Mohon tunggu...
Kristantina Safitri
Kristantina Safitri Mohon Tunggu... Sales - Yakinlah rencanaNya lebih indah dari rencanamu.

Jawa Tengah, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karakteristik Peserta Didik di Sekolah Dasar

3 Desember 2020   14:46 Diperbarui: 3 Desember 2020   14:53 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran di sekolah dasar, pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengontrol peserta didik yang diampu. Dalam hal ini, erat kaitannya dengan karakteristik peserta didik, yang mana setiap peserta didik memiliki karakteristik yang tidak sama dengan penanganan yang tidak sama pula. Penting halnya bagi pendidik untuk bisa mengerti karakteristik atau ciri-ciri atau sifat peserta didik agar pembelajaran menjadi efektif dan tepat sasaran.

Peserta didik di sekolah dasar masih memiliki ambisi yang kuat mencapai apa yang ia inginkan, seperti cita-citanya, bertemu dengan orang yang ia sukai, tak terlepas dari itu peserta didik di sekolah dasar sangat senang bermain dan belajar tentang hal yang baru. Nah dalam hal ini jika belajar di dalam kelas mereka merasa terlalu banyak tugas dan pembelajaran terlalu monoton akan membuat peserta didik menjadi bosan lalu kemudian ia malas belajar. Sehingga dalam hal ini penulis akan membahas karakteristik anak di sekolah dasar agar sebagai pendidik nanti kita dapat mengontrol anak didik dan menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan serta tepat sasaran.

Dalam menganalisi karakter peserta didik agar menjadi pembelajaran yang tidak monoton dan tetap sasaran ada empat faktor penting yang harus diperhatikan menurut Smaldino dkk : 1. Karakteristik umum, 2. Kompetensi, 3. Gaya belajar, 4. Motivasi.


PEMBAHASAN
Menurut Piuas Partanto, Dahlan karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap. (A.Partanto, 1994)
Menurut Sudirman karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya. (Sudirman.A, 1990)
Sehingga dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa karakteristik peserta didik di sekolah dasar yakni perilaku dan kebiasaan atau bawaan yang menentukan kegiatannya dalam mencapai apa yang diinginkan.
Nah, dalam satu kelas terdapat karakteristik peserta didik berbeda-beda juga dengan penanganan yang berbeda pula. Berikut penjelasan tentang karakteristik perkembangan peserta didik di sekolah dasar :
Perkembangan fisik
Menurut Sumantri dkk, pada usia 10 tahun untuk anak lelaki maupun perempuan memiliki berat dan tinggi badan bertambah 3.5 kg, namun setelah usianya menginjak 12-13 tahun anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki (Sumantri, 2005).
Menurut Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan fisik yakni perubahan yang terjadi pada tubuh (diri) anak, misalnya dengan bertambahnya berat badan, tinggi badan, perkembangan otot dan syaraf dan sebagainya. Adapun perkembangan fisik yang terjadi pada peserta didik di SD seperti untuk anak yang baru masuk SD ini dalam masa peralihan dari pertumbuhan yang pesat ke agak lambat, biasanya terjadi dalam dua tahun pertama masuk SD. Saat usianya 9 tahun, berat badan lelaki dan perempuan relatif sama, namun setelah itu anak perempuan lebih langsing dan cenderung pendek. Untuk diakhir kelas 4 , 5 dan 6 anak prempuan memiliki pertumbuhan yang pesat dibandingkan laki-laki, dikarenakan anak perempuan pubertas (usia 12-13 tahun) untuk laki-laki usia 13-16 tahun. Dalam hal ini pubertas (tingkat kematangan) pada anak berbeda-beda, biasanya anak perempuan lebih cepat daripada laki-laki.
Perkembangan psikomotorik
Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working). Sementara Gessel menjelaskan bahwa perilaku motorik itu meliputi gerakan tubuh, koordinasi, dan keahlian motorik khusus (Salkind, 2010:87).
Berdasarkan pendapat tersebut penulis menyimpulkan perkmbangan psikomotorik yakni lebih ke kemampuan anak untuk melakukan aktifitas gerakan tubuhnya seperti berjalan, berlari, mengambil sesuatu, atau melakukan hal yang disukainya yang tak terlepas dari bimbingan orangtua. Contohnya seperti pada anak usia 3 tahun mereka bisa melompat, berlari, dan menaiki tangga tanpa bantuan dari orang lain. Pada usia 4 tahun mereka bisa mengontrol ketika berputar, melompat dan berlari. Pada usia 5 tahun meraka dapat melakukan lompatan dengan mudah. Ketika sudah melebihi usia 5 tahun mereka dapat makan sendiri secara lancar, mewarnai, menggambar, melukis dan sebagainya.  
Perkembangan akademik
Dalam hal ini berkaitan dengan kecerdasan peserta didik dala menumpuh pendidikan. Karakteristik akademik ini dijelaskan dengan teori piaget, antara lain :
Usia 0-2 tahun, disebut tingkat sensorimotor pada saat anak yang belum mengerti sama sekali benda lambat laun mulai mengerti benda-benda disekitarnya.
Usia 2-7 tahun, disebut tingkat pra oprasional pada saat anak bisa mengungkapkan (mempunyai gambaran) atas apa yang mereka lihat dan alami.
Usia 7- 11 tahun, disebut tingkat operasional kongkret pada tahap ini anak sudah mampu berfikir aktual.
12-15 tahun, disebut tingkat operasional formal pada saat ini anak dapat berfikir secara abstrak dan logis.
Dalam hal ini semua karakteristik peserta didik dapat dilihat saat pendidik mengajar atau juga dapat diketahui dengan wawancara, pembagian angket berupa pertanyaan, pengamatan yang dilakukan saat proses pembelajaran itu sendiri, dengan begitu pendidikan akan mengetahui masing-masing karakteristik peserta didik yang diampu.
Kemampuan awal
Kompetensi dan kemampuan awal menggambarkan tentang pengetahuan dan keterampilan yang sudah dan belum dimiliki oleh seseorang sebelum mengikuti program pembelajaran (A. Pribadi, 2011).
Dalam hal ini kemampuan tersebut digambarkan dengan kesiapan saat mereka menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Apabila pendidik sudah mengetahui kemampuan awal dari peserta didik yang diampu maka pendidik dapat merencanakan model pembelajarannya seperti apa agar tercapainya tujuan dari pendidikan yang telah ditentukan.


Gaya belajar
Gaya belajar yakni sesuatu bentuk yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar. Gaya belajar menggambarkan tentang kecenderungan seseorang dalam memberi respons terhadap sebuah stimuli (A. Pribadi, 2011). Sebagai contoh ada peserta didik yang dalam belajar lebih suka dengan suasana yang damai dan tenang tanpa ada gangguan dari orang lain, ada juga yang dalam belajar harus dengan mendengarkan lagu agar menjadi enjoy dan sebagainya.  


Motivasi
Untuk meningkatkan minat peserta didik untuk terus belajar maka sebagai pendidik harus mempunyai cara atau trik agar peserta didik selalu tertarik dan menyukai setiap pembelajaran yang terjadi. Menurut Conklin & Manfro (2010: 18) cara-cara yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:  1. Membuka pelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada HOTS untuk mengawali diskusi dan debat. 2. Mengakhiri pelajaran dengan pertanyaan-pertanyaan HOTS yang digunakan sebagai alat penilaian. 3. Menempatkan aktivitas brainstorming pada pertengahan pelajaran untuk mendorong siswa menemukan ide dan berpikir kreatif. 4. Memberikan tugas berbasis open ended sebagai pekerjaan rumah untuk mengetahui kreativitas dan pemahaman mereka terhadap pelajaran yang sudah dipelajari (J.Manfro, 2010).
Berdasarkan menurut ahli diatas, penulis menyimpulkan untuk memotivasi peserta didik agar tetap terdorong untuk belajar ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh pendidik, seperti memberikan pertanyaan jika bisa menjawab maka akan mendapatkan bintang/pint/nilai, memberikan pekerjaan rumah yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, bisa juga dengan memberikan jajan/sesuatu jika peserta didik berhasil dalam pembelajaran.


Kebutuhan peserta didik SD
Ada beberapa kebutuhan peserta didik, antara lain:
Anak SD suka bermain, memang kodratnya anak seusia SD suka bermain, dengan begitu pendidik harus pandai membuat model pembelajaran yang menarik sebisa mungkin disertai dengan permainan, namun materi yang disampaikan tetap berjalan.
Anak SD tidak tahan diam, anak kecil memang tidak bisa diajak diam terlalu lama, meraka lebih suka bergerak (selalu aktif) dengan melakukan kegiatan yang mereka sukai.
Anak SD suka berdiskusi, menurut mereka melakukan sesuatu dengan cara berkelompok memanglah mengasikan, meraka lebih suka mendiskusikan dengan team meraka.
Anak SD menyukai praktek, terkadang anak SD memang ingin tau banyak hal, mereka suka jika disuruh melakukan action (praktek langsung) dengan objek yang dibicarakan/sedang didiskusikan.


SIMPULAN
Dalam pembelajaran penting halnya pendidik mengetahui karakteristik masing-masing peserta didik agar tercapainya pembelajaran yang menyenangkan dan tepat sasaran. Karakteristik peserta didik di sekolah dasar yakni perilaku dan kebiasaan atau bawaan yang menentukan kegiatannya dalam mencapai apa yang diinginkan. Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang menyenangkan dan tepat sasaran ada empat faktor penting yang harus diperhatikan menurut Smaldino dkk :
1. Karakteristik umum.
2. Kompetensi.
3. Gaya belajar.
4. Motivasi.

DAFTAR PUSTAKA

A. Pribadi, B. (2011). Model Assure Untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. In M. A. Sukses, Model Assure Untuk Mendesain Pembelajaran Sukses (pp. 44 - 45). Jakarta: PT. Dian Rakyat.
A.Partanto, P. M.-B. (1994). Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya: Apollo.
J.Manfro, W. &. (2010). Higher order thingking skills to develop 21st century learners. Shell Education Publishing.
Salkind, N. J. (2010:87). Teori Perkembangan Manusia Pengentar Menuju Pemahaman Holistik. Bandung: Nusa Media.
Sudirman.A. (1990). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali pers.
Sumantri, M. (2005). Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Dinas Pendidikan.
Surya, Anesa dkk. (2018). Finding Hots-Based Mathematical Learning In Elementary School Students. SHEs: Conference Series 1 (1) (2018) 30-37
Jurnal UNY. Diakses pada 1 Desember 2020 Pukul 21.00 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun