Rabi’ah adalah sufi pertama yang memperkenalkan ajaran Mahabbah (Cinta) Ilahi, sebuah jenjang (maqam) atau tingkatan yang dilalui oleh seorang salik (penempuh jalan Ilahi). Selain Rabi’ah al-Adawiyah, sufi lain yang memperkenalkan ajaran mahabbah adalah Maulana Jalaluddin Rumi, sufi penyair yang lahir di Persia tahun 604 H/1207 M dan wafat tahun 672 H/1273 M. Jalaluddin Rumi banyak mengenalkan konsep Mahabbah melalui syai’ir-sya’irnya, terutama dalam Matsnawi dan Diwan-i Syam-I Tabriz. Sepanjang sejarahnya, konsep Cinta Ilahi (Mahabbatullah) yang diperkenalkan Rabi’ah ini telah banyak dibahas oleh berbagai kalangan. Sebab, konsep dan ajaran Cinta Rabi’ah memiliki makna dan hakikat yang terdalam dari sekadar Cinta itu sendiri. Bahkan, menurut kaum sufi, Mahabbatullah tak lain adalah sebuah maqam (stasiun, atau jenjang yang harus dilalui oleh para penempuh jalan Ilahi untuk mencapai ridla Allah dalam beribadah) bahkan puncak dari semua maqam. Hujjatul Islam Imam al-Ghazali misalnya mengatakan, “Setelah Mahabbatullah, tidak ada lagi maqam, kecuali hanya merupakan buah dari padanya serta mengikuti darinya, seperti rindu (syauq), intim (uns), dan kepuasan hati (ridla)”. Cinta sejati adalah bilamana seluruh dirimu akan kau serahkan untukmu Kekasih (Allah), hingga tidak tersisa sama sekali untukmu (lantaran seluruhnya sudah engkau berikan kepada Allah) dan hendaklah engkau cemburu (ghirah), bila ada orang yang mencintai Kekasihmu melebihi Cintamu kepada-Nya. Syair Rabi’ah Al Adawiyah
- Tuhanku, tenggelamkan aku dalam samudera cintaMu Hingga tak ada sesuatupun yang menggangguku dalam jumpaMu Tuhanku, bintang-gemintang berkelap-kelip Manusia terlena dalam buai tidur lelap Pintu-pintu istana pun telah rapat tertutup Tuhanku, demikian malampun berlalu Dan inilah siang datang menjelang Aku menjadi resah gelisah Apakah persembahan malamku Kau Terima Hingga aku berhak mereguk bahagia Ataukah itu Kau Tolak, hingga aku dihimpit duka, Demi kemahakuasaan-Mua Inilah yang akan selalu ku lakukan Selama Kau Beri aku kehidupan Demi kemanusiaan-Mu, Andai Kau Usir aku dari pintuMu Aku tak akan pergi berlalu Karena cintaku padaMu sepenuh kalbu