Mohon tunggu...
Mulya Sarmono
Mulya Sarmono Mohon Tunggu... lainnya -

Peneliti ACC (Anti Corruption Committee) SULAWESI

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diary Kecil Anak Koruptor Bagian 3

12 Februari 2014   17:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash



Sabtu 14 Desember 2013

Tadi siang sewaktu aku disekolah, aku dan teman-teman mendapat undangan dari sekolah untuk orang tua kami. Undangan itu berisi tentang rapat komite sekolah yang akan diselenggarakan pada hari senin minggu depan nanti. Sudah dipastikan bahwa orang tuaku tidak akan hadir, dikarenakan mereka sibuk kampanye diberbagai daerah.

Aku sering sendiri di rumah, meskipun terkadang paman Daniel datang ke rumah untuk menemani aku. Namun aku tetap saja merasa kesepian karena akhir-akhir ini ayah dan ibuku jarang sekali di rumah.

Tadi malam paman Daniel ada di rumah, seperti biasa paman menceritakan masa lalunya bersama ayah. Saat asyik-asyiknya bercerita, aku memotong pembicaraannya dengan menceritakan kejadian di sekolah kemarin. Aku bilang pada paman kalau kemarin aku tidak membayar makanan yang aku beli di kantin sekolah. Aku tidak berniat untuk tidak membayarnya, tapi karena aku lupa untuk membayarnya, aku malu untuk kembali dan membayar makanan tersebut.

Paman mulai menasehatiku dan berkata bahwa kejujuran itu penting, walau itu hanya hal kecil dan sederhana. Para oknum pejabat korupsi bukan karena mereka bodoh, atau karena mereka tidak mengerti betapa ngerinya hukuman Tuhan ketika di akhirat nanti. Tapi karena mereka tidak punya etika, mereka tidak jujur memegang amanah.

Paman Daniel juga bilang bahwa etika itu lebih penting dari agama. Banyak agamawan yang terlibat korupsi, bahkan dana pengadaan Al-Quranpun di korupsi. Menurut paman, agama sudah tidak bisa digunakan untuk memberantas korupsi. Hanya etika universal yang tidak memandang agama, suku, golongan dan partai tertentu yang pantas diperjuangkan. Etika universal yang harus dikembangkan dan harus ditanamkan pada generasi muda sekarang.

Menurut paman Daniel, nilai dari manusia ada pada etikanya. Bukan pada kepintarannya atau karena status keagamaannya. Pamanku itu banyak benarnya, besok aku akan pergi minta maaf dan membayar makanan itu ke warung sekolah. Aku mulai bertekat untuk selalu jujur meski itu hanya hal kecil. Aku akan mulai dari diriku sendiri dan mulai dari hal kecil dan sederhana, serta berharap hal itu akan di contoh teman disekitarku, bahkan di contoh oleh dunia.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun