Disamping tidak sama, kebutuhan akan kenyamanan juga bisa berubah. Bisa meningkat seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya kemampuan ekonomi, atau sebaliknya terpaksa menurun menyesuaikan dengan keadaan ekonomi juga.Â
Menurunnya penghasilan, misalnya, akan memaksa orang menurunkan tingkat kenyamanannya. Orang yang semula mampu menggunakan penyejuk ruangan AC berganti ke kipas angin.Â
Kenyamanan pun ada umurnya. Ketika seseorang bekerja dengan nyaman di suatu tempat sekian lama pada posisi yang sama dengan gaji yang tidak banyak berubah, yakinlah suatu saat nanti akan menjadi tempat yang tidak nyaman lagi. Itu bisa karena rasa bosan atau tuntutan hidupnya sudah berbeda. Apalagi pada dasarnya manusia selalu ingin peningkatan.Â
Manusia normal memang sudah seharusnya selalu ingin lebih maju dan meningkatkan standar kenyamanannya dengan cara mencari peluang baru, lagi, lagi dan lagi. Meskipun dalam prosesnya kadang mengalami ketidaknyamanan, sebuah keadaan yang sebenarnya tidak boleh dianggap enteng.Â
Ketidaknyamanan yang akut bisa dengan cepat menebarkan energi negatif ke segala arah seperti virus. Lalu berujung pada menurunnya produktifitas kerja. Sudah banyak cerita tentang mundurnya kinerja akibat ketidaknyamanan. Kalau sudah seperti ini semua pihak akan bersama-sama menanggung kerugian.Â
Oleh karena itu kenyamanan dan ketidaknyamanan seharusnya menjadi bahan pemikiran semua pihak yang terkait satu sama lain. Sayangnya seringkali baru disadari setelah lama terbuai kenyamanan lalu tiba-tiba sudah terjebak dalam ketidaknyamanan. Kesadaran yang terlambat akibat lalai menengarai gejalanya.Â
Mengutip pengertian tentang zona nyaman dari Alasdair A. K. White, 2009, kenyamanan bisa ditafsirkan sebagai sebuah keadaan saat segalanya terasa guyub, rukun, aman, sehingga pekerja mampu bekerja dengan performa yang stabil tanpa banyak tekanan.Â
Berdasarkan pengertian tersebut, maka, ketidaknyamanan adalah antitesanya, yaitu tidak guyub, tidak rukun, tidak aman, tertekan, tidak bisa berkinerja optimal, takut, cemas dan sumber-sumber munculnya energi negatif lainnya.Â
Lalu, seberapa nyamankah Anda sekarang? Apapun jawabannya tentu sangat subyektif, sangat tergantung pada pribadi masing-masing. Hanya saja, ada baiknya pandai-pandailah mendeteksi diri, kapan sebaiknya kenyamanan perlu ditingkatkan atau waspada terhadap gejala-gejala datangnya ketidaknyamanan.Â
Kemampuan mendeteksi secara dini  bisa membuat orang terhindar dari keterlambatan menyadari bahwa dia telah terjebak dan lalu tenggelam dalam ketidaknyamanan. Sebuah situasi yang jauh dari rasa nyaman. Itulah mungkin yang telah dilakukan dengan akurat oleh kawan di awal tulisan ini.  Â
Purwokerto, MB-7, 25 Mei 20022.