Mohon tunggu...
I Made Mahendra Budhiastra
I Made Mahendra Budhiastra Mohon Tunggu... -

Pemuda yang gila akan dunia wisata, hiburan dan trend terkini. Ingin memiliki usaha sendiri dan bisa hidup berkecukupan dengan jalan yang direstui tuhan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Dewan Sekelas British Council Indonesia Tidak Professional

18 Mei 2015   19:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear pembaca. Kali ini saya mau sharing pengalaman yang cukup tidak mengenakkan ketika mengambil test IELTS melalui British Council Indonesia.

Ceritanya begini. Saya kan mau lanjut S2 dan baru sadar kalo IELTS saya udah expired. Sebelumnya, saya sudah pernah mengambil IELTS selama 2 kali, pertama sekitar 5 tahun yg lalu di IALF Kuningan, Jakarta dan 2 tahun yang lalu di British Council Switzerland. Ketika itu tidak ada masalah sama sekali dari segi teknis dan prosedur, semuanya berjalan sesuai rencana.

Sebenernya sih saya tidak perlu ambil IELTS karena sebelumnya saya kuliah menggunakan Bahasa inggris secara full time waktu S1 di Swiss dulu. Tapi hal itu baru saya ketahui ketika beberapa sekolah memberitahu kalo saya exempt untuk English proficiency test waktu saya udah bayar test IELTS yang cukup mahal itu. Sedih sih, cuma mungkin memang nasib.

Di Indonesia sendiri, saya mendaftar IELTS melalui british council Indonesia. Alasan saya mengambil test di BCI adalah IELTS sendiri kan lisensinya dipegang oleh mereka (British Council), dan saya pikir pasti semuanya akan lebih mudah kalau langsung mendaftar di “cabang” utama. Akhirnya saya pun mendaftar online di website mereka, lalu datang ke Uni Sadhu Guna testing center yang ada di kuningan untuk melakukan pembayaran. Waktu mendaftar, saya diberitahu kalau testnya akan diadakan di Hotel Cemara yang letaknya di Gondangdia. Venuenya menurut saya cukup pas, karena bisa dijangkau oleh transportasi umum yang cukup bisa diandalkan di Jakarta yaitu KRL atau Transjakarta.

Hingga akhirnya tiga hari sebelum tes, saya mendapatkan konfirmasi dari BCI bahwa test venuenya berada di Diradja Hotel, Tendean. Agak kaget sih, karena kan ke daerah sana engga ada kereta atau transjakarta sama sekali. Dan lebih bikin pusingnya, untuk test speaking belum diberitahu kita dapat giliran hari sabtu atau Minggu. Agak bikin was-was karena hari minggunya saya harus pergi ke kedutaan belaanda untuk mengikuti test CNaVT (IELTSnya Belgia untuk Bahasa Belanda). Waktu itu hanya berharap-harap cemas semoga saya bisa dapat giliran untuk test speaking hari sabtu.

Karena tidak mau ambil resiko telat, saya pun berangkat dari Bekasi cukup pagi. Beruntung ada yang mau antar saya kesana, karena kalau tidak saya harus merogoh kocek menggunakan taksi yang harganya akan mahal sekali. Begitu saya sampai, tidak ada satupun tempat yang nyaman untuk menunggu. Kursi di lobby hotel sangat sedikit dan kita tidak diperbolehkan ada di sekitaran test venue yang diadakan di lantai 2 hotel diradja.

Ujian pun dilaksanakan sekitar pukul 09.00 pagi. Alat tulis disediakan oleh pihak panitia, dan kita tidak diperbolehkan untuk membawa barang selain kartu identitas ke dalam ruangan ujian. Tidak ada masalah sama sekali waktu ujian listening hingga akhirnya lembar ujian reading dibagikan. Terjadi problem, dimana sepertinya ada soal ujian yang kurang dan kita peserta ujian seperti terlantar sekitar satu jam. Bayangkan saja didalam suasana ujian, dimana konsentrasi harus berjuang melawan rasa ngantuk dan rasa kebelet kencing yang selalu datang tiba-tiba. Dan dalam kurun satu jam terlantar itu, tidak ada yang diperbolehkan untuk pergi ke toilet sama sekali. Saya pun yang konsentrasi sudah sedikit terpecah memutuskan untuk minum sedikit saja karena saya takut akan kebelet dan membuyarkan konsentrasi saya. Padahal saya butuh minum cukup banyak karena waktu itu saya sedang dehidrasi.

Karena ujian reading terkendala oleh masalah, akhirnya ujian dimulai dengan ujian reading terlebih dahulu. Karena struktur meja yang dilapisin oleh table guardian, saya pun sama sekali tidak nyaman buat menulis. Karena waktu yang terbatas, saya putuskan untuk tetap menulis walaupun saya merasa engga nyaman.

Dikarenakan kita terlantar selama satu jam, saya pun tidak memiliki cukup waktu untuk makan siang selepas ujian tertulis sebelum menuju ke ujian speaking. Beruntung saya sempat bawa minum satu liter didalam tas, setidaknya ada sedikit ganjelan untuk bikin konsentrasi saya balik lagi. Kondisi ujian speaking juga sangat dipaksakan, yaitu menggunakan beberapa kamar hotel yang disulap menjadi ruangan ujian. Memang agak weird sih, cuma ya institusi sebesar British Council, please deh..

Karena saya kurang sreg dengan ujian IELTS kali ini, saya pun menulis surat komplain ke pihak exam british council. Saya pun meminta mereka bertanggung jawab kalau misalnya saya dapet nilai lebih rendah dari ekspetasi saya (6.0, itu hasil IELTS saya 2 tahun yg lalu ketika saya masih kuliah), saya mau minta reimbursement atau langsung intake test berikutnya tanpa biaya tambahan. Memang mungkin agak lebay, tapi setidaknya ini pengalaman saya test IELTS yang paling tidak mengenakkan. Ketika 2 tahun lalu saya ambil test IELTS di Swiss, pihal british council setempat melaksanakan test di venue yang lokasinya sangat dekat dengan halte bus dan tram terdekat, dan mereka juga menggunakan venue yang memang cocok untuk dijadikan tempat ujian tertulis massal. Begitu juga 5 tahun yang lalu waktu saya ambil IELTS di IALF Jakarta, waktu lokasi ujiannya masih di menara mulia yg sekarang sepertinya udah berubah fungsi jadi kantor imigrasi. Saya juga menulis kalau biaya ujian yang saya bayarkan tidak sesuai dengan fasilitas dan prasarana ujian yang didapatkan. Bahkan dibandingkan dengan ujian kompetensi bahasa di beberapa dewan negara asing seperti Goethe Institut, Institut Francais dan Erasmus Taalcentrum, IELTS ini paling mahal dan pelayanannya tidak sebaik dewan-dewan negara asing tersebut. Mungkin karena bahasa inggris dipakai di seluruh universitas top dunia, jadinya mereka mikir ngapain harus kasih servis yang bagus. Toh lo yang butuh gue kan? (Personal opinion aja loh ya)

Ternyata respon dari pihak British Council hanya seperti ini

Dear I Made Mahendra Budhiastra,

Thank you for taking your IELTS test with us.

First we would like to apologize on your unsatisfied feeling, but please find my responses below on your inquiries.

è About test venue, we never informed candidate about 9 May 2015 test venue will be at Grand Cemara Hotel, It is advertised it will be at Diradja Hotel Jakarta. So, “a sudden” word about changing our venue is not acceptable. If it is so you have been informed about Grand Cemara Hotel, please informed me from where you got the information,  but then you need to clarify it by yourself about the changing to them.

è You are saying about 3 days before the test day, you received an information from us, I am sure it is a confirmation letter from our email address exams@britishcouncil.or.id .It is 3 days before the test day we sent all of the candidate a confirmation letter as every session is. We do not sent a confirmation letter earlier than that.

è During the reading test, there was an unpleasant time where we required more times in facing the situation, but we have followed the procedures in handling the situation happens.

è Our rate is based against GBP rate, where we need to calculate it into IDR / Indonesian Rupiah.

We also remind to all candidates at the end of the test session, for those who wants to complain about the test session day, you must report your complaints on that day.

Agak naik darah sih waktu nerima pesen ini. Ya emang sih kalo di term and conditionnya komplain harus dilakukan langsung ketika ujian selesai. Cuma ya habis ujian sayanya udah laper, capek, ngantuk, belom lagi harus persiapan untuk ujian bahasa lainnya lagi keesokan harinya. Dan juga biaya tes yg segitu mahalnya ternyata tidak menjamin untuk dapet fasilitas yg sesuai harga. Bahkan test DELF yang harganya sekitar 400 ribuan itu aja menurut saya sistemnya masih lebih baik. Dan waktu itu juga pernah komplain ke Institut Francais mengenai prasarana yg tidak sesuai harga, dan ternyata responnya jauh lebih baik daripada yang diberikan oleh british council.

Saya kasih tips aja deh untuk pembaca yang akan mau ambil test kompetensi bahasa IELTS, terutama kalo mau ambil dari British Council Indonesia

1.Kalo ada hal yang tidak mengenakkan, langsung aja komplain di tempat. Hak kita sebagai pembayar ujian yang luar biasa mahal itu harus seimbang dengan biaya yang dibayarkan

2.Saya sarankan waktu daftar tanyain aja venuenya dimana. Masa sebagai penyedia test, venuenya aja harus to be confirmed dan baru akan diberitahu 3 hari sebelumnya. Jakarta bukan kaya London men, yang kemana-mana bisa gampang pake underground atau bus double decker.

3.Kalau mau test IELTS, mending ambil di pihak kedua seperti IDP atau IALF yang punya venue pasti untuk test mereka. Jadi kitanya gausah ambil pusing untuk masalah ginian.

4.Usahakan untuk bener2 stay fit banget kalo tes.

Mudah-mudahan pihak British Council Indonesia membaca tulisan ini juga. Seperti yang sudah saya utarakan ke mereka, saya akan menulis hal ini di media massa juga agar orang lain jangan sampai terkena kejadian seperti saya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun