Mohon tunggu...
Sari S Karim
Sari S Karim Mohon Tunggu... -

Bekerja di Universitas Paramadina, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Nebeng, Pilihan Para Komuter

16 Mei 2013   22:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:27 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Kepindahan saya dan keluarga dari Bekasi ke kota Bogor mengubah pilihan transportasi yang saya gunakan menuju atau dari tempat kerja yang berada di wilayah Jakarta. Empat alternatif pilihan transportasi yang tersedia yaitu kereta api, bus, omprengan dan antar jemput kendaraan pribadi. Oleh sebab kebutuhan ini bersifat esensial dan keberlangsungannya cukup lama, perlu dipastikan keamanan dan kenyamanannya.

1. Kereta Commuter Line. Ada dua kata untuk menggambarkan transportasi publik ini, yaitu 'penuh perjuangan' karena diperlukan kesiapan mental dan fisik jika ingin memanfaatkannya. Selain harus pergi lebih pagi agar dapat tempat duduk, juga harus siap berdiri berdesakan, menahan panas di saat mesin pendingin tidak berfungsi optimal, kereta telat atau tidak beroperasi akibat gangguan sinyal dll (terutama saat musim penghujan). Kereta ekonomi tidak menjadi pilihan saya karena memerlukan effort dan pengorbanan lebih besar daripada menggunakan Commuter Line. Sebagian orang menilai jenis kendaraan ini kurang manusiawi.

2. Bus. Alat transportasi ini kurang hemat biaya dan tenaga. Bus hanya mengantar dari terminal Baranangsiang, Bogor hingga pintu tol Ampera (gedung Trakindo), dan sisa perjalanan masih harus ditempuh dengan berganti 3 jenis transportasi lainnya yaitu mikrolet, TransJakarta, dan ojek. "Kantong" dan tenaga sama-sama terkuras.

3. Omprengan. Jenis transportasi ini umumnya standby di wilayah UKI, Cawang dan menjelang pintu tol Ciawi arah Jakarta. Bicara soal kenyamanan dan fasilitas, secara umum tidak berbeda dengan kereta, bahkan terkadang lebih mengerikan karena masih adanya kendaraan berusia "uzur" yang digunakan dan dipaksa mengangkut penumpang di luar batas kewajaran. Kondisi akan lebih parah jika kita mendapat "jatah" sopir yang menganggap jalan umum sebagai arena balap. Dijamin jantung akan berdetak lebih kencang dan keringat dingin bercucuran bukan hanya karena andrenalin meningkat, namun juga karena tidak berfungsinya mesin pendingin dan minimnya ventilasi.

4. Antar jemput kendaraan pribadi. Saya pertama kali mengetahui transportasi antar jemput kendaraan pribadi melalui Komunitas Nebeng. Menurut Kamus Komunitas Nebeng, pemilik kendaraan disebut "pemberi tebengan", sedangkan orang yang memerlukan antar jemput disebut "penebeng". Komunitas Nebeng memiliki website informatif dalam menjembatani kepentingan antara "pemberi tebengan" dan "penebeng".

Saya telah mencoba beberapa alternatif pilihan di atas, dan alternatif terakhir lah yang menjadi pilihan saya hingga saat ini.

Umumnya, "pemberi tebengan" juga bekerja di wilayah yang sama dengan "penebeng". Kesamaan destinasi muncul sebagai peluang yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Proses seleksi terhadap "pemberi tebengan", termasuk jenis kendaraan yang digunakan dan "atmosfer" pada antar jemput tersebut perlu dilakukan, salah satunya melalui referensi dari "penebeng" lainnya.

Sebagian "pemberi tebengan" mengemudikan sendiri kendaraannya, namun ada juga yang menggunakan jasa sopir. Karena berkendara di wilayah Jakarta dan sekitarnya penuh tantangan, menguji kestabilan emosi dan ketahanan fisik, banyak "pemberi tebengan" yang menginginkan tetap fresh dan fit sesampainya di tempat kerja memilih menggunakan jasa sopir untuk antar jemput menuju atau dari tempat kerja.

Hasil pengamatan dan pengalaman saya selama dua tahun bergabung pada antar jemput kendaraan pribadi ini, dapat disimpulkan bahwa banyak manfaat yang diperoleh oleh para pihak pada lingkar aktivitas ini, misalnya "pemberi tebengan", "penebeng", pemerintah, lingkungan, dan sebagainya. Manfaat-manfaat yang saya maksud di atas antara lain sebagai berikut.

Carpool. Kemacetan lalu lintas di wilayah Jakarta dan sekitarnya sungguh menguji kesabaran, terlebih saat hari kerja. Salah satu alternatif solusi mencegah kemacetan yaitu dengan menerapkan carpool, di mana beberapa orang inisiatif berkendara pada satu kendaraan yang sama. Keuntungan dari penerapan carpool yaitu meminimalkan jumlah kendaraan yang beroperasi, efisiensi biaya operasi kendaraan, efisiensi bahan bakar, dan berkurangnya polusi udara.

Discipline. Maksimum toleransi waktu tunggu bagi "penebeng" adalah 5 menit. Antisipasi agar tidak tertinggal kendaraan atau kendaraan telat mengantar/menjemput ke/dari tempat kerja adalah dengan mendisiplinkan diri sendiri; datang lebih awal dan memberitahu jika tidak ikut kendaraan antar jemput. Membiasakan diri bersikap disiplin akan memudahkan kita mencapai suatu tujuan yang berujung pada kesuksesan. Sikap disiplin juga erat kaitannya dengan kemampuan memanajemen waktu dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun