Setahun yang lalu bulan Agustus merupakan bulan yang berkesan bagi saya karena bisa menyaksikan acara olahraga internasional tingkat Asia yaitu Asian Games. Mulai dari pembukaan sampai beberapa pertandingan saya tonton langsung di tempat atau melalui televisi.Â
Saat itu jiwa nasionalisme masyarakat seakan tumbuh karena mendukung atlet dengan berbagai cara agar bisa meraih medali demi bangsa dan negara. Sejumlah masalah yang sebelumnya dikhawatirkan akan menghalangi Asian Games terbukti bisa diatasi dengan baik.Â
Hasilnya Indonesia meraih peringkat keempat jauh di atas target presiden yaitu sepuluh besar. Prestasi atlet dan dukungan semua pihak membuat event Asian Games berhasil diadakan dengan baik serta Indonesia mendapat pujian dari beberapa negara asing.Â
Tahun ini di bulan Agustus saya memiliki pengalaman berkesan dengan cara yang berbeda. Sama-sama merayakan proklamasi kemerdekaan bersama komunitas penyuka film dan blogger yang aktif di Kompasiana yaitu KOMIK. Awalnya peserta diminta menulis tentang film nasional misalnya film berkesan atau masukan untuk sineas Indonesia.Â
Semua peserta yang menulis dipilih KOMIK yang akan mengikuti acara Nobar Maraton tanggal 18 Agustus 2019. Acara dimulai di Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jl. Imam Bonjol No.1 Jakarta. Saya sering melewati museum ini namun belum pernah masuk dan ingin bisa masuk ke dalam bangunan bersejarah ini.Â
Isi teks proklamasi memang singkat namun butuh kerja keras untuk membuatnya apalagi harus berusaha agar tidak ketahuan oleh Jepang yang saat itu sudah terdesak Sekutu pada perang dunia kedua. Berkat kekompakan PPKI dan tekad yang kuat di saat Jepang kalah oleh Sekutu, Indonesia berhasil membaca proklamasi kemerdekaan yang disambut gegap gempita masyarakat.
Perjuangan tidak berakhir begitu saja karena harus menyiarkan proklamasi sampai pelosok menggunakan radio yang masih terbatas, pamflet dan surat kabar daerah agar semua masyarakat tahu kalau Indonesia sudah bebas dari penjajahan Jepang.Â
Hampir semua foto bisa dipindai oleh Siji dan pihak museum berencana menjadikan semua foto bisa menjadi video agar sejarah lebih menarik bagi anak muda. Sekitar satu setengah jam saya dan teman-teman berkeliling sambil belajar sejarah dengan menyenangkan. Bangga dan puas bisa kembali belajar sejarah teks proklamasi apalagi sekarang sudah menggunakan teknologi canggih sehingga lebih interaktif dipelajari.Â
Hardo lalu bersembunyi di gua hanya memakan jagung agar tidak tergantung Jepang. Keyakinannya akan Indonesia bisa merdeka awalnya diragukan teman-temannya namun kabar Jepang kalah sudah tersebar di beberapa pihak. Jepang lalu terdesak dan mengakui kemerdekaan Indonesia.Â
Film selanjutnya ialah Bumi Manusia yang disutradari Hanung Bramantyo diperankan Iqbal sebagai Minke, Mawar sebagai Annelis, Ine Febriyanti sebagai Nyai Ontosoroh. Film dengan durasi tiga jam membuat penonton seolah kembali ke zaman penjajahan Belanda di Surabaya, Wonokromo dan Bojonegoro.Â
Ontosoroh berbeda dengan kesan Nyai selama ini karena ia bisa berbicara lancar tiga bahasa, mengelola bisnis, bahkan berdiri tegak seperti wanita Eropa. Hal ini mendorong Minke menulis artikel agar masyarakat tidak meremehkan Nyai.Â
Kisah percintaan dua manusia berlatar perbudakan dan diskriminasi menjadi menarik karena belum pernah diangkat di perfilman nasional. Menonton Bumi Manusia membuat saya belajar sejarah jurnalistik sebelum kemerdekaan. Minke yang cerdas dan kritis berhasil meyakinkan masyarakat akan pengakuan akan derajat yang sama melalui tulisan.Â
Harus diakui Bumi Manusia lebih unggul dilihat persiapan yang detail, akting pemain yang saling mendukung, latar tempat yang menarik secara visual dan dialog yang penuh makna. Durasi lama tiga jam tidak membuat bosan karena cerita yang dinamis dan emosi yang disajikan dari marah, senang, lucu dan sedih.Â
Saya senang dan bangga menjadi bagian ulang tahun kelima KOMIK yang berkesan karena bisa memasuki museum yang sudah dulu inginkan, menikmati makan siang pertama kalinya di Gado-gado Bon Bin, menonton dua film yang diangkat dari novel Pramoedya dan menonton di hari terakhir bioskop TIM XXI.
Semoga bisa berkesempatan mengikuti kegiatan KOMIK lainnya dan bisa ikut berkontribusi dalam kemajuan perfilman nasional walaupun melalui tulisan. Selamat untuk KOMIK semoga bisa terus aktif menonton film dan menulis dengan obyektif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H