“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” (Surat Al-Insyiroh: 7)
Aku, seorang mahasiswa semester lima dengan segudang aktivitas yang mungkin membawaku menjadi orang yang sangat “timing”. Tiap detik menjadi sangat berharga untuk dilewatkan sia-sia. Dari kuliah, pekerjaan, proyek penelitian, mempersiapkan lomba, mempersiapkan diri untuk studi lanjut, kegiatan sosial, kegiatan organisasi, menggambar, refreshing, hingga tidur pun harus terjadwal. Buku agenda selalu siap sedia di tangan. Kalau kebanyakan orang menulis buku diary, aku setiap hari selalu menulis buku agenda. Buku agenda yang penuh dengan aktivitas-aktivitas yang harus kukerjakan setiap hari.
Sebagai seorang muslim, aku berpegang teguh pada Al-quran. Al-quran menjadi sumber inspirasiku dalam menjalani hidup, termasuk dalam memanfaatkan waktuku. Terdapat satu ayat Allah yang menginspirasiku untuk tetap menjadikan waktuku tidak sia-sia. Tepatnya di dalam surat Al-Jaatsiyah ayat 24 yang artinya: Dan mereka berkata “Kehidupan ini tidak lain saat kita berada di dunia, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr (perjalanan waktu yang dilalui oleh alam)”. Dari ayat tersebut aku belajar, mati adalah akhir dari kehidupan ini. Setidaknya aku meyakinkan diriku bahwa aku tidak ingin mati sia-sia seperti bangkai yang terkubur di dalam tanah. Kebermanfaatan atas keberadaanku di dunia ini adalah titik fokus dalam hidupku. Meskipun cita-cita dan impianku tinggi, aku tidak ingin melupakan fokusku tersebut.
Kehidupan seorang mahasiswa terkadang ada yang biasa-biasa saja, ada juga yang luar biasa. Bagiku, mahasiswa luar biasa adalah mahasiswa yang tidak hanya berkompeten di dunia akademis, tapi non akademis juga. Aku sedang belajar menjadi seperti itu. Salah satu langkah yang harus dilakukan untuk menjadi mahasiswa luar biasa adalah manajemen waktu. Manajemen waktu sangat penting untuk diterapkan dalam sehari-sehari. Aku selalu membuat deadline sendiri atas pekerjaan-pekerjaanku. Rasanya, deadline sudah menjadi teman sehari-hari, kadang menjadi penyemangat, kadang juga menjadi sosok yang membuat stres menggila.
Manajemen waktu selalu berkaitan dengan produktivitas. Semakin baik seseorang mengatur waktunya, maka ia akan menjadi manusia dengan produktivitas yang tinggi. Aku sendiri memiliki jam produktif untuk beraktivitas, yaitu dari jam 03.00 sampai jam 19.00. Dulunya, jam produktifku adalah jam 07.00 sampai jam 22.00. Deadline yang silih berganti, pekerjaan yang terus bergulir, riset yang masih butuh banyak perencanaan, kuselesaikan hingga jam 10 malam, bahkan lewat. Sudah biasa rasanya menikmati angin malam dan di bawah pohon rindang demi mendapatkan fasilitas wifi dari kampus. Terkena semprotan pak satpam pun sudah biasa hingga memunculkan ide-ide kreatif agar tidak terkena semprotan lagi. Ya aku sadar aku seorang perempuan, seharusnya tidak keluar malam hingga semalam itu. Tetapi semua itu kulakukan demi deadline pekerjaanku terselesaikan.
Namun, kini aku memiliki jam efektif yang sudah disebutkan di paragraf sebelumnya, yaitu jam 03.00 sampai jam 19.00. aku tersadarkan bahwa aku memiliki panutan yang seharusnya menjadi arah belajar, yaitu Rasulullah SAW. Rasulullah selalu bangun di sepertiga malam terakhir untuk beribadah, dan kemudian kembali tidur setelah ia sholat isya’. Memang, aku merasa lebih baik menggunakan sistem manajemen waktuku yang baru. Aku menjadwalkan diriku sendiri untuk bangun pukul 02.30 dan kemudian beribadah, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah. Aku mengerjakan deadline-ku secara bergilir di sepertiga malam terakhir itu hingga pagi. Di sepertiga malam terakhir itu, otakku terasa ringan untuk berpikir dan rileks dalam mengerjakan tugas-tugasku, baik tugas kuliah, pekerjaan, riset, ataupun yang lainnya. Di sisi lain dari tugas-tugasku yang lumayan butuh pemikiran yang serius, aku juga tidak lupa untuk melakukan hobiku, yaitu menggambar. Sebelum bersiap-siap untuk berangkat kuliah, aku menyempatkan diri untuk menggambar komik karena bagiku menggambar mampu membuat otakku lebih encer karena otak yang sebelumnya mulai kaku dengan pemikiran serius, diencerkan dengan menggambar yang penuh imajinasi. Otak yang encer cukup membantuku bersikap ceria setiap hari dan mampu menjalani kegiatan sehari-hari dengan penuh rasa bahagia. Dan kini, akupun sedang dalam tahap menyesuaikan diri untuk tidur setelah sholat isya’ agar otak dan tubuh yang bekerja seharian bisa beristirahat dengan nyaman.
Di dalam Al Quran surat Al-Insyirah ayat 7, Allah berfirman: Faidza Faraghta Fanshab (Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain). Dari ayat Allah tersebut, aku belajar untuk mengatur waktuku setiap hari dengan membuat agenda harian. Demi mengerjakan pekerjaanku tepat waktu, aku harus jalan cepat setiap hari dari tempat satu ke tempat yang lain. Aku merasa bersalah ketika aku tidak bisa menepati waktu yang telah aku buat sendiri. agenda harian ibarat sebuah guideline menuju kesuksesan. Sering aku mendengar ocehan-ocehan kawanku bahwa jika dihitung, mungkin langkahku bisa mencapai ribuan setiap hari karena seringnya aku bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Whatever, keberhasilanku tergantung dari langkah kecil yang kulakukan sekarang.
Selain itu, Rasulullah tidak pernah meninggalkan sholat lima fardhu. Sholat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang hidup di dunia ini. Sesibuk apapun, seberat apapun amanah, sepenting apapun pekerjaan, sholat adalah yang pertama. Kalau kita selalu ingat bahwa hidup kita akan berakhir dengan sebuah kematian, kita akan merasakan bahwa sholat lebih penting daripada urusan duniawi.
Yang terakhir, berusahalah menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah menggunakan waktunya untuk berdakwah dan membantu kaum muslim yang sedang dalam kesulitan. Begitupun seharusnya dengan kita, ketika kita mampu memberikan sebagian waktu kita untuk berbagi kesenangan dengan orang lain, meringankan pekerjaan orang lain, mendengarkan keluh kesah orang lain, kita akan menjadi orang yang bermanfaat di dunia. Karena itu, manfaatkanlah kesempatan sekecil apapun untuk melakukan kebaikan.
Rasulullah adalah panutan terbaik yang kita miliki. Maka, bukankah lebih baik kita mengikuti jejaknya? So, ayo mulai manajemen waktumu agar lebih produktif dan bermanfaat bagi orang lain!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H