Mohon tunggu...
Nur Annisa Hamid
Nur Annisa Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - blogger dan content creator

seorang wanita yang hobi travelling, menulis dan menyukai anak-anak selalu berfikir positif dan bersyukur dalam segala hal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lima Kehebatan Pangeran Diponegoro yang Patut Kita Apresiasi

13 Oktober 2019   14:16 Diperbarui: 14 Oktober 2019   20:14 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir tahun 2018 lalu pemerintah Republik Indonesia meresmikan tol trans Jawa yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya sepanjang 1000 km. Pembangunan jalan tersebut memudahkan banyak orang termasuk saya saat mudik ke Semarang menjadi lebih cepat sampai sekitar 5 atau 6 jam.

Jalan antar kota bahkan provinsi menjadi infrastruktur penting bahkan kini gencar dilakukan agar pembangunan bisa merata dan membantu masyarakat bepergian ke tempat yang berbeda. Selain memfokuskan pada pembangunan tol trans Jawa di jalur utara kini jalur selatan sudah mulai dikembangkan yang akan menjadi jalur penting di Pulau Jawa

Jauh sebelum pembangunan infrastruktur saat ini, para tokoh sudah mengetahui pentingnya jalur selatan dan menggunakannya sebagai daerah pertahanan serta jalur upeti kerajaan besar di Nusantara. Salah satunya ialah Pangeran Diponegoro yang mengadakan perlawanan selama lima tahun terhadap Belanda.

Pangeran Diponegoro selain memiliki strategi yang cerdas dalam perang juga memiliki kelebihan lain yang patut kita apresiasi antara lain :

1. penunggang kuda yang hebat memiliki istal besar, suka berkebun menanam sayur, buah, pepohonan dan aktif merencanakan serta mengembangkan tanah di Tegalrejo.

2. bertubuh kecil namun mampu mengecoh 500 pasukan Belanda saat perang Dipenogoro dalam waktu tiga bulan.

3. menolak menjadi pewaris tahta walaupun anak dari Sultan Hamengkubuwono V pada zaman Inggris tahun 1811-1816 dan Pemerintah Belanda tahun 19 Agustus 1816.

4. berani melawan Belanda karena menindas rakyat kecil dengan pajak yang sangat merugikan yang mendapatkan dukungan bangsawan, rakyat dan ulama sehingga disegani oleh lawan.

5. menggunakan jalur selatan dari Bantul, Purworejo, Kebumen dan Cilacap sepanjang 130 km selama berperang yang dahulu merupakan jalur upeti dari kerajaan Kediri, Majapahit, Pajang, Mataram, Cirebon dan Demak.

Perang Diponegoro terjadi selama lima tahun membuat Belanda mengalami kerugian besar antara lain tewasnya 8000 tentara dan biaya 25 juta gulden. Perang ini pula membuat Belanda menganggap perang melawan orang Jawa padahal hanya sebagian kecil masyarakat yang menjadi pengikut.

Kemarahan Belanda melihat perlawanan Diponegoro membuat jalur selatan Jawa dinamakan jalan Daendels karena jalur ini melewati Ambal daerah yang dipimpin Augustus Dirk Daendels seorang asisten Resident yang datang tahun 1838.

Padahal Ambal hanya salah satu bagian kecil dari  Bagelen yang memiliki peran penting pada jalur Diponegoro apalagi Daendels hanya menjabat sebagai asisten Resident bukan pelopor jalur tersebut.

Pemilihan jalur selatan oleh Pangeran Diponegoro bukanlah tanpa alasan terutama di Bagelen yang dialiri empat sungai besar yaitu sungai Lebang, sungai Bedono, sungai Bogowonto dan menjadi pintu gerbang barat sebelum masuk keraton. Kelak Bagelen dibagi menjadi empat wilayah yaitu Kebumen, Ambal, Ledok dan Kutoarjo.

Strategi Diponegoro terbukti tepat ratusan tahun kemudian jalur tersebut menjadi ramai dilewati banyak orang bahkan menjadi jalan pilihan saat menjelang hari Raya Idul Fitri. Fakta sejarah inilah yang perlu diapresiasi oleh banyak pihak salah satunya dengan penamaan jalan yang tepat agar masyarakat paham pentingnya peran pahlawan dan memaknai sejarah dengan tepat.

Sudah saatnya pemerintah, masyarakat dan semua pihak mengembalikan jalur tersebut menjadi kawasan Diponegoro atau jalan dengan pahlawan yang membantu pangeran Diponegoro berjuang untuk rakyat. Ada pahlawan lain yang bisa diapresiasi untuk penamaan jalan misalnya Sentot Alibasyah Prawirodigdoyo bupati Gagatan yang menjadi panglima utama dalam peperangan, Kyai Mojo pemimpin spiritual yang membantu Pangeran Diponegoro, Kyai Imam Rafi'i dari Bagelen, Kyai Imam Nawawi dari Purwokerto dan Kyai Hasan Basori dari Banyumas.

Nah betapa hebatnya seorang putera raja yang sudah diramalkan akan membuat sejarah besar yang menjadi awal perjuangan bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan yaitu Pangeran Diponegoro. Keberanian beliau melawan penindasan dan pemilihan jalur selatan yang tepat menjadi lebih baik jika dikembalikan menjadi nama pahlawan atau nama yang sesuai dengan budaya setempat agar sejarah menjadi lebih tepat bukan sekedar takluk oleh tekanan pihak asing. 

Karena kita semua bisa merasakan nikmatnya kemerdekaan atas perjuangan pahlawan apalagi jalur selatan kini mulai ramai digunakan semenjak ada bandara baru Kulonprogo. Setuju kan kalau jalur selatan Jawa menjadi jalur pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan? Harusnya setuju yuk kita perjuangkan bersama penamaan jalur selatan Daendels menjadi nama pahlawan Indonesia !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun