Payahnya, cinta sering membuat orang menjadi tampak lugu, dungu dan hilang akal sehat. Gemerlap dan gemilangnya, romantisnya, memabukannya, dan membuainya cinta bisa membuat orang lupa diri dan buta mata mati hati, sampai-sampai ada lagu yang mengumpamakan tai kucing pun akan terasa seperti coklat.Â
Coba lihat dan rasakan cinta seseorang kepada sang pujaan, kepada organisasi dan kepada parpol. Atau cinta kepada daerah, kepada suku, kepada almamater dan kepada unsur-unsur primordial lainnya. Tidak jarang cintanya itu mengesampingkan kepentingan dan tujuan lain yang lebih besar.Â
Padahal, sebaliknya, kalau menyangkut syahwat dan hati, dalam sekejap, cinta bisa berubah menjadi benci. Apalagi ketika kepentingannya tidak tercukupi. Dengan mudah dia akan pindah ke lain hati, pindah ke lain Parpol. Orang yang mudah pindah hati tidaklah layak menjadi kekasih hati.Â
Bila Anda sedang dilanda cinta, cinta asmara maupun cinta "politik", ada baiknya hati-hati memilih. Bagi sepasang kekasih, manisnya madu cinta dan pahitnya kenyataan hidup dimulai dari bilik kebersamaan hingga akhir hayat.Â
Manis dan pahitnya memilih Pemimpin dan Wakil Rakyat berakhir di bilik suara dan menikmati hasilnya bertahun-tahun setelah keluar bilik suara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H