Merebaknya pandemi Covid-19 menyebabkan kelumpuhan pada sektor pariwisata di Tanah Air. Kelumpuhan sektor pariwisata ini berakibat pada menurunnya kesejahteraan warga di Indonesia, tidak terkecuali warga Desa Galengdowo. Pasalnya warga Desa Galengdowo dominan memiliki mata pencaharian di sektor pariwisata, menurunnya angka wisatawan beriringan dengan menurunnya angka pemasukan warga.
Lumpuhnya sektor wisata menjadi permasalahan yang secepatnya perlu ditangani. Maka dari itu, Kemenristekdikti meluncurkan program Kuliah Kerja Nyata Tematik Merdeka Belajar Kampus Merdeka (KKN-T MBKM) dengan empat skema yang diantaranya adalah skema desa wisata untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata Indonesia yang sempat mengalami kelumpuhan akibat pandemi. Program KKN-T MBKM ini dilaksanakan selama enam bulan dengan tiga bulan implementasi dilapangan untuk memaksimalkan luaran yang dihasilkan. Melalui program ini diharapkan mahasiswa mampu memetakan permasalahan-permasalahan yang dialami desa, serta dapat mengembangkan perencanaan yang berkelanjutan untuk meningkatkan potensi wisata desa.
Pada tanggal 2 Maret 2022, perwakilan mahasiswa anggota KKN-T MBKM 91 skema desa wisata dengan DPL Ibu Kusuma Wardhani Mas’udah.S.Si., M.Si., melaksanakan survei perdana di Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Survei ini bertujuan untuk mememetakan permasalahan-permasalahan dari objek wisata yang ada di Desa Galengdowo. Pada survei pertama, perwakilan mahasiswa anggota KKN-T MBKM 91 mengunjungi kantor kepala desa untuk menemui Pak Wartomo, S.sos., selaku kepala desa. “Banyak objek wisata di Desa Galengdowo seperti perah sapi, bumi perkemahan, dan wisata petik salak. Selain wisata edukasi ada juga wisata alam seperti Air Terjun Tretes” terang beliau. Selepas mengenalkan mengenai onjek wisata yang ada di di Desa Galengdowo, perwakilan mahasiswa diajak untuk melihat lagsung lokasi wisata yang akan dikerjakan, didampingi oleh salah satu guide resmi wisata Galengdowo, Pak Endon.
Pak Endon menerangkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan pada objek wisata di Desa Galengdowo terutama yang terletak di Dusun Pengajaran yang perlu dibenahi. Diantaranya sulitnya melakukan pengolahan limbah dari objek wisata perah sapi, kemudian dikarenakan pandemi ini perawatan terhadap objek wisata juga dilakukan secara kurang maksimal. Beliau juga menambahkan “Branding terhadap produk hasil olahan susu sapi juga masih belum dapat menarik minat konsumen. Diharapkan nantinya mahasiswa dapat berinovasi untuk meningkatkan pengembangan serta pemasaran dari produk olahan susu”.
Kelompok KKN-T MBKM 91, kedepannya berencana untuk melaksanakan survei ke-dua untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai program kerja yang dapat ditawarkan kepada masyarakat Desa Galengdowo. “Setelah melaksanakan survei kami meliki gambaran untuk melakukan re-branding Desa Galengdowo agar semakin dikenal. Re-branding ini tidak hanya dilakukan pada sektor pariwisata, namun juga akan diterapkan pada produk hasil pengolahan di Desa Galengdowo” Ujar salah satu anggota KKN-T MBKM 91, Salmadina.
Dengan dilaksanakannya KKN-T MBKM diharapkan mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari selama lima semester masa perkuliahan sesuai bidang studi masing-masing untuk turut serta membangun kembali kembali sektor pariwisata di Indonesia dengan terjun langsung kelokasi, yaitu Desa Galengdowo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H