Fajar Dewanto menulis "Human Asset Value Mapping, Memetakan Pengembangan Individu" di Business Lounge Journal 16 Agustus 2014. Dewanto menggolongkan karyawan berdasarkan faktor kinerja dan potensinya yang penulis ringkas menjadi: 1) yang memiliki kinerja tinggi dan potensi juga tinggi; 2)yang memiliki kinerja dan potensi rendah; 3) yang memiliki potensi yang tinggi namun kinerjanya yang rendah, dan, 4) karyawan yang memiliki kinerja tinggi namun potensinya rendah.Â
Klasifikasi ini dapat digunakan untuk mengelola sumberdaya manusia secara lebih akurat dan lebih tepat sasaran. Misalnya siapa saja karyawan yang masih bisa dan perlu dikembangkan, siapa yang harus disesuaikan kembali penempatannya dan penugasannya, atau bahkan, kalau perlu, siapa yang harus segera diberhentikan dan dicarikan penggantinya.Â
Informasi klasifikasi tersebut apabila secara terbuka dibicarakan dengan karyawan, bisa menumbuhkan ketenangan kerja. Ketenangan muncul karena karyawan memahami klasifikasi dirinya dan rencana pengembangan atau tindak lanjut yang diperlukannya. Keterbukaan dan ketenangan kerja bisa menjadi jembatan komunikasi untuk mengantisipasi munculnya buruk sangka dan lahirnya ketidak-puasan.Â
Sebaliknya, ketertutupan informasi dan ketidaktahuan akan menjadi bibit tumbuhnya keresahan kerja dan ketidakpuasan yang bisa diwujudkan dalam berbagai rupa perilaku. Misalnya dengan bekerja sekedarnya saja sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diembannya.Â
Menghadapi hal ini, tentu pimpinan terbebani pikiran dan rasa tidak puas atas kinerja seadanya karyawannya. Pikiran semakin suntuk karena beban akan bertambah dengan munculnya rasa enggan untuk melibatkannya dalam urusan pekerjaan dan pengembangan karir.Â
Jarang disadari bahwa pikiran suntuk mudah mengundang prasangka buruk. Pengelolaan karyawan memang bukan hal sederhana tapi ruwet dan rawan mengundang prasangka buruk.Â
Apabila prasangka buruk sudah merasuk, sehalus apapun bentuk dan bahasa informasi yang berseliweran akan dianggap sebagai sebuah ungkapan ketidak-sukaan. Maka, bom quiet quitting dan quiet firing menunggu waktu untuk menjebluk dan memakan korban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H