kakek menjawab sambil tertawa kecil “Tebak dong, jay” Jason menebak “Hmm ke toko musik kah?” “Ke studio musik kah?” “Apa ke pameran seni?” Kakek menjawabnya sambil tertawa “Hahahaha, tidak Jason kita tidak akan pergi ke semua tempat itu” Jason menjawab dengan ekspresi bingung “Lalu, kita mau kemana?” Kakek menjawab “Ke situ, dan kita sekarang sudah sampai” Kakek memarkir mobil yang di kendarainya itu, setelah memarkir mobil, kakek mengajak Jason untuk turun bersamanya, “Jason, ayo kita turun” Jason segera turun dari mobil, setelah kakek mengunci mobilnya mereka berjalan ke suatu lapangan yang sudah tidak pernah lagi dipakai. Jason terus bertanya “Mengapa kita kesini, kek?” kakek menjawab “Karena disini ada sesuatu yang indah” Jason sangat bingung mendengar jawaban dari kakek, tetapi dia lebih memilih untuk diam saja. Mereka terus berjalan hingga ke tengah lapangan, kakek dengan tiba – tiba menyuruh Jason untuk duduk “Jason, sekarang kamu duduk” Jason berkata “Untuk apa aku duduk di tengah lapangan begini?” Kakek tetap menyuruhnya untuk duduk “Duduklah, Jason” Jason duduk di tengah – tengah lapangan kosong itu “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Kakek menyuruhnya lagi untuk memejamkan matanya “Sekarang, pejamkanlah matamu, nak” Jason menurutinya untuk memejamkan matanya, kakek bertanya lagi kepada Jason “Apa yang kamu dengar?” Jason “Aku tidak mendengar apa – apa” Kakek menjawab “Dengarkanlah dengan baik Jason” Jason mulai jengkel menjawab pertanyaan kakek “Tidak terdengar suara apa – apa kek, dimana musik? Tidak ada” kakek menjawab dengan tegas “Jason, dengarkan lah dengan hatimu tidak dengan telingamu!” Jason mulai menenangkan diri dan mendengarkan suara apa saja yang ada di sekelilingnya. Dia mendengar suara kicauan burung, suara daun kering yang bergesekan, hingga jatuh, ia juga mendengar suara jangkrik, serta suara lonceng gereja yang sedang berbunyi, sampai terdengar suara angin “Ok, aku mendengar suara kicauan burung, suara daun kering yang bergesek hingga terjatuh, suara binatang seperti jangkrik, suara lonceng gereja yang berbunyi, bahkan suara anginpun terdengar membisiki telingaku.” Pada akhirnya, kakek tersenyum lebar mendengar jawaban dari cucu kesayangannya itu. Akhirnya, kakek menyuruh Jason untuk berdiri “Sekarang kamu buka matamu, dan berdiri jay” Jason berdiri, dan kakek pun melutut dan berkata “Kamu tahu, bahwa suara kamu dengar tadi itu terletak sangat berjauhan dengan kita” Jason pada awalnya yang terkejut dan tidak mengerti apa yang di bicarakan oleh kakek “Apa maksud kakek?” Kakek berkata sekali lagi “Kamu tahu, Mozart dulu adalah seorang musisi yang tuli, tetapi ia mampu menjadi musisi yang hebat kan?” Jason terdiam, kakek berkata sekali lagi “Kamu tidak perlu bermain hebat saat kamu di panggung, hal yang kamu perlu ketahui bahwa musik itu akan selalu ada di sekelilingmu walau mereka tidak terbentuk dengan wujud bentuk instrumen saja, kamu tidak perlu mendengarkan apa yang kamu sedang mainkan tetapi hal yang paling penting adalah kamu bahagia di atas panggung tanpa perlu memikirkan kamu bermain untuk apa dan untuk siapa karena kamu main untuk dirimu sendiri, jangan di hanya dengarkan musikmu melalui telingamu tetapi cobalah di dengarkan serta di rasakan dengan hatimu, karena kunci dari seorang musisi yang hebat adalah dia akan mampu merasakan musik yang telah di mainkan dan di ciptakannya itu. Dan, kamu akan selalu mempunyai mutiara yang terpendam di dalam dirimu”. Jason mengerti apa yang di maksud dengan kakek, ia memeluk kakeknya erat dan berbisik “Terima kasih kek, sekarang aku mengerti semuanya” kakek membalas pelukan cucu kesayangannya itu dan berkata “Sama – sama cucuku, kakek yakin pasti kamu bisa!” kakek lalu menatap muka cucunya itu dan mengusap air mata yang mengalir itu dan berkata “Ayo kita pulang, pasti nenek sudah memasak makan malam yang enak” Jason senyum dan mengangguk, akhirnya mereka pun pulang. Sesampainya, mereka di rumah nenek menyambutnya dengan ramah “Eh, udah pulang, sudah lapar belum?” Mereka berdua serentak menjawab “Sudah! Makan! Makan!” nenek tertawa geli melihat suami dan cucunya itu “Baiklah, tunggu di meja makan ya, nenek siapin dulu makanannya” segeralah mereka duduk dan menunggu di meja makan, setelah makanan telah siap di meja makan, mereka berdo’a bersama dan menyantap makanan yang ada di meja setelah makan malam selesai, Jason teringat kejadian tadi ia langsung segera mengambil gitarnya yang telah di tinggalkannya di sofa tadi ia tersenyum melihat gitarnya dan berkata “Tidak akan aku meninggalkanmu dan mengecewakanmu lagi, we are partners for life!” Jason langsung bermain dan berlatih bakat yang ia punyai itu, kakek dan nenek melihatnya senang serta bangga melihat cucunya yang sudah bersemangat lagi.

***

Jason tumbuh dengan cepat sehingga waktu tidak terasa. Selama ia bertumbuh, ia pun bertumbuh dan berkembang dengan bakat musiknya yang semakin kedepan semakin lama semakin mahir. Ketika, ia lulus dari bangku SD ia memainkan 3 buah lagu dengan berbeda dan berbagai instrumen, saat Jason tampil di atas panggung saat acara pensinya itu semua terpakau melihat Jason yang masih berumur 12 tahun itu memainkan berbagai alat musiknya dengan lagu yang berbeda – beda semua bertepuk tangan sambil berdiri. Jason sangat senang saat melihat para penonton bertepuk tangan dengan meriah, ia turun panggung dengan banyak sambutan, jabat tangan, dan juga tepuk tangan yang meriah dari guru, teman – teman, hingga para penonton lainnya yang bahkan tidak ia kenal. Jason menghampiri kakek dan neneknya dan memeluk keduanya dengan senang, kakek dan neneknya sangat bangga dengan cucunya itu, walaupun ayah dan ibunya tidak bisa menghadiri anaknya yang baru saja lulus dari bangku SD. Jason memang sudah terbiasa dari kecil di tinggalkan oleh orang tuanya bekerja, tetapi Jason tidak apa dengan situasi itu selama ada kakek dan neneknya selalu di sampingnya dia tidak akan pernah merasa kesepian.

***

Jason memasuki masa menjelang remaja yaitu saat ia berumur 13 tahun. Dia memasuki salah satu sekolah international di Jakarta, saat ia pertama kali merasakan senioritas sekolahnya pada saat MOS. Jason tergolong anak yang terlahir di keluarga mampu alias kaya raya, wajah yang tampan, gaya yang keren, sifat yang cuek dan misterius. Jason memang termasuk anak yang pandai bergaul tetapi terkadang dia lebih memilih untuk sendiri dan diam, berlagak seperti anak yang cuek dan misterius itulah mengapa Jason sering sekali di kasih juluki sebagai lelaki yang cool Hari pertama MOS Jason sering di bully oleh para senior tetapi dia tidak pernah menghiraukannya kadang kala juga dia melawan kakak – kakak seniornya. Suatu ketika, pada hari terakhir MOS para junior di suruh untuk menampilkan bakatnya masing – masing, kebanyakan dari anak perempuan menampilkan tarian dan bernyanyi, sedangkan anak laki – laki banyak yang menampilkan bakat olahraganya, hanya beberapa anak yang menampilkan bakat untuk bermain musik. Jason menampilkan sebuah lagu dengan bermain saksofonnya semua terpakau saat melihat Jason bermain saksofon, Jason menjadi satu – satunya anak yang bisa bermain saksofon dan beragam alat musik lainnya, semua memberi sahutan yang meriah serta tepuk tangan yang meriah dan kini semua mengetahui bahwa Jason mempunyai bakat bermain musik yang luar biasa. Jason mempunyai beberapa sahabat lelaki yang mempunyai bakat yang sama dengan Jason, kelima lelaki itu bisa di kategorikan sama dan setara dengan Jason. Dylan, Jeje, Edy, Greg, dan Allan. Jason menjadi pusat perhatian semua orang di sekolahnya, terutama bagi kaum hawa. Selain menjadi idola, Jason juga sering menjadi korban tindasan para senior saat ia masih menjadi junior tetapi ia tidak pernah menghiraukannya. Jason menduduki bangku kelas 8, ia mulai membuat sebuah band yang bernama “Joker Kings”, ia sering sekali tampil dengan bandnya di setiap acara yang di selanggarakan oleh sekolahnya, termasuk disetiap graduasi para seniornya, saat ia menduduki bangku kelas 9 inilah saatnya ia akan menghadapi Ujian Nasional sama seperti ketika ia masih kelas 6 SD. Sekarang ia harus menghadapi UN sekaligus memilih kemana ia akan melanjutkan pendidikannya di tingkat SMA nanti. Pulang sekolah ia selalu pergi ke tempat les, untuk les mata pelajaran yang akan di hadapinya nanti, pulang sekolah ayah dan ibu terkadang sering untuk memilih sekolah yang tepat untuk Jason karena keberadaannya yang sering di rumah membuat Jason jarang sekali bermain dan berlatih musik, ayah Jason sangat tidak mendukung Jason untuk bermain musik. Ayah “Bagaimana dengan SMAN 8 JAKARTA? Itu sekolah negeri terfavorit sejakarta” ibu “Hmm kalau swasta kamu bisa masuk binus international school, nak” terkadang seluruh omongan ibu dan ayah, Jason tidak pernah mendengarkan ia lebih memilih untuk bermain musik dan berkarya tetapi ayah Jason terkadang suka ngelarang Jason untuk bermain musik “Buat apa kamu main musik? Belajar aja buat UN agar nilai UNmu bagus bisa masuk SMA favorit di Jakarta masuk jurusan IPA” betapa sakit hatinya Jason mendengar kata ayahnya yang tidak bisa ia lawan, kakek dan nenek tentu tidak bisa berbuat banyak walaupun kadang kakek suka membelanya tetapi itu tidak membuat pikiran ayah berubah terhadap Jason. Menjelang UN adalah tahap dimana anak – anak mencari sekolah lanjutannya, Jason yang sedang melihat – lihat daftar sekolah, ia menemukan beberapa sekolah musik yang berada di Jakarta, secara diam – diam Jason mendaftarkan diri untuk mengikuti beberapa test masuk untuk bersekolah disana yang pertama ia mendaftarkan diri di Harmony Music School, yang kedua ia mendaftarkan diri di Erudio Art School, dan yang terakhir di Elfa Music School. Pembayaran untuk mengikuti test cukup mahal sekitar 150.000 hingga 450.000 rupiah. Tetapi, uang bukanlah masalah baginya setiap bulan dia bisa di transferkan uang oleh orang tuanya sekitar 2 juta rupiah untuk dipakai selama 1 bulan, lantas saja ia langsung membayar pendaftaran test masuk kepada beragam sekolah musik tersebut, beruntunglah bahwa test masuk sekolah musik tersebut berbeda – beda.

***

Jason tidak berani mengatakannya kepada orang tuanya akhirnya ia memutuskan untuk tidak memberi tahu orang tuanya. Seminggu kemudian ia mendatangi Harmony Music School sendirian untuk mengikuti test pada hari yang telah di tentukan oleh pihak sekolahnya. Juri “Ok, silahkan perkenalkan nama anda siapa?” Jason, “Jason Mahendra, pak” Juri “Ok, Jason nama saya bapak Abdul dan di samping saya adalah bapak Dika dan ibu Teressa” Ibu Teressa “Saya akan menjelaskan sedikit tentang penilaian kami, jadi anda akan di test melalui audisi dan pendengaran, audisi kami menilai dengan skor yang akan anda dapatkan dan juga test pendengaran akan di jelaskan lebih lanjut setelah anda melakukan test audisi, paham?” Jason “Paham, bu” bapak Dika “Kalau begitu, anda bisa memulainya sekarang” Jason langsung saja mengeluarkan instrumennya yaitu mandolin. Saat para juri melihat alat musik yang di keluarkan Jason, mereka semua terkejut. Jason langsung saja mulai memainkan 1 lagu yang berjudul “On top of the world – imagine dragons” menggunakan mandolinnya, tak hanya pandai dalam bermain tetapi Jason juga mempunyai suara emas, ia bermain dan bernyanyi hingga lyric lagu terakhir, para juri memberi tepuk tangan yang meriah! Bapak Abdul “Saya tersanjung! Anda pemain yang luar biasa suara dan anda sangat menakjubkan!” Bapak Dika “Luar biasa!” Ibu Teressa “Inilah calon musisi international” Jason tertawa kecil “Terima kasih pak, bu bagaimana dengan score saya?” setelah para juri berunding akhirnya mereka menjawab “YES!” Jason mengucapkan syukur pada Tuhan dan terima kasih kepada para juri, Jason juga lulus dalam test pendengaran ia mendapatkan nilai tertinggi dalam test audisi dan test pendengaran. Jason pulang dengan rasa bangga, namun ia merasa sedih karena tidak bisa menceritakannya kepasa siapapun yang berada di rumah. Jason pulang terlambat, saat ia pulang mengucapkan salam ayah langsung bertanya “Darimana saja kamu nak?” Jason yang dalam hati gugup akhirnya menjawab “Ah, tidak dari mana – mana yah, biasa dari rumah temen” ayah “oh yasudah, kamu mandi langsung tidur ya jangan main gitar atau alat musik apapun udah malam, berisik” Jason yang hatinya sangat terluka itu mendengar kata ayahnya melarangnya bermain musik akhirnya menjawab “Iya ayah, Jason tidur” Jason langsung bergegas naik ke atas kamarnya dan mengunci kamarnya. Di kamar Jason segera berganti pakaian dan membereskan barang – barangnya, ia mengeluarkan surat penerimaannya dari tasnya lalu menghelakan napas “Andai saja ayah dan ibu mengerti aku” ia mengumpatkan surat itu di tempat yang cukup aman dan segera tidur. Keesokan harinya ia melakukan rutinitas seperti biasa berhubung ia tidak ada les lantas ia pergi ke sekolah musik yang kedua Erudio Art School. Sesampainya ia disana, ia langsung mendaftar ulang untuk mengikuti beberapa test yang telah di tentukan oleh sekolahnya. Ia mendapatkan nomor urutan ke 18 setelah sekian lama menunggu namanya akhirnya terpanggil, ia langsung memasuki ruangan testnya ternyata testnya tidak berbeda jauh dengan test awal saat di Harmony Music School. Juri ada 3, penilaian yang serupa, audisi menggunakan sistem yang sama hanya berbeda tempat saja. Jason langsung memainkan saksofonnya dengan lagu yang telah ia medley sendiri, kali ini Jason berhasil membuat para juri tak lepas pandang darinya, ia berhasil membuat para juri terkejut. Saat ia selesai memainkan lagunya, ia mendengar beberapa kommen yang telah disampaikan oleh para juri ia mengucapkan syukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada para juri, ia juga berhasil meraih nilai tertinggi saat test pendengaran, kali ini ia berhasil lulus di kedua sekolah musik yang telah ia pilih, ia pulang terlambat lagi. Sesampainya ia di rumah sang ayah bertanya lagi “Darimana saja, Jason?” Jason terpaksa berbohong lagi kepada ayahnya “Abis dari rumah Dylan tadi yah, ketiduran pas selesai belajar bareng buat UN” ayah “oh yasudah, naik keatas mandi dan tidur ya” Jason bergegas naik ke atas dan mengunci pintu kamarnya. Setelah berganti pakaian ia langsung mengumpatkan surat penerimaannya dan segera tidur. Keesokan harinya seperti biasa ia menjalankan rutinitasnya sehari – harinya seperti biasa, sepulang ia sekolah ia bergegas ke Elfa Music School ia tidak mengikuti les karena ia ingin mendaftar ulang sekaligus mengikuti testnya pada hari itu. Sesampainya ia disana, ia langsung mendaftar ulang untuk mengikuti testmya kali ini ia mendapatkan nomor urut 36, sehingga ia harus menunggu agak lama, pada akhirnya namanya terpanggil juga ternyata kali ini testnya agak sedikit berbeda dengan kedua sekolah musik sebelumnya. Kali ini sistemnya yang sangat berbeda Jason harus mampu memainkan alat musik yang akan di tentukan oleh para juri, dan harus mampu memainkan lagu yang akan di pilih para juri, di putarkan lalu Jason harus langsung memainkannya. Memang agak susah bagi Jason, tetapi Jason tetap sanggup mengikutinya, para juri memainkan lagu yang telah di siapkan lagu pertama ternyata adalah lagu yang Jason kenali David Sunborn – Chicago Song, lantas ia langsung memainkan dengan saksofonnya ia bermain dengan lancar, yang kedua adalah lagi Aerosmith – I Don’t Wanna Miss A Thing, berhubung itu adalah lagu kesukaan Jason ia langsung memainkan ulang dengan gitar elektrik yang telah di sediakan ia bermain dengan hebat, yang terakhir adalah Mamma Mia – Abba, Jason mengetahui lagunya adalah lagu favorit neneknya, ia memainkan lagu itu dengan menakjubkan ia memainkan dengan akustik gitar dengan fingering yang sempurna! Setelah Jason memainkan nada terakhir pada lagu itu suasana hening, detak jantung Jason mulai berdetak cepat ia merasa bahwa ia telah tampil dengan baik tetapi mengapa para juri tidak memberinya tepuk tangan? Tanyanya dalam hati. Seketika bapak Christof salah satu juri memberi komentar pertama ‘’Jason kan? Saya tidak tahu harus berkata apa, anda bermain dengan sempurna!” Jason senyum lalu memberi syukur, bapak Hendra salah satu juri memberi komentarnya “Jason, anda mempunyai bakat yang luar biasa, anda mampu bermain dengan sempurna tanpa kehilangan satu nada, sempurna! Sejak umur berapa anda mulai bermain?” Jason “5 tahun pak” Jason di tatap oleh para juri terkejut sekaligus kagum Ibu Triska mulai mengeluarkan suara “5 tahun?! WOW! Anda adalah anak yang luar biasa Jason!” Jason “Terima Kasih pak bu, apakah saya di terima?” serentak para juri mengatakan “YES!” Jason mengucapkan syukur kepada Tuhan sekali lagi dan berterima kasih kepada para juri, bapak Christof “I’ll see you soon as my student, Jason!” Jason tersenyum dan melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan, ia mengambil surat penerimaannya dan segera pulang ke rumah. Selama perjalanan hatinya terasa senang sekaligus terasa resah karena mau gimanapun juga ayahnya tidak akan pernah merestui ia melanjutkan pendidikannya di sekolah musik. Sesampainya ia di rumah ayahnya langsung menghampirinya “Dari mana saja kamu? Masa kamu baru pulang les baru jam segini? Kemana saja?” Jason kebingungan, dan akhirnya ia harus berbohong lagi “Aku pulang les, langsung main ke rumah temen belajar bareng matematika dan IPA” berharap ayahnya percaya, akhirnya ayah percaya “Ok, kalau begitu kamu tidur jangan sampai sakit minggu depan kamu sudah UN, ayah sudah persiapkan guru perivat selama beberapa hari kedepan agar kamu mantap menghadapi UN dan bisa memasuki jurusan IPA disalah satu SMA Negeri favorit di Jakarta” Jason tidak bisa berkata lain, selain mengiyakan semua perkataan ayahnya, ia segera naik ke atas dan mengunci pintu kamarnya, setelah berganti pakaian, mengumpatkan surat penrimaannya, ia rebahan di atas kasur sambil berpikir “Seandainya, ayah dan ibu tahu siapa diriku sebenarnya, seandainya mereka mengetahui dan menerima mutiara yang terpendam dalam diriku” lalu ia tertidur.

***

Keesokan harinya ia menjalankan rutinitasnya seperti biasa, tidak ada lagi bermain musik baginya karena ia harus belahar menghadapi UN, selama seminggu menjelang UN, Jason bersungguh – sungguh belajar, Jason memang anak yang pintar cepat dalam menangkap semua mata pelajaran nilainya selalu stabil di atas rata – rata, jadi akan tidak susah untuknya menjalani UN. Seminggu telah berlalu, kini saatnya Jason menghadapi UN selama UN ia mengerjakannya dengan baik ia tidak pernah lupa untuk berdo’a kepada Tuhan dan meminta do’a dan restu kepada seluruh keluarganya, saat hari terakhir ujian, Jason yang sesang berada di sekolah menjalani hari terakhir UN, ayahnya yang sedang dirumah menemukan 3 surat penerimaan sekolah musik, ayahnya sungguh terkejut dan kecewa kepada Jason. Sepulang Jason ke rumah setelah selesai menjalani hari terakhir UN, ayah sudah siap duduk di sofa menunggu Jason “Jason! Kemari!” perasaan Jason sudah tidak enak melihat seluruh anggota keluarganya yang berada di ruang tengah Jason “Ada apa?” ayah “Jelaskan! Apa maksud ini Jason!” sambil melempar surat penerimaan dari 3 sekolah musik yang telah Jason ikuti Jason “Itu…surat…” ayah “Surat apa?!” Jason “penerimaan sekolah musik” ayah Jason marah sekali terhadap Jason “KAMU TEGA MEMBOHONGI ORANG TUA KAMU?! KAMU PERGI KELIARAN DI SEKOLAH YANG TIDAK JELAS BEGINI?! HAH!” Jason terdiam, ayah menghampiri Jason “JAWAB!” Jason “Sekolah itu jelas yah! Itu yang Jason inginkan!” ayah menampar muka Jason, ibu langsung berdiri menahan ayahnya yang ingin menamparnya sekali lagi, Jason yang tersakiti terkena tamparan oleh ayahnya langsung berteriak “AYAH! IBU! DIMANA HAH? SELAGI JASON KECIL SELALU DI TINGGAL!” ayah “KURANG AJAR KAMU YA!” Jason “KEMANA YAH KEMANA? AYAH AJA TIDAK TAHU KAN KAPAN JASON BISA BERJALAN! HAH?!” “AYAH TIDAK TAHU JASON SELAMA INI SEPERTI APA, AYAH IBU TIDAK PERNAH ADA SELAMA INI JASON LULUS SD AJA TIDAK ADA KAN?” “SEKARANG AYAH SEENAKNYA MEMINTA DAN MENGATUR HIDUP JASON!” “JASON BENCI AYAH! JASON BENCI IBU! JASON TIDAK BUTUH AYAH DAN IBU DATANG KELULUSAN JASON NANTI!” Jason langsung bergegas naik ke atas, berlari menaiki setiap anak tangga, mengunci kamarnya rapat – rapat dan tidak ingin di ganggu. Nenek dan kakek segera menghampiri cucu kesayangannya itu “Jason… sayang... ini nenek ini kakek sayang, keluar dong” Jason “TIDAK MAU!” Jason tidak ingin keluar dari kamar seharian, dia memilih untuk tidak makan sama sekali dari pada harus melihat muka ayahnya, ia memilih untuk tidak berbicara dengan ayahnya, ia lebih memilih untuk bermain bersama bandnya di luar daripada di rumah. Ayah yang merasa bersalah bercerita kepada kakek apa yang ia rasakan selama berantem dengan Jason “Saya merasa bersalah memarahinya seperti itu, tapi dia benar saya memang tidak pernah ada untuknya” kakek “Jason mempunyai bakat yang luar biasa, yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya, ia bisa bermain piano sebelum ia bisa berjalan” sang ayah terkejut mendengar semua cerita kakek, ia memarahinya tanpa alasan yang jelas, ia kehilangan dan ketinggalan semua cerita kisah Jason saat ia bertumbuh besar, ia menyesali. Ayah menangis. Kakek “masih ada waktu untuk memperbaiki, terkadang orang tua memang ingin yang terbaik untuk anaknya, tetapi hal yang terpenting orang tua harus mendukung kebahagiaan sang anak, karena dia yang akan menjalani hidupnya, bukan kamu” kakek tersenyum, ayahpun tersadar dan menyesali semua perkataan amarahnya. Ayah berterima kasih atas semua saran kakek, namun Jason yang selalu ingin di ajak bicara oleh ayahnya selalu lebih memilih untuk mengunci diri dalam kamar, lebih memilih makan di luar daripada harus makan bersama keluarganya. Waktu tidak terasa sekarang Jason menjalani graduasi kelulusannya dari tingkat SMP, ia datang sendiri bersama Dylan, sahabatnya. Ia mengambil diploma kelulusannya tanpa orang tua yang mendampinginya terasa sakit di hatinya tetapi ia lebih sakit saat mengingat semua memori saat ayahnya menamparnya, segera ia melupakan semua hal itu. Sebelum mengakhiri acaranya Jason menampilkan sebuah lagu menggunakan gitarnya sambil bernyanyi dengan suara emasnya berjudul “The Climb – Miley Cyrus” lagu yang sungguh mengharukan, petikan gitar yang luar biasa serta suara yang menakjubkan, tanpa Jason sadari ayah, ibu, kakek, dan nenek berada di situ menyaksikan Jason tampil, ayah yang meneteskan air matanya mendengar Jason tampil membuka hatinya untuk mutiara terpendam yang berada dalam diri Jason, ia sekarang mengetahui seberapa cintanya Jason terhadap musik.

***

Jason memetik nada terakhirnya, semua berdiri memberikan tepuk tangan yang meriah termasuk keluarganya yang tanpa disadari telah menontonnya sejak awal ia bermain, Jason menatap ayahnya dengan penuh kerinduan, ia turun panggung menghampiri keluarganya, Jason “Maafin Jason yah, sekarang kalau memang ayah tetap mau Jason masuk jurusan IPA, Jason akan lakukan” ayah mengelengkan kepala dan berlutut “Jason, ayah sekarang sadar melihat mutiara yang terpendam dalam dirimu” Jason menatap ayahnya dengan senang sehingga meneteskan air mata bahagia “Jadi gimana yah?” ayah “pilihlah sekolah yang kamu mau nak, dan berbahagialah” Jason memeluk ayahnya, dan ayah membalas peluk putra kesayangannya itu dengan berbisik “ayah tidak akan meninggalkanmu lagi, nak” “ayah sayang padamu, Jason” Jason tersenyum dan berbisik “Jason juga sayang ayah” Jason juga memeluk ibu dan paling oa peluk erat adalah nenek dan kakeknya yang telah mengurusnya dari kecil hingga sekarang, yang telah melatih bakat mutiaranya dari Tuhan, hingga bisa menjadi musisi yang handal. Sebelum mereka pulang, Jason di datangi oleh salah satu orang tua murid, dan ternyata orang tua murid itu pemilik dari salah satu sekolah seni terbaik yang ada di dunia, terletak di United States of America dan ia mengundang Jason untuk bersekolah disana beasiswa untuk bersekolah hingga kuliah serta biaya hidup disana, betapa terkejutnya Jason dan juga keluarganya, sebelum Jason mengatakan “Iya” ia meminta izin kepada keluarganya dan serentak keluarganya mengatakan “YES! GO! GO! ITS YOUR CHANCE!” Jason langsung tersenyum lebar dan mengatakan ‘IYA!” orang tua murid itu tersenyum lebar mendengar jawaban Jason dan mengatakan “See you there!” seluruh keluarga, guru, teman – teman, dan sahabat – sahabat Jason turut bahagia serta bangga kepada Jason, disitu Jason tersenyum lebar dan ia belajar bahwa “Kejarlah mimpimu walaupun akan banyak faktor yang menghalangimu, tetapi ingatlah tidak akan ada satupun yang dapat mengahalangimu untuk mengejar kebahagiaanmu!”

TAMAT

SASCHA PUTRI GUMILAR

X – SOC RG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun