Mohon tunggu...
Agus Sarwodi
Agus Sarwodi Mohon Tunggu... Auditor - Aku Lelaki

Pehobi Fotografi - FoodBlogger : IG @omnifoody

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maaf...

24 Juli 2015   10:14 Diperbarui: 24 Juli 2015   10:20 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Maaf."

Seberapa seringkah kita mengucapkan kata yang sangat pendek dan simpel ini?

Saat lebaran seperti ini, kata "Maaf" jadilah sebuah kata yang sangat favorit. Bukan hanya ucapan tutur, namun kata "Maaf" bertebaran melalui media sosial, sms, dan media-media lainnya. Kata-kata "Maaf" dirangkai dengan sangat indah, dengan bahasa-bahasa puitis, bahkan disertai dengan gambar-gambar. Seakan-akan kata ini sudah menjadi mantra yang ampuh untuk menghapus kesalahan selama satu tahun yang lalu. Bahkan saking semangatnya, kepada siapapun yang ditemui, ucapan saling memaafkan tidak jarang terucapkan. "Ritual" saling memaafkan, seakan sudah menjadi ajang perlombaan. 

Maaf adalah perdamaian. Maaf adalah ekspresi penyesalan. Maaf adalah silaturahim. Maaf adalah ketulusan. Maaf adalah pernyataan sikap untuk tidak mengulangi. Maaf adalah kebesaran jiwa. Maaf adalah...

Meminta maaflah atas kesalahan dan kekeliruan yang benar-benar kita lakukan. Tidak perlu merasa gengsi. Meminta maaf dan memberi maaf bukanlah urusan menang dan kalah. Bukan juga urusan usia atau kekuasaan, sehingga yang muda atau bawahan harus meminta maaf kepada yang lebih tua atau atasannya. Meminta maaf adalah urusan perbuatan. Meminta maaf tidak ada hubungannya dengan waktu, sehingga harus menanti datangnya saat puasa atau lebaran. 

Meminta maaf kadangkala dipersepsikan kekalahan, kehilangan gengsi, atau menurunkan citra diri. Itulah barangkali sikap pecundang. Meminta maaf dilain sisi dapat dipahami sebagai kebesaran jiwa, pemberani, ataupun mawas diri. Itulah barangkali sikap kesatria. Meminta dan memberi maaf adalah kesetaraan. Dengan kata lain, maaf dimaknai dengan "saling memaafkan".

Meminta maaf-lah secara tulus untuk kesalahan yang benar-benar kita lakukan. Maafkanlah pula secara tulus...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun