Mohon tunggu...
Sartika Laban
Sartika Laban Mohon Tunggu... -

Sartika Laban, nama yang tiada duanya ini lahir dan berdomisili di Makassar..Memanfaatkan kompasiana ini untuk belajar menulis, sharing informasi, serta menambah teman.., termasuk teman-teman penikmat kompasiana.com. Salam kenal dari saya..

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pengelolaan Sampah di Matsuyama, Jepang: dari Akar Rumput

1 Februari 2012   07:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:12 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mungkin diantara kita ada yang sudah mengetahui  tayangan Kisah Tukang Sampah Indonesia di BBC TV Inggris. Dimana pada tayangan tersebut menceritakan Bin Man atau tukang sampah dari Inggris ingin melihat bagaimana cara bekerja tukang sampah di Indonesia dalam hal ini Jakarta. Dan hasilnya sudah pasti bisa ditebak. Bin man dari Negara maju seperti Inggris datang melihat kondisi tukang sampah dan persampahan di Jakarta pasti menemukan sesuatu yang sangatlah jauh berbeda dengan di Negara asalnya.

Ketika acara tersebut ditayangkan tidak hanya di TV inggris melainkan juga di Brussel dan Amerika Serikat, dan disebarluaskan melalui media massa (http://makassar.tribunnews.com/2012/02/01/kisah-tukang-sampah-indonesia-di-bbc-tv) sampai ke media social seperti facebook dan twitter akhirnya mengundang banyak tanggapan dari warga Indonesia sendiri baik yang berada di Luar Negeri maupun di tanah air. Tanggapan itu pun beraneka ragam, ada yang merasa kasihan kepada Pak Iman sebagai main actor dalam kisah tersebut, ada yang merasa malu karena sisi lain dari Indonesia terekspose ke segala penjuru dunia, bahkan ada pula yang mengecam pemerintah atas ketidakpekaannya terhadap masalah sosial warganya dan ketidakbecusannya menangani persampahan di negeri tercinta ini, Indonesia.

Siapa yang benar dan siapa yang salah bukan lagi topik yang menarik untuk dibahas kali ini. Tantangan persampahan sudah nongol dihadapan kita sejak dahulu kala. Persampahan ini bagaikan benang kusut yang sepertinya butuh waktu lama dan teknologi canggih untuk meluruskannya.

Hmmmmmmm ……. **tarik napas sejenak dan dihembuskan seketika..** ^_^

Kalau boleh dibilang, sampah itu berawal dari setiap individu dimana pun berada. Misalnya saja saya yang ke kampus selalu membawa bento (bekal) dan pasti ada sisanya (sampahnya) entah itu tulang ikan, potingan cabe, maupun kulit jeruk.  Belum lagi dengan hobi saya yang suka ngemil entah di apato (apartement)  maupun di lab, pasti plastiknya kusisain. Kalau belanja? Hmmm pasti ada struk belanjanya yang ujung-ujungnya akan jadi sampah. See…, dimana-mana saya menghasilkan sampah. Lalu kemana sampah-sampah itu..?? “buang di tong sampah pastinya..” Betul 100%. Tapi sayangnya di kota ini, Matsuyama, tong sampah  jarang ditemukan di tempat-tempat umum. Sampah memanggil sampah, Berkurangnya tong sampah berarti berkurang pula sampah-sampah yang berceceran.

Jadi dikemanakan donk sampah-sampah itu..?? Emang kalau buang disembarang tempat kena denda ya..??

Well.., Sejauh ini saya belum pernah mendengar ada peraturan mengenai buang sampah disembarang tempat akan terkena denda, saya juga belum pernah mendengar ada orang yang didenda karena buang sampah disemberang tempat. Cek per cek setiap sumber sampah di kota ini bertanggung jawab akan sampahnya sendiri. Setiap bepergian, rekreasi atau makan bersama misalnya, sampah–sampah yang dihasilkan sering di bawa kembali ke rumah.

Nah, sampah-sampah tersebut kemudian dipisahkan berdasarkan jenisnya. Disini, sampah dibagi menjadi 6 jenis kalau nggak salah. Ada sampah dapur atau yang sifatnya burnable, sampah kertas, sampah majalah atau Koran atau kardus, sampah plastik, sampah botol berbahan plastic, sampah kaleng,  dan sampah barang pecah belah. Setiap sampah tersebut dimasukkan ke plastic bening, diikat dengan rapi dan nunggu deh tukang sampahnya datang.  Untuk sampah kardus atau majalah atau kardus cukup diikat dengan rapi tanpa memasukkannya di kantung palstik bening lagi, begitu pula dengan sampah barang pecah belah.

Oh hampir lupa, untuk sampah botol punya treatment tersendiri sebelum dimasukkan ke plastic sampah. Botol tersebut harus dipisahkan dengan tutup botol dan plastiknya, tidak hanya itu, botol-botol tersebut harus dikempesin atau dipenyetin dulu sebelum dibuang seperti pada gambar dibawah. Bahkan untuk yang satu ini, disini udah ada alatnya tersendiri loh. Alat untuk penyetin botol dan kaleng dengan mudah. **Hmmmm..mreka udah pikirkan sampe yang kedetail-detailnya..** Sayangnya saya belum punya alat ini, berhubung masih senang dengan cara manual, diinjak pake kaki maksudnya.

Tugas kami untuk mengelola sampah kami sendiri udah selesai. Selanjutnya tugas si Bapak tukang sampah. Mereka datang hampir setiap hari dan biasanya jam 8.30 pagi udah ada. Dengan baju atau mantel warna hijau, menggunakan kaos tangan plastic dan topi pabrik berwarna putih layaknya seorang insinyur, mereka siap bekerja mengangkut sampah-sampah kami. Dengan mobil sampah berwarna hijau dan diiringi lagu seperti halnya penjual es cream di tempat asal ku, mereka mengambil sampah ku yang standby dengan manisnya di depan apato. Tapi tunggu dulu, sampah-sampah tersebut akan diangkutnya apabila tersimpan dalam plastic bening dan terikat rapi, dalam satu plastic tersebut tidak tercampur dengan sampah-sampah lainnya, dan sesuai dengan jadwal jenis sampah pada hari itu. Untuk ini, setiap kecamatan di daerah ini memiliki kalender jadwal sampah yang berbeda.

Di kalender sampah ini sudah nampak dengan jelas jenis sampah apa saja yang akan diangkut pada hari-hari apa saja. Waktu pengangkutan sampah-sampah tersebut dibedakan berdasarkan warna. Pink untuk sampah jenis burnable, kuning untuk sampah plastic, biru untuk sampah barang pecah belah, dll.

Walaupun kata salah satu dosen ku disini bahwa Jepang merupakan salah satu Negara yang paling memusingkan dalam hal sampah tapi tidaklah mengapa karena itu hanyalah berlaku pada pemula saja. Lama kelamaan jadi terbiasa juga kok.. Ala bisa karena biasa…… dan itu sudah terbukti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun