Sejak Indonesia merdeka di pembukaan UUD 1945 disebutkan tujuan berdirinya negara ialah untuk mencerdaskan bangsa. Bahkan ada Undang-Undang yang mengatur hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Namun semua orang tahu bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara di benua Asia. Akibat dari kualitas pendidikan yang masih kurang maka daya saing tenaga kerja di Indonesia pun masih tertinggal.
Padahal MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean sudah diberlakukan dan tenaga kerja dituntut bisa bersaing dengan tenaga kerja asing yang gelar pendidikannya lebih tinggi ditambah kemampuan bahasa asing. Bagi saya yang sudah memiliki gelar sarjana S1 ingin melanjutkan kuliah ke jenjang S2 bahkan S3 agar bisa sejajar dengan orang asing yang bekerja di Indonesia. Namun untuk kembali melanjutkan kuliah selain harus memiliki tekad yang kuat juga harus meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk mendapatkan ilmu di kampus.
Hal yang sama juga dirasakan oleh karyawan lainnya yang ingin meneruskan kuliah namun tidak ingin mengganggu pekerjaan di kantor. Berbagai masalah pendidikan yang ada masih terjadi di Indonesia mulai dari kurangnya kapasitas pendidikan tinggi yang berkualitas, kurangnya jumlah dosen di beberapa daerah dan masih terpusat di Pulau Jawa, dan masih minimnya tenaga kerja dengan ketrampilan yang memadai. Jika masalah ini tidak diselesaikan maka diperkirakan tahun 2030 Indonesia akan kekurangan tenaga kerja dengan ketrampilan sekitar sembilan juta orang.
Tentu kondisi seperti ini harus segera ditindaklanjuti karena saat ini persaingan tenaga kerja sudah di tingkat global. Salah satu solusi yang bisa membantu tenaga kerja di Indonesia meningkatkan ketrampilannya ialah melalui pendidikan jarak jauh. Dengan pendidikan jarak jauh masalah jarak, ekonomi dan waktu bisa diatasi dengan adanya teknologi internet. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan pun membuat Permendikbud 109/2013 agar memberikan kesempatan masyarakat bisa mendapatkan akses pendidikan tinggi melalui pendidikan jarak jauh.
Sebelum mengadakan e-learning HarukaEdu melakukan survey onternal di tahun 2013 dengan responden orang dewasa sebanyak 1256. Hasilnya 54 % ingin melanjutkan pendidikan sambil bekerja secara penuh dengan memilih program online. Program yang diminati antara lain Manajemen, Akutansi, Komunikasi dan Sistem Informasi. Kebanyakan memilih program online karena alasan kemacetan yang membuat orang enggan kuliah dan lokasi kampus yang sulit dijangkau.
Pemerintah juga telah mendukung penyelenggaraan e-learning dengan mendukung universitas dengan akreditasi A dan B untuk menawarkan program belajar online dan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk menyediakan infrastruktur dan operasional. Bahkan di Maret 2016 pemerintah telah mengeluarkan panduan untuk universitas dalam mengadakan pendidikan jarak jauh.
HarukaEdu dalam menyediakan e-learning telah memiliki tiga partner universitas yaitu Universitas Wiraswasta Indonesia dengan akreditasi B menawarkan S1 Manajemen, Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia dengan akreditasi B menawarkan S1 Akutansi, dan London School of Public Relations menawarkan Magister Ilmu Komunikasi. Walaupun belajar jarak jauh di salah satu ketiga kampus tersebut, mahasiswa tetap datang ke kampus untuk ujian semester . Tugas kuliah tetap ada dan interaksi dengan dosen pun ada walaupun hanya via online. Kuliah online bukan berarti kita bisa bermalas-malasan namun tetap memiliki tanggung jawab dalam mengerjakan tugas.
Kemudahan yang ditawarkan jika kita memilih kuliah online selain waktu yang fleksibel juga biaya yang terjangkau mulai dari Rp 550 rb per bulan. Selain menyediakan kuliah online, HarukaEdu juga mengadakan kursus online gratis dengan tema “Technopreneurship” dengan pembicara praktisi yang sudah profesional. Target di masa yang akan datang HarukaEdu ingin bisa menyediakan jasa pendidikan yang berkelanjutan dan memudahkan banyak orang.