Mohon tunggu...
Cerpen

Sekolah Boleh Libur, tapi Belajar Tidak Boleh Libur

11 April 2016   09:39 Diperbarui: 4 April 2017   16:28 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemercik syahdu yang mengalun merdu seakan enggan untuk menyingkir, menggelitik telinga yang rindu akan kehadirannya. Bulir yang membawa rahmat yang dengan izinNYA dapat mengabulkan permohonan anak manusia. Bukankah itu yang senantiasa diharapkan?

Seorang gadis dengan rambut terurai memejam mata, bersykur atas hadirnya bulir-bulir rahmatNYA. Menikmati aroma wangi tanah yang basah.

 ****

Sore itu jalanan Kota Malang sekitar kampus UM tidak lagi ramai seperti biasanya. Entah karena apa. Gadis yang sudah semester 4 itu menyusuri jalanan perkampungan menuju rumah kontrakannya. Itu memang rutinitasnya. Dan yang paling ia sukai ialah lorong gang menuju rumah kontrakannya. Disana gadis itu dapat membiarkan khayalannya berpesta pora memenuhi pikirannya. Memanjakan imajinasi memenuhi otaknya. Aurora. Iya, itulah namanya. Sore ini Aurora pulang lebih awal dari biasanya. Kali ini masih menunjukkan pukul 17.08, Aurora sudah menyusuri lorong gang rumah kontrakannya. Padahal, pukul 22.00 adalah jam paling dini biasanya ia pulang. Namun tidak untuk hari ini. 

Sore yang sangat bersahabat dengan hatinya.

“assalamu’alaikum..”

“Wa’alaikumsalam, tumben mbak sudah pulang”. Rina. Adik kontrakanAurora.

‘iya dek, mau packing buat besok”

“Emang besok kemana?”

“Keluar dari zona biasa. Hehe.” 

Di kontrakan kecil Aurora sebenarnya ada enam penghuni. Namun akhir – akhir ini jarang ada yang pulang ke kontrakan karena banyak tugas kuliah. Berbeda dengan Aurora. Tugasnya tidak hanya tugas kuliah. Dia mengikuti organisasi kampus yang beruntungnya memiliki program kerja super amazing. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa sejujurnya Aurora tidak bisa menerima kalau ia masuk di salah satu jurusan di FIP UM yang sekarang ini. Hari – hari awal masuk perkuliahan yang selalu dihiasi dengan air mata. Jeritan yang hanya bisa dikeluarkan dalam diam. Iya. Aurora tidak menginginkan masuk jurusan itu. Berbeda dengan sekarang, yang selalu ceria bersama sahabat-sahabat sakit jiwa-nya. Mereka yang selalu menghibur Aurora. Dan masih banyak mereka-mereka yang secara tidak langsung menjadi penyemangat hidupnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun