Surabaya - Malam ini (29/07), saya sempatkan jalan-jalan di kota pahlawan bersama saudara sembari libur lebaran. Selang sehari pembukaan Surabaya Carnival Night Market (SCNM), saya juga ingin mencicipi meriahnya tempat rekreasi baru di kota ini.
Tiba di lokasi, saya dikejutkan oleh barisan-barisan polisi yang menjaga ketat area. Tanpa pikir panjang saya bertanya, "Maaf pak, tempat parkir sebelah mana?", dengan lugunya saya bertanya. Polisi menjawab, "Maaf mas, tiketnya sudah habis jadi gak bisa masuk", tandasnya. Sempat terlintas dipikiran saya, apa memang banyak pengunjungnya? Saya pun langsung balik arah dengan tampak lesu tak berdaya. Disaat itulah saya melihat ada tempat parkir, ya tepat di depan Korem. Disitu saya menemui salah seorang petugas parkir, tanpa saya bertanya mereka langsung berkata, "Sudah habis mas tiketnya, belinya online, mas langsung telpon Customer Service (CS) aja". Saya pun semakin penasaran dan segera browsing lewat internet. Sudah dapat nomer cs-nya, saya langsung menelpon pihak SCNM. "Tut... Tut... Tut..." Ya beberapa kali saya telpon, nomer yang dituju sibuk. Jelas saja, pasti semua orang melakukan seperti apa yang saya lakukan malam ini. Selang beberapa menit sang cs mengangkat telpon saya, "Bisa dibantu kakak...", dengan tegas saya melantang, "Mbak, ini saya mau pesan tiket masuk gimana?", dengan cepat sang cs tadi menjawab, "Bisa mas masih ada, tiketnya harga 20rb mas", saya pun melanjutkan, "Bisa saya pesan untuk 2 orang mbak, setelah ini saya kesana", dengan perasaan curiga saya masih menerka-nerka. Sang cs pun menjawab, "Langsung saja ke loket kak, gak bisa di pesan". Dengan cepatnya saya memarkirkan motor saya di parkiran depan Korem tadi. Dengan perasaan dag dig dug, saya melangkah dengan lantang melihat banyak orang masih tak pede masuk area SCNM.
Setelah melewati barisan polisi di depan area SCNM, lagi-lagi saya menemui sang polisi yang berjaga tepat di pintu pagar depan SCNM. Dengan tegas saya menyapa, "Maaf pak, saya tadi sudah pesan tiket lewat telpon", sang polisi melantang, "Masnya suruh orangnya kesini saja soalnya saya gak enak kalau memasukkan mas sedangkan yang lain menunggu di depan". Dalam hati, "Apa sih yang sebenarnya terjadi, jelas-jelas tampak lengang sekali area SCNM malam ini". Saya pun menelpon pihak cs kembali, beberapa kali saya telpon belum ada yg mengangkat mungkin mereka sibuk menerima telpon dari orang lain yang nasibnya sama seperti saya sekarang. Tampak banyak orang menuju ke timur area SCNM, saya pun mengikuti mereka. Rupanya orang-orang ini masuk area SCNM lewat pintu keluar. Saya pun dengan tenang mengikuti apa yang mereka lakukan meskipun di samping jalan menuju pintu keluar ada beberapa polisi yang sedang jaga-jaga juga.
Sampai tepat di loket, tak banyak orang yang antri untuk membeli, jelas saja banyak orang yang masih tertahan di pintu pagar depan SCNM. Sembari melihat banyak orang berfoto di depan lobi SCNM, saya ikut mengantri membeli tiket seharga 20rb. Saya pun langsung masuk dengan tenang menikmati wahana-wahana yang di suguhkan. Memasuki bangunan pertama, saya melihat bangunan yang bertuliskan Galeri Suroboyo. Sedikit saya berjalan melewatinya, tampak dari jauh saya melihat tulisan "Arena Dolonan", saya pun penasaran dan menuju tempat itu. Ya, mata saya dikejutkan dengan berbagai wahana spektakuler dengan tulisan ala suroboyoan seperti; Montor Edan, Rumah Kinclong, Omah Mumet, bahkan Museum Angkut yang baru dibuka di Malang pun ada di tempat ini, benar-benar satu tempat yang membanggakan bagi masyarakat Suroboyo khususnya.
Setelah menikmati dan berfoto-foto mengabadikan tempat spektakuler ini, tepat pukul 21.00 saya keluar dan langsung menuju tempat parkir yang cukup jauh tadinya. Ya, masih banyak sekali polisi yang berjaga-jaga di depan area SCNM. Saya pun menghiraukan dengan perasaan puas menikmati wahana di dalam SCNM. Tiba di depan Korem saya ditanya oleh rombongan yang ingin masuk dengan membawa mobil, dengan lantang saya menjawab, "Bisa masuk pak, mobilnya ditaruh sini saja, bapak jalan sebentar nanti sudah keliatan tempatnya", saya pun iba dengan keadaan ini karena saya sudah tahu kondisi di dalam. Tiba di parkiran saya mengasihkan tiket parkir tadi sembari menyapa salah satu petugas parkir, "Masih rame ya mas, polisinya masih jaga-jaga", dengan cepat ia tanggapi, "Walah mas, tadi rame sampe tawuran". Saya pun terkejut dan mendengarkan penjelasan petugas parkir tadi kembali, "Iya mas, itu rame tadi gara-gara yang punya jalan tol itu tutut gak terima karena belum ada izin wisata disana, makanya tadi bilang tiketnya sudah habis itu bohong semua jangan dipercaya mas". Saya pun semakin terkejut, ada saja orang yang menghalang-halangi suatu ikon tempat wisata yang bisa saja nantinya menjadi aset berharga bagi rakyat Surabaya. Dan saya pun tak tahu itu 'tutut' siapa, apa mungkin 'tutut' yang dimaksud itu termasuk 'keluarga cendana', semoga saja tidak. Di tengah kemeriahan umat muslim merayakan suasana Idul Fitri ini, mari satukan hati, bersihkan diri menjadi muslim yang saling mengasihi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H